Sepekan Pelonggaran Protokol Kesehatan, China Mulai Alami Lonjakan Kasus
Rumah duka dan tempat kremasi dilaporkan mulai memperlihatkan kenaikan kegiatan dalam beberapa hari terakhir. Proyeksi sejumlah kampus memperlihatkan angka kematian yang tinggi dalam beberapa bulan ke depan.
Oleh
MAHDI MUHAMMAD
·3 menit baca
BEIJING, MINGGU — China bersiap menghadapi lonjakan jumlah kematian akibat Covid-19 setelah sejumlah pemerintah daerah melonggarkan protokol kesehatan mulai pekan lalu. Proyeksi sebuah lembaga kesehatan yang berbasis di Amerika Serikat menyebut, jumlah kematian di ”Negeri Tirai Bambu” bisa mencapai satu juta atau lebih jika tidak ada tindakan pencegahan.
Mengutip data worldometer.info, hingga MInggu (18/12/2022) pagi, jumlah kasus di China mencapai 376.361 kasus dengan penambahan 2.286 kasus baru per Sabtu (17/12/2022). Jumlah kematian yang selama ini tercatat sebanyak 5.235 jiwa.
Sejak Pemerintah China memutuskan untuk melonggarkan sejumlah aturan, otoritas kesehatan nasional China belum melaporkan adanya kematian baru terkait Covid-19. Kematian resmi yang terakhir dilaporkan adalah pada 3 Desember 2022. Penghentian laporan kematian akibat Covid-19 membuat warga bertanya-tanya seberapa cepat virus itu menyebar dan seberapa siaga mereka harus bertindak.
Namun, di lapangan, aktivitas sebuah tempat pemakaman khusus pasien Covid-19 dan rumah duka, termasuk lokasi untuk mengkremasi jenazah, memperlihatkan peningkatan. Otoritas kesehatan telah menunjuk Dongjiao dan satu rumah duka lain untuk mengkremasi korban meninggal setelah dinyatakan positif, menurut kerabat salah seorang korban tewas.
Perempuan yang merupakan kerabat warga yang meninggal itu dan meminta namanya tidak ditulis mengatakan, kerabatnya yang lanjut usia jatuh sakit pada awal Desember, dinyatakan positif, dan meninggal pada Jumat pagi di bangsal darurat. Dia mengatakan, ada banyak orang di bangsal darurat yang dinyatakan positif Covid-19, tetapi tidak ada cukup perawat untuk merawat mereka.
Laporan pandangan mata reporter kantor berita Associated Press (AP) menyebutkan, belasan jenazah dibawa keluar dari rumah duka Dongjiao di timur Kota Beijing. Beberapa karyawan rumah duka juga menuturkan adanya lonjakan jumlah jenazah yang dikremasi setiap hari, dari puluhan jenazah menjadi sekitar 150 jenazah per hari.
Selama ini, otoritas kesehatan China hanya menghitung mereka yang meninggal secara langsung akibat Covid-19. Warga yang memiliki penyakit bawaan (komorbid) dan meninggal karena virus SARS-CoV-2 tidak dihitung. Di banyak negara lain, otoritas kesehatan menghitung warga yang memiliki komorbid dan meninggal karena dipicu virus SARS-CoV-2 sebagai kematian terkait Covid-19.
Yanzhong Huang, petugas senior untuk kesehatan global di Dewan Hubungan Luar Negeri, mengatakan, terdapat 164 juta warga China yang menderita diabetes. Sebanyak 8 juta orang lansia di atas 80 tahun belum pernah mendapatkan vaksinasi Covid-19.
Beberapa lembaga merilis proyeksi kemungkinan terjadinya lonjakan Covid-19 sepanjang akhir pekan. Proyeksi terbaru dirilis Institute of Health Metrics and Evaluation (IHME) yang berbasis Universitas Washington, Seattle, Amerika Serikat.
Berdasarkan proyeksi lembaga yang didirikan oleh pasangan Bill dan Melinda Gates itu, puncak kasus Covid-19 di China akan terjadi pada April 2023, dengan sepertiga populasi terpapar Covid-19. Akumulasi jumlah kematian sampai dengan saat itu diproyeksikan mencapai 322.000 jiwa.
Chritopher Murray, Direktur IHME, mengatakan, beberapa hal yang akan membuat naiknya jumlah kasus Covid-19 di China adalah perayaan tahun baru China yang jatuh pada Februari 2023. Dengan banyaknya warga yang akan kembali ke kampung halaman untuk merayakan pergantian tahun, potensi penularan akan semakin tinggi.
Dalam pandangannya, kebijakan nihil penyebaran Covid-19 yang diterapkan selama beberapa tahun terakhir dinilai berhasil mencegah penularan. Akan tetapi, menghadapi varian Omicron, ditambah lagi dengan pelonggaran protokol kesehatan, penularan diperkirakan akan berlangsung masif.
Sementara berdasarkan pemodelan lain yang dilakukan Universitas Hong Kong, pelonggaran protokol kesehatan dan pembukaan perbatasan di semua provinsi mulai Desember 2022 hingga Januari 2023 akan mengakibatkan 684 kematian per 1 juta penduduk. Dengan menghitung total populasi China saat ini sebesar 1,4 miliar jiwa, para peneliti di universitas tersebut memperkirakan, tanpa vaksinasi massal dan langkah pencegahan yang memadai, akumulasi jumlah kematian di China diperkirakan akan mencapai 964.400 jiwa.
Sebuah perhitungan lain yang dilakukan tim peneliti School of Public Health Universitas Fudan di Shanghai memperkirakan, jumlah kematian di China lebih tinggi daripadq kedua perhitungan di atas. Tim peneliti memperkirakan, tingkat kematian di China akan mencapai 1,55 juta jiwa selama periode enam bulan. Sementara fasilitas perawatan insentif akan kelebihan beban hingga 15,6 kali dibandingkan dengan kapasitas normal. (AP/REUTERS)