Ukraina: Rusia Siapkan Gempuran Baru di Tahun Baru
Menteri Pertahanan Ukraina Oleksiy Reznikov mengungkapkan banyak bukti yang mendukung adanya serangan baru dan besar-besaran oleh Rusia. Diperkirakan serangan akan terjadi pada Januari atau Februari.
Oleh
FRANSISCA ROMANA
·4 menit baca
KYIV, JUMAT — Ukraina memperkirakan Rusia akan langsung meluncurkan gempuran baru pada awal tahun 2023, termasuk upaya kedua untuk mengambil alih ibu kota Kyiv. Seiring perkiraan ini, sekutu Ukraina di Barat meningkatkan dukungan dana dan militer sekaligus menambah panjang daftar sanksi bagi Rusia.
Dalam wawancara dengan majalah The Economist, Kamis (16/12/2022), Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy, Jenderal Valery Zalushniy, dan Jenderal Oleksandr Syrkskiy mengatakan, gempuran militer Rusiap bisa terjadi secepatnya pada Januari 2023. Serangan kemungkinan akan diluncurkan dari area Donbas di timur hingga ke jantung Ukraina di Kyiv. ”Rusia mempersiapkan sekitar 200.000 prajurit baru. Saya yakin mereka akan mencoba lagi (mengambil alih) di Kyiv,” ujar Zalushniy.
Menegaskan perkiraan itu, Menteri Pertahanan Ukraina Oleksiy Reznikov dalam artikel yang dipublikasikan di The Guardian, Kamis, mengungkapkan, banyak bukti yang mendukung adanya serangan baru dan besar-besaran oleh Rusia. Dia berspekulasi serangan semacam itu bisa terjadi pada Februari saat 300.000 prajurit yang diwajibkan bergabung dengan militer pada Oktober selesai menjalani pelatihan.
”Bagian kedua mobilisasi, lebih kurang 150.000 personel menjalani tiga bulan persiapan. Itu artinya mereka akan mulai gelombang serangan berikutnya pada Februari, seperti tahun lalu. Itu rencana mereka,” ujar Reznikov.
Baik Ukraina maupun Rusia mengesampingkan adanya genjatan senjata atau jeda perang saat perayaan Natal. Tidak ada pula tanda-tanda kedua belah pihak akan berdialog untuk mengakhiri konflik terbesar Eropa sejak Perang Dunia II ini.
Dengan perang sudah memasuki bulan ke-10, para pemimpin Uni Eropa sepakat untuk menggelontorkan dana sebesar 18 miliar euro untuk menyokong Ukraina menghadapi perang tahun depan. Kanselir Jerman Olaf Scholz seusai pertemuan para pemimpin 27 negara anggota UE di Brussels mengatakan, dukungan bagi Ukraina secara politik, finansial, militer, dan kemanusiaan selama diperlukan tidak akan berubah.
Di Washington, Amerika Serikat mengumumkan akan memperluas pelatihan bagi personel militer Ukraina di Jerman. Pelatihan dimulai pada Januari 2023 dengan 500 prajurit akan dilatih setiap bulan. Diharapkan ada lebih dari 15.000 personel Ukraina yang dilatih oleh AS dan sekutunya per April 2023.
Sasaran utama pelatihan ini adalah kemampuan militer Ukraina untuk mengoperasikan persenjataan dan perlengkapan militer bantuan dari AS dan NATO beserta mitranya. Senat AS telah meloloskan rancangan undang-undang untuk anggaran pertahanan yang mencapai rekor senilai 858 miliar dollar AS, lebih banyak 45 miliar dollar AS dari yang diajukan Presiden Joe Biden. Rancangan undang-undang ini diharapkan akan menyediakan bantuan keamanan bagi Ukraina setidaknya sebanyak 800 juta dollar AS pada 2023.
Awal pekan ini, kantor berita Reuters melaporkan, AS tengah menuntaskan rencana untuk membantu Ukraina dengan sistem pertahanan rudal, Patriot. Sistem ini merupakan salah satu sistem paling canggih, dan karena itu memerlukan pelatihan selama berbulan-bulan untuk mengoperasikannya.
Rusia menyebut rencana itu membuat AS terlibat semakin dalam di konflik Ukraina. Kremlin menyatakan, sistem Patriot akan menjadi target sah militer Rusia. Kementerian Luar Negeri Rusia menyatakan hal serupa untuk semua persenjataan yang disuplai Barat.
Berharap bisa melemahkan Rusia pada tahun depan, Uni Eropa juga sepakat menjatuhkan sanksi tambahan. Paket sanksi baru atas Rusia ini disepakati setelah perundingan berhari-hari saat pertemuan perwakilan UE di Brussels, Belgia. ”Sanksi-sanksi ini, kami tahu, akan efisien. Secara bertahap sanksi itu akan berdampak, termasuk pada kemampuan Rusia untuk memproduksi dan menambah senjatanya,” kata Presiden Perancis Emmanuel Macron.
Pekan lalu, Komisi Eropa mengusulkan sanksi berupa larangan perjalanan dan pembekuan aset atas hampir 200 pejabat sipil dan militer Rusia. Target dari rangkaian sanksi terbaru ini juga meliputi para menteri, anggota parlemen, gubernur, dan anggota partai politik. Komisi Eropa juga ingin menghantam industri pertahanan, perbankan, pembatasan ekspor, dan larangan produk, seperti bahan kimia, agen saraf, elektronik, dan komponen teknologi informasi yang bisa digunakan oleh pasukan militer Rusia.
Ketua Komisi Eropa Ursula von der Leyen juga mengusulkan larangan ekspor langsung mesin pesawat nirawak ke Rusia serta ekspor ke negara ketiga yang bisa menyupai pesawat nirawak bagi Rusia. Sebagai tambahan, Komisi Eropa merekomendasikan setiap anggota UE untuk mengambil langkah terhadap sektor energi dan pertambangan Rusia, termasuk larangan investasi pertambangan baru. Selain itu, mereka juga mendorong untuk mematikan saluran televisi Rusia dari ruang siar Eropa.
”Kami menaikkan tekanan terhadap kepemimpinan Rusia,” ujar Kanselir Jerman Olaf Scholz. (AP/REUTERS)