Empat Pertemuan Bilateral Presiden Jokowi di Sela KTT ASEAN-Uni Eropa
Di sela rangkaian KTT ASEAN-Uni Eropa, Rabu (14/12/2022), Presiden Joko Widodo melangsungkan empat pertemuan bilateral. Kebijakan Uni Eropa yang diskriminatif dan merugikan ekspor Indonesia menjadi salah satu bahasan.
Oleh
NINA SUSILO
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Presiden Joko Widodo melakukan empat pertemuan bilateral di sela Konferensi Tingkat Tinggi ASEAN-Uni Eropa, di Brussels, Belgia, Rabu (14/12/2022).
Selain pertemuan bilateral dengan Raja Belgia Phillipe Leopold Louis Marie di Istana Laeken, Brussels, Presiden Jokowi juga bertemu dengan Perdana Menteri Ceko Petr Fiala, Perdana Menteri Swedia Ulf Kristersson, dan Perdana Menteri Belanda Mark Rutte.
Pertemuan dengan PM Ceko dan Raja Belgia dilangsungkan sebelum acara KTT Peringatan 45 Tahun ASEAN-Uni Eropa. Adapun dua pertemuan bilateral lainnya dilangsungkan di sela rangkaian KTT.
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dalam keterangannya secara daring menjelaskan, dalam pertemuan bilateral dengan Raja Belgia, dibahas penguatan kerja sama investasi kedua negara dan kerja sama untuk mengatasi perubahan iklim. Presiden Jokowi juga mengundang Raja Belgia untuk mengunjungi Indonesia.
Adapun dalam pertemuan bilateral dengan PM Ceko, PM Swedia, dan PM Belanda, Presiden Jokowi menekankan pentingnya kerja sama transisi energi. ”Presiden berharap kerja sama dalam konteks just energy transition partnership (kemitraan transisi energi yang berkeadilan) dapat segera dijalankan. Indonesia juga akan segera menyiapkan desain proyeknya,” tutur Retno.
Selain itu, kebijakan baru Uni Eropa juga disoroti. Kebijakan baru ini adalah deforestation free commodities (komoditas bebas deforestasi).
Saat ini, Komisi Eropa mengajukan proposal legislasi supaya hanya produk-produk yang bebas deforestasi yang bisa masuk pasar Eropa. Produk-produk ini mencakup daging sapi, cokelat, kopi, minyak sawit, kedelai, dan kayu.
Isu lain yang dibahas Presiden Jokowi dengan para pemimpin negara-negara Eropa tersebut terkait dengan pembahasan kesepakatan kemitraan ekonomi komprehensif Indonesia-Uni Eropa (IEU-CEPA). ”Sekarang, pembahasan sudah masuk ke putaran ke-12,” kata Retno.
Selain itu, Presiden Jokowi menyampaikan prioritas Indonesia sebagai ketua ASEAN tahun 2023. Presiden juga mengajak negara-negara Eropa untuk memperkuat sinergi kemitraan ASEAN-Uni Eropa. Kemitraan yang setara dan bermanfaat nyata diperlukan untuk kesejahteraan bersama.
Ekonomi hijau
Dalam pertemuan dengan PM Swedia Ulf Kristersson di Gedung Eropa, Brussels, Presiden Jokowi mengingatkan hubungan diplomatik kedua negara yang sudah mencapai 72 tahun. Swedia juga disebut salah satu mitra ekonomi utama Indonesia di Nordik, khususnya pada pembangunan hijau. ”Saya ingin sektor ini menjadi prioritas kerja sama Indonesia dan Swedia ke depan,” kata Presiden Jokowi.
Sebagai pemegang keketuaan ASEAN tahun depan, Presiden Jokowi juga mengundang Swedia untuk berpartisipasi pada Indo-Pacific Infrastructure Forum yang diselenggarakan di Indonesia tahun depan.
Puji G-20
Adapun dalam pertemuan bilateral dengan PM Belanda Mark Rutte yang juga diselenggarakan di Gedung Eropa, Rutte mengawali pertemuan dengan secara tulus memuji penyelenggaraan G-20 secara keseluruhan, November lalu di Bali. Dia menyampaikan respek dan apresiasi atas segala energi, ketangguhan, dan segala upaya dalam mengorganisir penyelenggaraan acara sampai mencapai kesepakatan bersama.
Presiden Jokowi mengucapkan terima kasih atas kehadiran dan dukungan Belanda bagi kesuksesan Presidensi G-20 Indonesia. ”Presidensi yang sulit, tetapi akhirnya berakhir dengan hasil yang baik. Deklarasi dapat disepakati dan daftar kerja sama konkret yang akan sangat berguna bagi dunia,” ujar Presiden Jokowi.
Presiden Jokowi juga menyampaikan harapannya agar Kemitraan ASEAN dengan Uni Eropa akan dapat lebih diperkuat ke depan, mengingat tahun depan Indonesia menjadi ketua ASEAN.
Dalam pertemuan bilateral tersebut, Presiden Jokowi didampingi Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, Menteri Sekretaris Negara Pratikno, Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita, dan Duta Besar RI Brussels Andri Hadi.