Dana Transisi Energi G7 Lebih Besar ke Vietnam Ketimbang Indonesia
G7 sepakat membantu Vietnam 15,5 miliar dollar AS untuk mengurangi penggunaan batubara. Tahun lalu, Afrika Selatan dibantu 8,5 miliar dollar AS dan Indonesia pada bulan lalu sebesar 10 miliar dollar AS.
Oleh
LUKI AULIA
·3 menit baca
KOMPAS/BAHANA PATRIA GUPTA
Tambang Batubara
HANOI, RABU — Negara-negara kaya yang tergabung dalam G7 menyediakan dana 15,5 miliar dollar Amerika Serikat untuk membantu Vietnam mengurangi penggunaan batubara. Kesepakatan ini menjadi kesepakatan ketiga yang dicapai G7 seiring dengan meningkatnya tekanan kepada negara-negara kaya penghasil emisi untuk membantu negara-negara miskin mengatasi perubahan iklim dan beralih ke penggunaan energi yang lebih bersih.
Tahun lalu, G7 juga telah sepakat memberikan dana pengurangan batubara ke Afrika Selatan. Adapun bulan lalu, G7 juga menyiapkan program serupa untuk Indonesia. Hanya saja, nilai bantuan untuk Indonesia tak sebesar Vietnam.
Dalam kesepakatan G7 dengan Indonesia, nilai yang dijanjikan adalah 10 miliar dollar AS. Ini adalah dana untuk menutup pembangkit batubara dan memajukan emisi puncak selama tujuh tahun hingga 2030. Sementara Afrika Selatan dijanjikan bantuan sebesar 8,5 miliar dollar AS.
G7 terdiri atas Amerika Serikat, Inggris, Kanada, Perancis, Jerman, Italia, dan Jepang. Pernyataan tertulis dari G7, Rabu (14/12/2022), menyebutkan, bantuan 15,5 miliar dollar AS dalam bentuk keuangan publik dan swasta itu akan dicairkan selama 3-5 tahun ke depan. Kesepakatan ini akan membantu Vietnam mencapai puncak emisi gas rumah kacanya pada 2030.
Skema itu juga mendorong proyeksi tahun 2030 yang sudah direncanakan sebelumnya, membatasi kapasitas puncak batubaranya menjadi 30,2 gigawatt, dan mendorong pemanfaatan sumber tenaga dari energi terbarukan hingga 47 persen pada 2030. Kesuksesan pencapaian target ambisius ini diharapkan akan menghasilkan sekitar 500 megaton (0,5 miliar ton) emisi kumulatif yang dapat dihemat pada 2035.
GREENPEACE
Potensi peluang pekerjaan dari industri hijau terkait pemanfaatan pembangkit listrik tenaga surya.
”Vietnam adalah negara yang dinamis dengan perekonomian yang sedang tumbuh di jantung Asia Tenggara. Investasi ini akan membantu Vietnam mengurangi emisinya sekaligus menciptakan lapangan pekerjaan,” kata Perdana Menteri Inggris Rishi Sunak.
Presiden AS Joe Biden dalam pernyataan tertulis menyebutkan, Vietnam sudah membuktikan mampu memetakan transisi energi bersih ambisius yang akan memberikan keamanan energi jangka panjang. Kesepakatan dengan Vietnam ini mendapat dukungan dari Denmark dan Norwegia yang bukan termasuk negara anggota G7.
Vietnam, satu dari 20 negara pengguna batubara terbesar di dunia, pada awalnya dijadwalkan untuk menandatangani Kemitraan Transisi Energi yang Adil dengan negara-negara G7 pada KTT iklim COP27 global pada November lalu. Namun, pembicaraan tingkat tinggi terhenti sebelum pertemuan itu.
Untuk membujuk Vietnam agar bersedia mendukung tawaran G7 itu, tim perunding dari Barat yang dipimpin Uni Eropa dan Inggris berulang kali meningkatkan jumlah dana yang ditawarkan ke Vietnam. Setengah dari jumlah 15,5 miliar dollar AS yang disepakati akan berasal dari sektor publik dan sisanya dari investor swasta.
Sebagian kecil dari pendanaan akan berupa hibah, sementara sebagian besar investasi publik akan berupa pinjaman. Ketika diminta untuk menanggapi isu ini, Kementerian Lingkungan Hidup Vietnam tidak memberikan komentar. (REUTERS/AP)