India dan China kembali bentrok di wilayah perbatasan Himalaya. Masing-masing pihak sama-sama menuduh pihak lawan melintasi perbatasan secara ilegal.
Oleh
LUKI AULIA
·4 menit baca
AP PHOTO/ DAR YASIN, FILE
Pasukan India konvoi di jalan Srinagar-Ladakh di Gagangeer, daerah timur laut dari Srinagar, India, 9 September 2020. (AP Photo/ Dar Yasin, File)
NEW DELHI, SELASA - Situasi di perbatasan China dan India di wilayah Himalaya kembali panas setelah dua tahun relatif tenang. Pasukan patroli India dan China kembali bentrok pada 9 Desember 2022. Dua tahun sebelumnya, bentrok terjadi hingga menewaskan 20 tentara India dan 4 tentara China.
Berbicara di depan parlemen, Selasa (13/12/2022), Menteri Pertahanan India Rajnath Singh mengatakan, bentrokan pada Jumat pekan lalu tersebut terjadi di sektor Tawang, Negara Bagian Arunachal Pradesh timur. Insiden ini dipicu ketika pasukan China ”merambah ke wilayah India” dan ”secara sepihak mencoba mengubah status quo” di sepanjang perbatasan yang disengketakan di dekat Sungai Yangtze.
Menurut Singh, tidak ada tentara India yang terluka parah. Selanjutnya, pasukan dari kedua belah pihak segera mundur dari daerah itu. Sebuah pernyataan dari tentara India pada Senin (12/12) menyebutkan, pasukan pada kedua belah pihak mengalami luka ringan.
Singh mengatakan, komandan militer setempat bertemu pada Minggu untuk membahas insiden. Adapun Pemerintah India berbicara dengan China melalui saluran diplomatik.
AP
Tentara Angkatan Darat AS dari Brigade ke-2 Divisi Lintas Udara ke-11 dengan tentara India melakukan latihan bersama dan berpura-pura menjatuhkan penduduk desa yang terluka di Tapovan, negara bagian Uttarakhand, India, Rabu (30/11/2022). Tentara India dan AS ikut serta dalam latihan di medan pegunungan yang dingin dekat perbatasan India yang disengketakan dengan China. Latihan yang dimulai dua minggu lalu diadakan di sekitar Auli, sebuah stasiun bukit di negara bagian utara Uttarakhand. (AP/Manish Swarup)
India, Selasa (13/12), menuduh China berusaha mengubah status quo wilayah Sungai Yangtze di perbatasan Himalaya yang dipersengketakan secara sepihak. Pasukan China sengaja mendekati daerah dekat perbatasan de facto ”Garis Kontrol Aktual”, kawasan yang sudah sama-sama disepakati sebagai zona bebas patroli.
Sebaliknya, pihak Komando Palagan Barat Tentara Pembebasan Rakyat China menuding pasukan India yang justru secara ilegal melintasi perbatasan hingga memicu konflik. Namun, kini, menurut pihak China, situasi di perbatasan sudah tenang.
China meminta India membantu menjaga perdamaian dan ketenangan di wilayah itu. Kedua belah pihak sudah berdialog melalui upaya diplomatik dan militer.
China dan India pernah terlibat konflik sengit pada 1962 untuk menguasai Arunachal Pradesh. India menganggap itu wilayahnya. Sementara China mengklaim itu sebagai bagian dari wilayah Tibet. Konflik saat itu terjadi setelah India dan Amerika Serikat melakukan latihan militer bersama di dekat perbatasan Uttarakhand.
Di Beijing, juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Wang Wenbin, menegaskan situasi sudah stabil. Namun, ia tidak menjelaskan detail insiden yang sudah terjadi. Ia juga tidak merinci lebih lanjut apakah ada tentara China yang terluka.
”Kami berharap India sungguh-sungguh menerapkan konsensus penting yang dicapai kedua pemimpin negara, mematuhi semangat kesepakatan yang ditandatangani kedua pihak, serta bersama-sama menjunjung tinggi perdamaian dan ketenangan wilayah perbatasan China-India,” ujarnya.
Sumber dari militer India juga menyebutkan, ada insiden lain yang terjadi antara pasukan India dan China di wilayah Demchok, Ladakh, akhir November lalu. Tidak ada laporan korban dalam insiden itu. India melaporkan ada peningkatan aktivitas militer China dan menduga telah terjadi pelanggaran ruang udara oleh angkatan udara China di Ladakh.
Sementara China kesal dengan India yang membangun jalan baru menuju pangkalan udara baru yang hendak dibangun di daerah ketinggian. Ini yang diduga menjadi penyebab bentrokan pada 2020.
Kedua negara sama-sama menempatkan puluhan ribu tentara yang didukung artileri, tank, dan pesawat tempur di sepanjang perbatasan de facto yang mencapai 3.800 kilometer itu. Tidak ada garis batas yang tegas di wilayah itu. Keberadaan sungai, danau, dan salju bisa saja membuat garis batasnya bergeser sehingga masing-masing pasukan bisa dengan tanpa sadar melintasi perbatasan.
Sebelum bentrokan India-China pada 2020, pasukan India dan China sama-sama mematuhi kesepakatan untuk tidak menggunakan senjata api dalam bentuk apa pun di sepanjang perbatasan. Namun, sejak 2020, situasi berubah.
India secara strategis semakin mendekati Barat. India memperdalam kerja sama keamanan dengan AS, Jepang, dan Australia di Asia-Pasifik. Hal ini terjadi karena semua pemangku kepentingan memiliki musuh bersama, yakni China.
AFP/MONEY SHARMA
Tentara Angkatan Darat India bersiaga dengan senjata artileri Bofors yang ditempatkan di Penga Teng Tso di depan Tawang, dekat Garis Kontrol Aktual (LAC) yang berbatasan dengan China di negara bagian Arunachal Pradesh, India, Rabu (20/10/2021). (Photo by Money SHARMA / AFP)
China semakin mewaspadai hubungan India dengan AS dalam beberapa tahun terakhir. Apalagi karena hubungan China-AS memburuk dan dialog keamanan Quad yang mencakup India, AS, Jepang, dan Australia menjadi semakin aktif.
Menteri Luar Negeri India, Subrahmanyam Jaishankar, mengakui beberapa tahun terakhir hubungan China dan India kurang baik karena masalah perbatasan. India "secara diplomatis" sudah sangat jelas menyampaikan pesan pada China bahwa India tidak akan mentolerir upaya apapun untuk mengubah status quo secara sepihak.
“Hubungan bilateral kita tidak akan normal selama China masih saja berusaha mengubah status quo secara sepihak dan membangun kekuatan di wilayah itu. Bagi kami, ini masalah serius," kata Jaishankar.
Menteri Luar Negeri India, Subrahmanyam Jaishankar, mengakui beberapa tahun terakhir hubungan China dan India kurang baik karena masalah perbatasan.
Pengamat geopolitik dari India yang juga Direktur Yayasan India, Alok Bansal, kepada kantor berita Turki, Anadolu, mengaku tidak yakin China betul-betul mau mencari solusi permanen untuk sengketa perbatasan dengan India. India sudah mengajak China untuk membuat garis perbatasan yang jelas di peta tanpa mengorbankan klaim tradisional India. Ini demi perdamaian di sepanjang perbatasan. "Tetapi China ragu-ragu," ujarnya.
Ketika ditanya mengenai aliansi keamanan Quad, Bansal menyatakan aliansi itu sebenarnya lebih condong ke arah kerja sama ekonomi ketimbang keamanan. Kerja sama ekonomi untuk mengimbangi kebangkitan perekonomian China. Hanya saja, kata Bansal, China itu tertutup dan masyarakat yang tertutup itu kerap kali tidak ada transparansi.
"Kami khawatir kebangkitan China ini tidak akan terjadi secara damai. Meski hubungan bilateral sedang tidak baik, kami tetap merasa India dan China punya ikatan budaya yang kuat. Semoga ini bisa jadi bekal kolaborasi di masa depan," ujarnya. (REUTERS/AFP/AP)