Jepang Gandeng Italia-Inggris Kembangkan Jet Tempur Bersama
Sangat jarang Jepang melirik negara lain, termasuk Inggris, untuk mengembangkan teknologi tempurnya. Ini tidak lepas dari penolakan Lockheed Martin membuka sejumlah informasi teknologi jet tempur miliknya.
Oleh
MAHDI MUHAMMAD
·4 menit baca
KYODO NEWS VIA AP
Foto yang diambil pada Maret 2010 memperlihatkan jet tempur F-2 milik Angkatan Bela Diri Udara Jepang (JASDF) di Pangkalan Udara Militer Tsuiki, Prefektur Fukuoka, Jepang selatan. Kementerian Pertahanan Jepang dan koleganya dari Inggris dan Italia, Jumat (9/12/2022), mengumumkan bahwa mereka akan berkolaborasi mengembangkan jet tempur baru yang diharapkan bisa mengudara pada tahun 2035.
TOKYO, JUMAT — Tiga negara, yakni Jepang, Italia, dan Inggris, memutuskan untuk menggabungkan proyek pengembangan jet tempur mereka dalam satu payung, Global Combat Air Programme. Program ini menargetkan bisa mengembangkan jet tempur bersama dan mengudara pada tahun 2035.
Proyek tiga negara ini menggabungkan proyek pengembangan pesawat tempur F-X Kementerian Pertahanan Jepang dengan rencana serupa, yakni Tempest, yang dikembangkan oleh Pemerintah Inggris. Jepang berencana mengerahkan 100 pesawat tempur baru pada 2035 untuk menggantikan pesawat tempur F-2 Angkatan Udara Bela Diri yang sudah tua dan mulai pensiun pada tahun yang sama.
Sementara, bagi Inggris dan Italia, jet tempur ini nantinya akan menggantikan peran Eurofighter Typhoon yang merupakan pengembangan bersama dengan Jerman dan Spanyol. Jet tempur baru itu rencananya akan menggantikan 240 jet Eurofighter gabungan milik mereka.
Pada konferensi pers di Tokyo, Menteri Pertahanan Jepang Yasukazu Hamada mengatakan, ”Saya berharap kerja sama kita kali ini akan menjadi landasan perdamaian dan stabilitas di kawasan Indo-Pasifik dan Eropa.”
Perdana Menteri Inggris Rishi Sunak mengatakan, kolaborasi untuk mengembangkan jet tempur bersama Italia dan Jepang penting dari sisi ekonomi dan pertahanan. Dari kacamata ekonomi, pengembangan jet tempur membutuhkan dana hingga miliaran dollar AS dan dipastikan akan memberikan jaminan lapangan pekerjaan bagi para ahli dan tenaga kerja di tiga negara.
AFP/POOL/JOE GIDDENS
Perdana Menteri Inggris Rishi Sunak (kedua dari kanan) berdiri di depan sebuah jet tempur Typhoon bersama sejumlah pejabat militer di Pangkalan Udara Militer RAF COningsby, Lincoln, Inggris Timur, Jumat (9/12/2022). Inggris, bersama Jepang dan Italia sepakat untuk mengembangkan jet tempur bersama.
Sementara dari kacamata pertahanan, penggunaan teknologi terbaru sistem persenjataan diharapkan akan meningkatkan postur pertahanan di negara pengguna. ”Artinya, kita bisa menjaga keamanan negara dari ancaman baru yang harus kita hadapi,” kata Sunak, saat berkunjung ke Pangkalan Udara Kerajaan di Inggris timur.
Dalam pernyataan bersama ketiga negara, pengembangan jet tempur dengan kemampuan siluman dan bermesin ganda ini akan dipimpin oleh dua industri aviasi utama Inggris dan Jepang, yaitu Mitsubishi Heavy Industries (MHI) dan BAE System Inggris . Perusahaan-perusahaan yang akan dilibatkan dalam proyek bersama ini, di antaranya Rolls-Royce, Aviero Aero, dan Ishikawajima Harima Heavy Industries (IHI), yang akan bertanggung jawab untuk mengembangkan mesin ganda pada jet tempur .
Adapun untuk sistem radar, program tersebut akan mengandalkan kerja sama Leonardo UK dan MHI. Untuk sistem persenjataan, program ini mengandalkan perusahaan MBDA UK, yang merupakan gabungan tiga perusahaan persenjataan Perancis, Italia ,dan Inggris.
AFP/POOL/JOE GIDDENS
Perdana Menteri Inggris Rishi Sunak (dua dari kanan) ditemani Kepala Staf Angkatan Udara Inggris (RAF) Marshal Mike Wigston (pallng kiri) tengah berbincang di belakang sebuah model jet tempur Tempest di Pangkalan Udara Militer RAF COningsby, Lincoln, Inggris Timur, Jumat (9/12/2022).
Dikutip dari laman media Jepang, Japan Times, keputusan Pemerintah Jepang untuk bekerja sama dengan Inggris dan Italia guna pengembangan jet tempur baru tidak terlepas dari penolakan Lockheed Martin membuka sejumlah informasi terkait kemampuan teknologi jet tempur yang dimilikinya. Terlebih ketika Jepang akan mengekspor pesawat itu ke negara calon pembeli.
Ahli pertahanan, Kosuke Takahashi, yang berbasis di Tokyo mengatakan, sangat jarang Jepang melirik negara lain, termasuk Inggris, untuk mengembangkan teknologi tempurnya. Menurut Takahashi, penolakan Washington dan Lockheed Martin untuk berbagi informasi mengenai teknologi rahasia, seperti kode sumber (perangkat lunak operasi dalam jet tempur modern), adalah alasan utama Jepang mengalihkan pandangannya ke Inggris.
”Tanpa akses ke kode sumber, ASDF (Angkatan Udara Bela Diri Jepang) tidak dapat melakukan peningkatan secara mandiri,” kata Takahashi.
Pengumuman proyek kolaborasi itu dikeluarkan empat hari setelah Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida menetapkan anggaran untuk perbaikan postur pertahanan Negeri Matahari Terbit itu, termasuk peningkatan besar dalam pengeluaran pertahanan selama lima tahun ke depan. Dikutip dari Japan Times, anggaran belanja pertahanan Jepang untuk lima tahun mendatang sebesar 43 triliun yen (316 miliar dollar AS). Untuk itu, setiap tahunnya pemerintah membutuhkan tambahan dana sekitar 4 triliun yen atau 30 miliar dollar AS. Menurut rencana, dana tambahan itu akan bersumber dari kenaikan pajak.
Perubahan strategi keamanan nasional Jepang yang akan dirilis akhir bulan ini memungkinkan Jepang mengembangkan kemampuan serangan pendahuluan dan meluncurkan rudal jarak jauh. Itu pergeseran besar dan kontroversial dari kebijakan pertahanan Jepang, yang diadopsi pasca-kekalahan Jepang pada Perang Dunia II.
Amerika Serikat, sekutu keamanan tradisional Jepang, menyambut baik kesepakatan bersama Eropa-Jepang. ”Amerika Serikat mendukung kerja sama keamanan dan pertahanan Jepang dengan sekutu dan mitra yang berpikiran sama, termasuk dengan Inggris dan Italia,” kata Departemen Pertahanan AS dalam pernyataan bersama dengan Kementerian Pertahanan Jepang. (AP/AFP/Reuters)