Jerman mengerahkan operasi anti-ekstremisme terbesar dalam sejarah modern. Sedikitnya 3.000 aparat keamanan dikerahkan dalam 150 operasi di 11 dari 16 negara bagian untuk menangkap anggota kelompok sayap kanan.
Oleh
LUKI AULIA
·4 menit baca
BERLIN, RABU — Sebanyak 25 pendukung kelompok sayap kanan yang diduga akan menggulingkan pemerintahan republik dengan kekerasan ditahan, Rabu (7/12/2022). Penangkapan besar-besaran dilakukan di 11 negara bagian di Jerman. Kelompok ini diduga terinspirasi teori konspirasi ”Negara Bagian Reichsbürger” dan ”Qanon Jerman”.
Beberapa pendukung kelompok ini sudah ditangkap setelah insiden penyerbuan gedung Capitol di Amerika Serikat pada Januari 2021. Kelompok ini diduga akan mengganti pemerintahan Jerman menjadi seperti model kekuasaan kerajaan pada tahun 1872 yang disebut Reich Kedua. Menurut badan intelijen dalam negeri Jerman, terdapat sekitar 21.000 warga Jerman yang tergabung dalam gerakan Reichsbürger. Sekitar 5 persen dari jumlah itu termasuk ekstremis sayap kanan.
Penangkapan 25 orang ini dianggap sebagai salah satu operasi anti-ekstremisme terbesar dalam sejarah Jerman modern. Sedikitnya 3.000 aparat keamanan dikerahkan dalam 150 operasi di 11 dari 16 negara bagian Jerman. Ada juga 2 orang yang ditangkap di Austria dan Italia. Hampir setengah dari operasi penangkapan terjadi di negara bagian selatan, Baden-Württemberg dan Bavaria. Setidaknya satu dari lima anggota Reichsbürger diperkirakan berbasis di negara bagian barat daya Baden-Württemberg saja.
Anggota kelompok Reichsbürger (warga Reich) tidak mengakui Jerman modern sebagai negara yang sah. Sebagian dari pendukung kelompok itu hanya mengakui kekaisaran Jerman di bawah monarki dan sebagian lagi menganut gagasan Nazi. Mereka juga meyakini Jerman saat ini sedang berada di bawah pendudukan militer.
Selama beberapa tahun terakhir, sejumlah serangan kekerasan diduga dilakukan kelompok sayap kanan Jerman. Pada 2020, seorang pria berusia 43 tahun menembak mati sembilan orang asing di kota Hanau. Seorang anggota Reichsbürger dipenjara karena membunuh polisi pada 2016.
Di dalam plot terbaru kelompok itu, mereka akan menempatkan mantan anggota keluarga kerajaan Jerman, yang diidentifikasi sebagai Heinrich XIII Pangeran Reuss (71), sebagai pemimpin negara masa depan. Ia masih saja menggunakan titel pangeran meski Jerman sudah menghapuskan peran formal kerajaan sejak satu abad lalu.
Jaksa penuntut umum Jerman, Peter Frank, menjelaskan, Heinrich XIII menyebut dirinya pangeran dari keluarga bangsawan lama yang dikenal sebagai House of Reuss dan pernah memerintah sebagian negara bagian Thuringia modern di timur hingga 1918.
Keluarga House of Reuss masih memiliki beberapa kastil dan Heinrich masih memiliki pondok berburu di Bad Lobenstein di Thuringia. Anggota keluarga lainnya sudah lama menjauhkan diri dari Heinrich XIII karena ia dianggap sebagai orang yang ”terkadang bingung” dan terjebak dalam teori konspirasi.
Kekuasaan monarki Jerman sudah dihapuskan seabad yang lalu. Ketika Konstitusi Weimar mulai berlaku pada 14 Agustus 1919, hak hukum dan gelar bangsawan Jerman dicabut. Artinya, secara resmi, tidak ada lagi pangeran dan putri di Jerman.
Sementara ada tersangka lain, Ruediger von P, yang rencananya akan diangkat sebagai kepala angkatan militer dan tugasnya membangun militer Jerman yang baru. Kelompok itu disebutkan meniru struktur pemerintah dan sudah membentuk ”dewan” yang rutin bertemu sejak November 2021. Sudah ada pula departemen yang menangani urusan luar negeri dan kesehatan.
Menurut pengakuan mereka, Heinrich telah menghubungi perwakilan mereka di Rusia. Bagi kelompok itu, di Rusia ada kontak utama yang akan membangun tatanan baru di Jerman.
Seorang juru bicara Kementerian Dalam Negeri Jerman mengatakan, Pemerintah Jerman telah mencari setiap kemungkinan kontak dengan Rusia. Sementara juru bicara Pemerintah Rusia, Dmitry Peskov, menegaskan Rusia tidak mungkin terlibat dalam dugaan plot sayap kanan untuk menggulingkan negara Jerman. ”Itu masalah internal Jerman,” ujarnya.
Menteri Dalam Negeri Jerman Nancy Faeser menegaskan akan menangani ”musuh demokrasi” dan ancaman teroris dari Reichsbuerger ini sesuai aturan hukum yang berlaku. Dalam beberapa hari ke depan, ia akan mengajukan rancangan undang-undang yang akan memudahkan pemecatan pegawai negeri sipil yang dianggap musuh konstitusi. Rencana ini muncul karena menurut badan intelijen Jerman, gerakan Reichsbuerger ini berkembang pesat dalam setahun terakhir dan anggotanya termasuk tentara serta anggota parlemen.
Di antara mereka yang ditahan dan sedang diselidiki, ada seorang hakim yang masih aktif bertugas bernama Birgit Malsack-Winkemann. Ada juga seorang tentara yang masih aktif dinas. Tentara itu menjadi anggota pasukan elite KSK Bundeswehr yang sudah dirombak dalam beberapa tahun terakhir karena sejumlah insiden sayap kanan. Kelompok itu disebutkan sudah mendapatkan peralatan, merekrut anggota baru, dan mengajarkan cara berperang. Mereka juga mengincar polisi dan tentara untuk dijadikan anggota.
Ada pula mantan anggota parlemen dari sayap kanan, Alternatif untuk Jerman (AfD), yang menjadi anggota kelompok itu dan sudah ditahan. AfD buru-buru membuat pernyataan mengecam gerakan kelompok sayap kanan dan berharap pihak berwenang bisa menuntaskan masalah ini dengan cepat.
Tim penyelidik mencurigai kelompok itu hendak menyerbu majelis rendah parlemen Bundestag di Berlin dengan mengerahkan kelompok bersenjata. Wakil Ketua Bundestag Wolfgang Kubicki kepada surat kabar Rheinische Post mengatakan, bangunan parlemen sudah dilengkapi ”alat-alat pertahanan diri” untuk menghadapi ancaman serangan seperti itu.
Faeser mengumumkan pemerintah berencana melucuti senjata sekitar 1.500 tersangka ekstremis dan memperketat pemeriksaan latar belakang orang-orang yang ingin memiliki senjata sebagai bagian dari upaya menekan sayap kanan. (REUTERS/AFP/AP)