Perteguh Hubungan Lama, Saudi-China Teken Puluhan Perjanjian Kerja Sama
Arab Saudi dan China memperteguh hubungan yang sejatinya sudah berlangsung lama dengan puluhan perjanjian bernilai miliaran dolar AS.
RIYADH, KAMIS — China dan Arab Saudi mencoba memperteguh hubungan yang sejatinya telah berlangsung sangat lama. Sebanyak 34 perjanjian investasi ditandatangani perusahaan Arab Saudi dan China, Kamis (8/12/2022), dalam kunjungan Presiden China Xi Jinping di Arab Saudi.
Termasuk di antara kerja sama itu adalah langkah China mengamankan rantai pasokan energi dengan mendirikan kantor pusat regional di Arab Saudi agar industri manufaktur di China bisa mengakses energi secara langsung.
Seperti dilaporkan kantor berita Arab Saudi, SPA, kedua negara menandatangani nota kesepahaman (MoU) tentang energi hidrogen dan dorongan pada investasi langsung antara kedua negara. Arab Saudi juga menandatangani nota kesepahaman dengan perusahaan raksasa telekomunikasi China, Huawei Technologies, mengenai komputasi awan (cloud computing) dan pembangunan kompleks-kompleks teknologi tinggi di kota-kota di Arab Saudi.
Menteri Investasi Arab Saudi Khalid bin Abdulaziz al-Falih mengatakan, kesepakatan tersebut memperlihatkan keinginan dua pemerintahan, yang sejatinya telah menjalin hubungan sangat lama, untuk mengembangkan hubungan saling menguntungkan dan memberi manfaat bagi tujuan jangka panjang kedua negara. Beberapa sektor yang menjadi fokus kerja sama perusahaan ke dua negara di antaranya adalah energi hijau, hidrogen hijau, energi fotovoltaik, teknologi informasi, layanan cloud (komputasi awan), transportasi, logistik, industri medis, perumahan dan konstruksi hingga energi.
Baca juga : China Memperkuat Pengaruh di Timur Tengah
Dalam bidang energi, menurut Menteri Energi Arab Saudi Pangeran Abdulaziz bin Salman, berbagai proyek pengembangan pengelolaan minyak dan energi akan dijajaki, terutama dalam industri pemrosesan minyak mentah menjadi petrokima, enegi terbarukan, hidrogen hijau, listrik, hingga penggunaan nuklir untuk tujuan damai. Abdulaziz menekankan bahwa kerja sama kedua negara--masuk dalam payung Prakarsa Sabuk dan Jalan (BRI) China--akan mengembangkan sebuah kompleks penyulingan dan petrokimia di kedua negara.
Kerja sama yang sudah disepakati pada hari pertama kunjungan Xi ke China adalah baru sebagian kecil dari rencana kerja sama pemerintah China dengan negara-negara Arab dan negara di kawasan Teluk.
Menteri Luar Negeri Arab Saudi Pangeran Faisal bin Farhan mengatakan, Xi dijadwalkan akan hadir dalam tiga pertemuan tingkat tinggi selama berkunjung ke Arab Saudi. Tiga pertemuan tingkat tinggi itu menjadi cermin tekad dan upaya bersama untuk memperkuat dan meningkatkan hubungan strategis mereka serta tumbuh dan makmur bersama.
Baca juga : China-Arab Kian Erat
“Hubungan antara Kerajaan dan Pemerintah China bersifat strategis dan erat mengingat perkembangan dan perubahan internasional yang terjadi,” kata Pangeran Faisal.
Sahabat lama di era baru
Dalam sebuah artikel yang diterbitkan oleh media Arab Saudi, Al Riyadh, Xi mengatakan bahwa kunjungan keduanya ke Arab Saudi bukan hanya sekadar mengingat bahwa kedua negara memiliki hubungan yang sangat baik di masa lalu. Akan tetapi, yang lebih penting dari kunjungannya kali ini adalah perjalanan bersama untuk membangun masa depan yang lebih baik.
“Kunjungan tersebut meneruskan persahabatan tradisional kita, dan mengantarkan era baru dalam hubungan China dengan dunia Arab, dengan negara-negara Arab di Teluk, dan dengan Arab Saudi,” tulis Xi, seperti dikutip dari laman kantor berita China, Xinhua.
Dalam artikel tersebut, Xi mengatakan, hubungan dagang antara saudagar-saudagar Arab dan para pedagang China telah berlangsung sejak lebih dari 2000 tahun. Melalui jalur rempah maritim dan jalur sutera di darat, interaksi peradaban China dan Arab telah terjalin lama. Interaksi itu, antara lain, berlangusng melalui pertukaran teknik pembuatan dan pencetakan porselen China dan kertas yang diperkenalkan ke wilayah barat. Pada saat bersamaan, astronomi, kalender, dan kedokteran Arab menyebar ke wilayah timur.
Baca juga : Sekutu AS di Timur Tengah Mulai ”Mendekati” China-Rusia
Di dalam artikel tersebut Xi mengutip ungkapan yang terkenal di kalangan Muslim yang menyatakan: “Carilah ilmu sampai ke negeri China”. “China dan Arab Saudi saling mengagumi dan melakukan pertukaran persahabatan sejak zaman kuno,” tulis Xi.
China dan Arab Saudi saling mengagumi dan melakukan pertukaran persahabatan sejak zaman kuno.
Kini, hal itu dicoba kembali dengan filosofi yang sama, yakni solidaritas dan kerja sama China dan Arab untuk menggapai masa depan yang memberikan kemakmuran dan kesejahteraan.
Dalam pandangan Xi, Arab Saudi dan negara-negara Arab adalah anggota penting bagi dunia yang tengah berkembang dan menjadi kekuatan kunci untuk keadilan global. Xi juga menyatakan, sama seperti halnya rakyat China, warga Arab menghargai kemerdekaan, menentang campur tangan eksternal, menentang politik kekuasaan dan kewenang-wenangan, dan berupaya untuk terus maju.
Negara-negara Arab, tulis Xi, secara tegas mendukung prinsip satu-China dan mendukung China dalam menjaga kepentingan intinya. “Demikian pula, China mendukung negara-negara Arab dalam menegakkan kedaulatan, kemerdekaan, dan integritas wilayah,” katanya.
Khusus dengan Arab Saudi, Xi berharap, kemitraan strategis komprehensif kedua negara yang telah berlangsung lebih dari satu dekade bisa dibawa ke level yang baru. Dalam pandangan Xi, kemajuan pesat dalam hubungan kedua negara terlihat dari realisasi berbagai proyek kerja sama, seprti proyek Yanbu Aramco Sinopec Refining Company, klaster industri China di Jazan Economic City, proyek utilitas dan infrastruktur Laut Merah, jaringan komunikasi 5G hingga keinginan bersama untuk mengeksplorasi Bulan.
Baca juga : Perseteruan AS-Saudi Memanas, dari Buka Kartu hingga Saling Menelanjangi
“China akan menjadikan kunjungan ini sebagai kesempatan untuk memperkuat kemitraan strategis komprehensifnya dengan Arab Saudi. Kami akan terus saling memberikan pengertian dan dukungan, dan bersama-sama mengadvokasi kemerdekaan dan menentang campur tangan pihak luar," tulis Xi.
"Kami akan lebih jauh mensinergikan Prakarsa Sabuk dan Jalan China dan Visi Arab Saudi 2030, memperdalam dan memperkuat kerja sama praktis di semua bidang, dan meningkatkan konvergensi kepentingan dan konektivitas orang-ke-orang antara kedua negara,” lanjut Xi.
Hubungan dengan AS
Meski tidak dalam situasi konflik, hadirnya Xi di Arab Saudi dan diterima dengan tangan terbuka dan senyum yang merekah di Riyadh. Hal ini mengirimkan pertanda bahwa hubungan tradisional antara Arab Saudi, negeri penghasil minyak, dan sekutu lamanya, Amerika Serikat, tidak dalam kondisi baik.
Aaron David Miller, peneliti senior pada Carnegie Endowment for International Peace, seperti dikutip laman Foreign Policy, menilai bahwa dalam situasi global yang tengah menjurus pada Perang Dingin 2.0, termasuk di dalamnya adalah ketegangan antara China dan AS, Arab Saudi memperlihatkan kecenderungan untuk bergerak lebih dekat ke Beijing dan bahkan mungkin Moskwa.
“Beijing mungkin tidak dapat menggantikan peran Washington dalam masalah keamanan. Akan tetapi, kini, Washington bukan lagi 'pasangan tetap bagi Arab Saudi',” kata Miller, menganalogikan hubungan AS dan Arab Saudi seperti pasangan suami istri.
Baca juga : Makin Dekat Ke Rusia, Arab Saudi Pimpin Pemangkasan Produksi Minyak
Menurut Miller, pilihan kebijakan Arab Saudi untuk meningkatkan kualitas hubungannya dengan China dianggap sebagai sebuah peningkatan kepercayaan diri yang luar biasa dalam menjalankan politik luar negerinya. Kepercayaan diri Arab Saudi telah tumbuh.
Miller mengatakan, Arab Saudi bertindak secara independen membela kepentingannya dengan memilih China sebagai sebuah negara besar. Tinggal bagaimana Riyadh bisa menggunakan kartu China untuk menguntungkan Arab Saudi, mengekstraksi sebanyak yang dia bisa dapatkan dari Beijing dan Washington tanpa mengasingkan keduanya secara permanen, demikian menurut Miller.
Dia meyakini bahwa hubungan AS-Arab Saudi tidak akan terhenti, meski juga tidak akan selalu dalam kondisi baik. Menurut Miller, yang harus diperhatikan dengan cermat adalah peningkatan rudal China yang sudah ada di tangan Saudi, serta kerja sama nuklir seperti apa yang mungkin sedang terjadi.
Gedung Putih mengatakan, kunjungan Xi ke Arab Saudi adalah contoh upaya China untuk memberikan pengaruh. Kunjungan itu tidak akan mengubah kebijakan AS terhadap Timur Tengah.
"Kami memperhatikan pengaruh yang China coba tumbuhkan di seluruh dunia," kata John Kirby, juru bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung, kepada wartawan. (AFP/REUTERS)