Pembelajaran Jarak Jauh untuk Perempuan Afghanistan
Perempuan Afghanistan menghadapi tantangan berupa pembatasan akses pada fasilitas kesehatan, kebebasan bergerak, dan kesempatan kerja. Tantangan-tantangan itu, antara lain, disebabkan oleh kebijakan penguasa.
Oleh
KRIS MADA
·3 menit baca
BADUNG, KOMPAS - Komunitas internasioal mendorong penyediaan pembelajaran jarak jauh bagi perempuan Afghanistan. Metode menjadi salah satu solusi terhadap pembatasan akses pendidikan bagi perempuan Afghanistan.
Menteri Luar Negeri (menlu) RI Retno Marsudi mengatakan, 11 juga perempuan dan anak perempuan Afghanistan sangat membutuhkan bantuan kemanusiaan. UNDP mencatat, pembatasan terhadap perempuan bisa membuat Afghanistan gagal memanfaatkan potensi produk domestik bruto hingga 1 miliar dollar AS.
Afghanistan juga ada di peringkat 156 dalam daftar ketimpangan jender. “Kita tidak bisa tinggal diam, harus melakukan sesuatu,” ujarnya di sela Konferensi Internasional untuk Pendidikan Perempuan Afghanistan (ICAWE), Kamis (8/12/2022), di Badung, Bali.
Retno bersama Wakil Menlu Qatar Lolwah Al-Khatter memimpin konferensi yang memang diselenggarakan Indonesia bersama Qatar itu. Peserta dari 48 negara dan empat organisasi internasional hadir di sana. Perwakilan Taliban yang menjadi penguasa faktual Afghanistan tidak diundang. Meski berkomunikasi, Indonesia belum mengakui Taliban sebagai pemerintah sah Afghanistan.
ICAWE juga dihadiri perwakilan sejumlah organisasi amal yang mengelola dana bersama maupun milik keluarga tertentu. Sebagian dari organisasi itu menjanjikan sokongan dana untuk membantu perluasan akses pendidikan bagi perempuan Afghanistan.
Sebagai penyelenggara ICAWE, Indonesia-Qatar telah mengucurkan puluhan juta dollar Amerika Serikat (AS) untuk aneka program kemanusiaan di Afghanistan. Bahkan Lolwah menyebut mayoritas bantuan Doha ke Kabul ditujukan untuk program pendidikan.
Retno mengatakan, ICAWE diselenggarakan untuk sekali lagi menunjukkan dukungan kepada Afghanistan. Secara spesifik, ICAWE bertujuan mendorong pemerataan akses pendidikan untuk seluruh orang Afghanistan. Para peserta juga mengidentifikasi lagi potensi dukungan untuk program pendidikan bagi perempuan Afghanistan.Peserta konferensi menyepakati Bali Message on ICAWE. Dalam pesan itu, mereka menekankan pentingnya Afghanistan perlu terus berusaha meningkatkan kualitas hidup perempuan dan anak perempuan. Hak mereka, termasuk pendidikan, harus dijamin.
Peserta ICAWE mendorong dibuat aksi nyata untuk memperluas peluang dan akses perempuan dan anak perempuan Afghanistan mendapat manfaat pendidikan. Berbagai metode pembelajaran, termasuk pembelajaran jarak jauh, perlu disediakan.
Upaya ini membutuhkan dukungan kuat dan nyata komunitas internasional. Diperlukan mobilisasi dana internasional untuk menyokongnya. Dalam Bali Message juga dicantumkan, kedamaian dan kesejahteraan Afghanistan membutuhkan keterlibatan dan pemberdayaan perempuan.
“Memastikan keterlibatan penuh, setara, dan bermakna perempuan di masyarakat akan memungkinkan Afghanistan mencapai potensi sepenuhnya,” sebut Bali Message.
Sayangnya, perempuan dan anak perempuan Afghanistan menghadapi tantangan berupa pembatasan akses pada fasilitas kesehatan, kebebasan bergerak, dan kesempatan kerja. Tantangan-tantangan itu antara lain disebabkan oleh kebijakan di Afghanistan. Perempuan paling terdampak oleh kebijakan yang memicu ketimpangan itu.
Lolwah mengatakan, pembatasan hak perempuan tidak diajarkan dalam Islam. Sebagai negara berpenduduk mayoritas Islam, Indonesia dan Qatar sepakat pada hal itu. Taliban yang mengaku berusaha mengelola negara berdasarkan hukum Islam juga perlu diajak memahami itu.
"Sudah jadi kewajiban bagi kita untuk memberi tahu bahwa menghalangi perempuan bersekolah bukan bagian dari ajaran agama Islam," ujarnya.
Bagi Qatar, ICAWE menunjukkan ada kesamaan visi komunitas internasional terkait pemberdayaan Afghanistan. Peserta ICAWE sepakat, akses pendidikan harus dibuka untuk semua orang tanpa terkecuali.
Retno mengatakan, Indonesia dan sejumlah negara serta organisasi setuju menyediakan beasiswa untuk perempuan Afghanistan. Bahkan, Indonesia sudah memulai pengucuran beasiswa sejak lama. Para mahasiswa Afghanistan didanai belajar di Indonesia. (COK/RAZ)