Hadang China di Pasifik, AS Gandeng Jepang dan Tambah Pasukan di Australia
AS memandang langkah-langkah China di kawasan Pasifik semakin berbahaya. Untuk menangkalnya, Washington akan menambah pasukan secara rotasi di Australia dan mengajak Jepang bergabung dalam front militer di Australia.
Oleh
MUHAMMAD SAMSUL HADI
·4 menit baca
WASHINGTON, RABU — Amerika Serikat akan menambah kehadiran pasukan darat, udara, dan laut secara rotasi di Australia. Penambahan ini, antara lain, mencakup pesawat-pesawat pengebom dan jet-jet tempur. Bukan itu saja, Washington juga akan mengajak Jepang untuk terlibat dalam penguatan postur militer mereka di Australia.
Keputusan tersebut disampaikan Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin seusai pertemuan tahunan tingkat menteri pertahanan dan menteri luar negeri dengan koleganya dari Australia (AUSMIN) di Washington DC, AS, Selasa (6/12/2022) waktu setempat atau Rabu WIB. Ia bersama Menlu AS Antony Blinken menjamu Menhan Australia Richard Marles dan Menlu Australia Penny Wong.
Salah satu topik yang mereka bahas, kata Austin, adalah langkah-langkah China yang mereka sebut ”berbahaya dan koersif” serta mengancam perdamaian dan stabilitas di kawasan Indo-Pasifik. Ia merujuk tindakan China terhadap Taiwan serta aksinya di Laut China Timur dan Laut China Selatan plus terhadap negara-negara di Pasifik.
Ditambah dengan peristiwa invasi Rusia ke Ukraina, menurut Austin, ancaman-ancaman tersebut mendorong AS dan Australia sepakat meningkatkan kemitraan di bidang pertahanan. ”Hari ini kami menyepakati untuk memperdalam kerja sama pertahanan dalam sejumlah bidang penting,” ujar Austin.
”Berdasarkan pembicaraan hari ini, kami akan menambah kehadiran pasukan AS secara rotasi di Australia. Hal itu mencakup rotasi kekuatan pesawat pengebom, jet tempur, dan rotasi berikutnya kemampuan Angkatan Laut dan Angkatan Darat AS.”
Austin tidak menjelaskan detail tentang kapan penambahan pasukan rotasi itu akan dimulai atau berapa banyak tentara, kapal laut, dan pesawat yang akan dilibatkan, serta belum jelas perbedaan pernyataan kali ini dengan pengumuman serupa lebih dari setahun lalu. ”Amerika Serikat dan Australia memiliki visi yang sama tentang kawasan tempat negara-negara dapat menentukan masa depan mereka sendiri,” kata Austin.
”Disayangkan, visi itu hari ini sedang ditantang. Tindakan-tindakan China yang berbahaya dan koersif di Indo-Pasifik, termasuk di sekitar Taiwan dan terhadap negara-negara Kepulauan Pasifik serta di Laut China Timur dan Laut China Selatan, mengancam perdamaian dan stabilitas kawasan,” lanjut Austin.
Dalam pernyataan bersama, kedua pihak mengatakan, ”Guna memperkuat kehadiran darat AS, mereka akan memperluas lokasi untuk pasukan Angkatan Darat dan Korps Marinir AS di Australia.” Mereka juga akan mengidentifikasi lokasi-lokasi untuk mendukung perluasan postur pasukan AS melalui peningkatan landasan pacu, tempat parkir pesawat, serta tempat penyimpanan bahan bakar dan amunisi.
Washington melihat Canberra sebagai mitra yang sangat penting dalam upaya menghadapi China. Para analis juga melihat Australia dapat memainkan peran logistik yang krusial bagi AS dalam mempertahankan Taiwan menghadapi China.
Sejak tahun 2011, AS menempatkan pasukan Marinirnya secara rotasi di Darwin, Australia utara. Setiap tahun ribuan anggota Marinir AS dikirim secara rotasi untuk mengikuti latihan militer dan latihan bersama di wilayah teritorial utara, Australia.
Washington melihat Canberra sebagai mitra yang sangat penting dalam upaya menghadapi China.
Mengutip sebuah sumber yang familier dengan persoalan, kantor berita Reuters pada Oktober 2022 melaporkan, AS berencana mengerahkan hingga enam pesawat pengebom yang dapat membawa senjata nuklir B-52 ke pangkalan udara di wilayah utara Australia.
Tahun lalu, tak lama sebelum pertemuan AUSMIN, AS bersama Australia dan Inggris menjalin kesepakatan pertahanan, AUKUS. Dengan kesepakatan itu, Australia akan memperoleh teknologi dari AS dan Inggris untuk mengembangkan kapal selam bertenaga nuklir.
Gandeng Jepang
Dalam pertemuan AUSMIN kali ini, AS dan Australia juga menyepakati untuk menggandeng Jepang dalam membentuk front militer bersama di Australia guna menghadang China di Pasifik. Media Australia, ABC, melaporkan bahwa dalam konferensi pers, baik Menlu Penny Wong maupun Menhan Richard Marles dan Menlu Australia Penny Wong tidak menyebut ”China” secara eksplisit.
”Benar-benar penting bahwa kami melakukan hal ini dari sudut pandang untuk menyiapkan keseimbangan di kawasan kami dan melibatkan negara-negara lain di kawasan. Dan kami berharap untuk bisa melibatkan Jepang," kata Marles.
Mereka dijadwalkan akan terbang ke Tokyo, Jepang, akhir pekan ini, guna membahas rencana penggabungan Jepang dalam inisiatif front militer di Australia. ”Kami dapat pergi ke Jepang pada akhir pekan ini dengan membawa undangan bagi Jepang untuk berpartisipasi dalam latihan-latihan bersama Australia dan Amerika Serikat,” lanjut Marles.
Hal tersebut juga ditegaskan Austin. ”Kami sepakat untuk memperluas menjadi kerja sama pertahanan trilateral dan mengajak Jepang untuk bergabung dengan inisiatif postur kekuatan kami di Australia,” katanya.
Jepang adalah salah satu sekutu utama Jepang di Asia Timur. Dalam beberapa tahun terakhir negara itu meningkatkan kerja sama diplomatik dengan Australia. Namun, hubungan di bidang pertahanan menjadi isu sensitif di Jepang terkait Undang-Undang Pasifisme yang membatasi gerak militer negara itu di luar negeri. (AFP/REUTERS)