AS Bujuk Sekutu Hibahkan Arhanud Mirip Milik Indonesia
TNI AU memesan dua NASAMS pada 2017. Pada November 2020, pesanan itu tiba dan sudah dipakai untuk melindungi wilayah udara Jakarta.
Oleh
KRIS MADA
·4 menit baca
WASHINGTON, SENIN — Amerika Serikat tengah membujuk sekutunya menghibahkan artileri pertahanan udara tambahan untuk Ukraina. Artileri serupa, antara lain, dioperasikan TNI AU di sekitar Jakarta.
Bujukan itu diungkap pemimpin Raytheon Technologies, Greg Hayes, kepada laman Defense One. Hayes mengungkapkan hal tersebut beberapa hari setelah Angkatan Darat AS mengumumkan kontrak 1,2 miliar dollar AS untuk Raytheon. Dana itu untuk membeli enam unit National Advanced Surface to Air System (NASAMS).
Nama lain artileri pertahanan udara (arhanud) itu adalah Norwegia Advanced Surface to Air System (NASAMS). Norwegia adalah pengguna pertama sekaligus terlibat dalam pengembangan NASAMS bersama Raytheon, kontraktor pertahanan terbesar kedua di dunia.
Dalam pengumuman pada 30 November 2022, dua dari enam unit NASAMS telah dipakai Ukraina. Sementara empat unit lain harus diproduksi dalam waktu hingga dua tahun ke depan. Oleh karena itu, menurut Hayes, AS berusaha membujuk sekutu dan mitranya mengirimkan NASAMS mereka ke Ukraina pada 2023.
Selanjutnya, AS akan mengganti NASAMS tersebut dalam dua tahun ke depan. ”Departemen Pertahanan berusaha mendapatkannya untuk pengiriman tahun depan,” kata Hayes. Anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) yang mengoperasikan NASAMS adalah AS, Belanda, Lituania, Spanyol, dan Hongaria. Di luar NATO, NASAMS dioperasikan Finlandia, Australia, Qatar, Indonesia, dan kini Ukraina.
Raytheon menyebut, ada satu negara lain yang mengoperasikan NASAMS. Namun, ada kesepakatan untuk tidak mengungkap nama negara itu. Lembaga kajian pertahanan, Forecast International, menyebut Chile juga mengoperasikan NASAMS.
Hayes, pejabat Departemen Pertahanan AS, dan Angkatan Darat AS tidak mengindikasikan negara mana yang akan memberikan NASAMS mereka ke Ukraina. Kecuali Chile, Indonesia, dan Qatar, semua operator NASAMS telah mengirimkan aneka persenjataan dan perangkat pertahanan ke Ukraina.
TNI Angkatan Udara memesan dua NASAMS pada 2017. Pada November 2020, pesanan itu tiba dan sudah dipakai untuk melindungi wilayah udara Jakarta. Pada April 2021, Kementerian Pertahanan RI mengindikasikan NASAMS 2 telah disiagakan di dekat Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten.
Seperti pada kontrak Indonesia, butuh rata-rata dua tahun untuk membuat setiap unit NASAMS. ”Namun, tidak ada keajaiban untuk mempercepat produksi atau membuatnya setiap hari,” kata Hayes.
Raytheon bisa mengirimkan dua unit NASAMS ke Ukraina pada Agustus 2022 karena kebetulan sedang memproduksi pesanan untuk negara lain. Hayes tidak menyebut negara mana yang pesanannya dialihkan ke Ukraina.
Hayes menyebut, Asisten Pengadaan dan Logistik pada Direktorat Jenderal Angkatan Darat AS, Douglas Bush, berperan penting dalam proses pengalihan itu. ”Percepatan dan kelenturan pengadaan menjadi prioritas. Pengesahan kontrak dalam waktu cepat menunjuk Angkatan Darat AS bisa tangkas dalam situasi genting,” kata Bush.
Meski baru diungkap akhir November 2022, kontrak pengadaan enam NASAMS diberikan Angkatan Darat AS ke Raytheon pada Agustus 2022. NASAMS pertama tiba beberapa pekan selepas kontrak diberikan. ”Kebetulan sebagian suku cadang ada di kami,” kata Hayes.
Angkatan Darat AS menyebut, dua NASAMS pertama sudah dioperasikan Ukraina dan teruji dapat menangkal rudal serta pesawat nirawak Rusia. Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin mengklaim, tingkat keandalan NASAMS mencapai 100 persen. Artinya, setiap rudal yang ditembakkan NASAMS bisa menyasar target yang terlacak.
Setiap baterai NASAMS terdiri dari 12 peluncur rudal. Setiap peluncur bisa memuat sampai enam rudal darat ke udara AIM-120 AMRAAM. NASAMS juga dilengkapi delapan radar dan satu unit kendali operasi.
Hayes menyebut, biasanya operator butuh latihan hingga 180 hari sebelum bisa mengoperasikan NASAMS. Untuk Ukraina, latihan dipadatkan menjadi dua bulan di Norwegia. ”Fokus pada cara mengoperasikan. Pelatihan untuk perawatan dan perbaikan akan disusulkan,” katanya.
Seperti peluncur roket multilaras gerak cepat (HIMARS), NASAMS juga perlu perawatan dan perbaikan berkala. AS dan sekutunya punya dua pilihan untuk NASAMS, HIMARS, dan aneka persenjataan yang dihibahkan ke Ukraina.
Pertama, menarik lagi aneka persenjataan itu ke luar Ukraina jika masa perbaikan tiba. Kedua, melatih tentara Ukraina merawat dan memperbaiki persenjataan itu.
Pilihannya sama-sama sulit. Selama puluhan tahun, tentara Ukraina dilatih menggunakan, merawat, dan memperbaiki persenjataan standar Uni Soviet. Sampai sekarang, sebagian industri pertahanan warisan Uni Soviet masih beroperasi di Ukraina.
Di sisi lain, menarik persenjataan dari medan perang Ukraina juga sukar. Aneka persenjataan itu terletak hingga 1.000 kilometer dari perbatasan Ukraina dengan Polandia, terminal utama pasokan senjata dari AS dan sekutunya ke Ukraina. Untuk menghindari serangan Rusia sebelum tiba di medan perang, persenjataan itu kerap dibongkar sebelum dikirim ke tujuan. Di sejumlah lokasi di Ukraina, persenjataan itu dirakit ulang lalu dikirim ke garis depan.
Sebelum menerima NASAMS, Ukraina antara lain menggunakan arhanud SA-6, SA-8, dan S-300 warisan Uni Soviet. Sejak perang meletus, Ukraina antara lain meminta NASAMS dan Hawk. NASAMS mulai dioperasikan pada 1998, sementara Hawk dioperasikan sejak Perang Dingin.
Dalam berbagai pertemuan dengan koleganya, Austin terus meyakinkan mereka untuk membantu peningkatan sistem pertahanan udara Ukraina. Rangkaian serangan udara Rusia menunjukkan Ukraina nyaris tidak berdaya menghadapi rudal, roket, pesawat nirawak berpeledak, hingga mortar Rusia. (AFP/REUTERS)