“Sebab inflasi itu mirip kanker,” kata ekonom KPMG, Diane Swonk. “Jika tidak diatasi, akan membuat inflasi lebih kronis,” katanya.
Oleh
SIMON P SARAGIH S
·3 menit baca
Kenaikan suku bunga untuk menekan inflasi di Amerika Serikat memicu gejolak keuangan global. Banyak usaha dan negara yang tertekan akibat kenaikan beban utang dan apresiasi dollar AS. Akan tetapi, situasi ini seperti pil pahit.
Sepanjang kondisinya belum sehat, ekonomi AS adalah sumber masalah. Status sebagai alat tukar global, bukan karena kekuatan ekonomi AS, menjadikan dollar AS sebagai penyebab derita. Penciutan peredaran dollar AS, di samping kenaikan suku bunga dollar AS, sebagai bagian dari langkah penyehatan, juga menjadi sumber masalah.
Dua hal inilah sebagai penyebab derita global karena mendera seluruh dunia. Kisruh akibat penciutan peredaran dollar AS dan kenaikan suku bunga menyebabkan pertumbuhan global menurun pada 2023.
Gejalanya sudah mulai terasa sepanjang 2022. Catatan ini menjadi salah satu pesan utama dalam peringatan Bank Dunia, Dana Moneter Internasional (IMF), serta ekonom Nouriel Roubini, Mohamed El-Erian, dan lainnya.
Perdagangan, aliran investasi global, dipastikan menurun berdasarkan perkiraan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO). Gejolak di pasar uang, obligasi, dan indeks-indeks saham juga menambah guncangan pada perdagangan dan investasi global. Sejumlah negara akan semakin mengalami penumpukan utang sehingga menambah daftar panjang negara-negara yang terjerembap utang.
Derita akibat dollar AS tersebut masih akan berlanjut. Sebab, penciutan peredaran dollar AS dan kenaikan suku bunga dollar AS belum akan berhenti. Inflasi di AS masih tinggi, 7,7 persen, atau masih jauh di atas target 2 persen.
Situasi ini telah membuat bank sentral AS, The Fed, mencanangkan lanjutan kenaikan suku bunga dari level sekarang 3,75 persen hingga 4 persen. Menurut Presiden Federal Reserve St Louis, James Bullard, lanjutan kenaikan suku bunga dollar AS diperkirakan melampaui 5,25 persen.
Presiden Federal Reserve Bank of Minneapolis Neel Kashkari bahkan lebih ekstrem. ”Tidak bisa diketahui sejauh mana suku bunga Fed akan berakhir. Yang jelas, jika inflasi masih tinggi, suku bunga akan terus dinaikkan,” katanya.
Di samping itu, pengetatan peredaran dollar AS juga terus dilakukan. ”Sebab, inflasi itu mirip kanker. Jika tidak diatasi, akan membuat inflasi lebih kronis,” kata ekonom KPMG, Diane Swonk. Efek inflasi, antara lain, menggerus pendapatan orang berpendapatan tetap.
Artinya, derita ekonomi global akan terus meningkat pada 2023. Akan tetapi, derita akibat gejolak dollar AS memiliki sisi lain. Ini adalah efek penyehatan perekonomian AS. Presiden Bank Sentral Eropa (ECB) Christine Lagarde dengan jelas mengatakan, derita akibat inflasi adalah obat penting bagi perekonomian. Hal senada diungkapkan Gubernur Bank Sentral Jerman Joachim Nagel.
Ada kebablasan luar biasa di era Covid-19 berupa suku bunga nol persen dan pengucuran stimulus luar biasa di seluruh dunia, khususnya AS. Ini adalah tindakan yang tidak dicermati, bahkan dibiarkan bablas oleh Gubernur Bank Sentral AS Jerome Powell dan Menteri Keuangan AS Janet Yellen.
Kenaikan suku bunga dan penciutan peredaran dollar AS adalah langkah koreksi. Tidak akan ada ekonomi yang sehat dengan moneter yang kacau. Irving Fisher dan John Maynard Keynes sudah mengingatkan efek peredaran uang terhadap kenaikan harga-harga.
Maka semua pihak mendukung pengetatan moneter. Hanya saja efek resesi tetap ada. Langkah paling penting adalah penyelamatan kelompok paling terpukul. Tantangannya adalah bagaimana mengamankan kebijakan untuk menyelamatkan kelompok paling terpukul. (AP/AFP/REUTERS)