Inflasi Eropa Meroket, Ekspor Asia Tenggara Tersendat
Eropa terus mendaki inflasi. Catatan 10,7 persen per Oktober, diperkirakan belum puncak. Situasi ini menyebabkan ekspor Asia Tenggara ke Eropa tertekan.
Oleh
KRIS MADA
·4 menit baca
AFP/DANIEL ROLAND
Kantor pusat Bank Sentral Eropa di Frankfurt, Jerman, pada Oktober 2022. Pada 28 November 2022, Presiden Bank Sentral Eropa (ECB) Christine Lagarde mengatakan inflasi di zona Euro masih akan terus naik. Oktober lalu, untuk pertama kalinya inflasi zona euro menembus 10 persen.
BRUSSELS, SELASA - Inflasi Uni Eropa, yang menembus 10,7 persen pada Oktober 2022, masih berpeluang naik. Lonjakan harga energi dan pangan jadi penyebab utama kenaikan itu. Ekspor Asia Tenggara ke Benua Biru, termasuk Indonesia, akan tertekan.
Presiden Bank Sentral Eropa (ECB) Christine Lagarde mengatakan, semua faktor pembentuk inflasi menunjukan kenaikan harga. Makanan, energi, dan aneka kebutuhan lain terus naik harganya.
“Kami tidak melihat bagian atau arah yang bisa membuat saya yakin bahwa kita mencapai puncak inflasi dan inflasi akan turun dalam waktu dekat,” ujarnya dalam dengar pendapat di parlemen Eropa, Senin (28/11/2022) sore waktu Brussels.
Ia membenarkan harga gas alam di Eropa terpangkas 40 persen dibandingkan September 2022. Masalahnya, penurunan itu lebih disebabkan awal musim dingin yang hangat sehingga permintaan gas menurun.
AP PHOTO/AUREL OBREJA
Dua pria tengah memotong kayu untuk stok penghangat musim dingin di Chisinau, Moldova, Sabtu (15/10/2022). Eropa memasuki musim dingin saat pasokan energi di negara itu mengalami krisis. (AP Photo/Aurel Obreja)
Ke depan, seiring penurunan suhu selama musim dingin, kondisi dikhawatirkan berbeda. Saat itu, permintaan gas akan meningkat. Padahal, sampai sekarang, Uni Eropa (UE) belum menyepakati usulan pengendalian harga gas. “Kita harus sangat berhati-hati karena penurunan (harga) gas tidak signifikan,” ujarnya.
Eurostat mencatat, hingga 53 persen inflasi dipicu harga energi dan makanan. “Harga energi masih menjadi faktor kunci inflasi di zona euro (negara-negara pengguna euro sebagai mata uang), di mana pada Oktober mencapai dua digit untuk pertama kalinya sejak ada persatuan moneter kawasan,” kata dia.
Oleh karena itu, ECB masih akan meneruskan berbagai kebijakan meredam inflasi. ECB masih akan terus mencoba menekan konsumsi agar inflasi tidak terus bertambah. Kebijakan itu termasuk menaikkan suku bunga acuan. “Kami jelas akan terus menaikkan suku bunga,” kata Lagarde.
Ia dan para ekonom ECB menaksir, inflasi sesuai target ECB baru akan tercapai pada 2025. Pada 2022-2024, inflasi masih di atas 2 persen. Sementara pada 2022, inflasi ditargetkan mencapai 2 persen.
STEFAN SAUER/DPA VIA AP
Tanker Neptune mendekati pelabuhan Mukran, Jerman pada 23 November 2022. Jerman akan menjadikan tanker itu sebagai terminal terapung untuk menerima gas impor dari negara selain Rusia.
Dampak Perkembangan di UE berdampak buruk pada Asia Tenggara. UE mengimpor aneka komoditas senilai 131 miliar euro dari ASEAN sepanjang 2021. UE merupakan mitra dagang terbesar ketiga ASEAN.
“Inflasi dan peluang resesi di Eropa akan menyebabkan perlambatan ekspor dari Asia Tenggara. Perlambatan ekonomi di Eropa jelas akan berdampak pada negara-negara Asia Tenggara,” kata direktur Pusat Kajian UE di Singapura, Lay Hwee Yeo, kepada media Jerman Deutsche Welle.
Masalah ASEAN lebih serius karena perlambatan terjadi pada tiga mitra dagang utamanya. Selain EU, mitra utama ASEAN adalah Amerika Serikat (AS) dan China. Kinerja ekonomi tiga negara dan gabungan negara itu masih terus melambat. Akibatnya, ASEAN tidak bisa menemukan pasar pengganti.
Ekonom senior Natixis, Trinh Nguyen, menyebut kondisi paling berat terutama dialami Vietnam, Singapura, dan Kamboja. Sebab, porsi interaksi perekonomian tiga negara itu dengan UE, AS, dan China paling besar dibandingkan anggota ASEAN lainnya.
Ekonom Maybank, Brian Lee Shun Rong, menyebut perlambatan ekonomi UE akan terus terjadi selama dampak perang Rusia-Ukraina belum teratasi. “Mereka masih terdampak gangguan rantai pasok gara-gara perang itu,” ujarnya.
Bukan hanya UE, negara di kawasan lainnya terdampak oleh perang itu. Keinginan UE menekan aneka ekspor Rusia menyulitkan UE dan negara lain di luar UE. Harga aneka komoditas melonjak karena pasar global kehilangan pemasok penting gara-gara manuver UE dan sekutunya pada Rusia.
AFP/SASCHA SCHUERMANN
Turbin untuk jaringan pipa gas Nord Stream 1 di pusat perbaikan milik perusahaan Jerman, Siemens Energy, di Muelheim an der Ruhr pada Agustus 2022. Kini, aliran gas dari Rusia ke Jerman dan negara lain di Eropa praktis terhenti.
Larangan penyediaan layanan asuransi maritim membuat aneka komoditas ekspor Rusia sulit diangkut. Sebab, 90 persen jasa asuransi disediakan oleh perusahaan-perusahaan di London, Inggris. Padahal, ekspor Rusia ke Asia-Afrika harus melewati Selat Bosphorus dan Terusan Suez. Pengelola dua jalur maritim itu melarang kapal apa pun melintas jika tidak dijamin asuransi dengan reputasi jelas.
Di pasar energi, harga melonjak setelah UE mencari pemasok pengganti untuk minyak dan gas. Dengan kemampuan ekonominya, UE bisa membayar lebih mahal dibandingkan banyak negara Asia-Afrika. Akibatnya, pedagang migas memprioritaskan pasokan ke UE dibandingkan Asia-Afrika.
Sebagai importir minyak, gas, dan pangan, Indonesia juga terdampak. Pada Januari-Juli 2022, Indonesia mengeluarkan rata-rata 79 juta dollar AS setiap hari untuk mengimpor minyak. Indonesia juga membayar rata-rata 17,3 juta dollar AS per hari di periode yang sama untuk mengimpor gas minyak cair.
Lagarde menyebut, dampak Rusia pada perekonomian UE memang sangat besar. Karena porsi pasokan Rusia dan lokasi UE dekat dengan Rusia, maka dampaknya semakin besar. “Eropa terpukul sangat keras,” kata dia. (AFP/REUTERS/RAZ)