Merajut Impian Makmur Bersama dari Pelosok China
Membuka akses jalan dari desa ke kota, merelokasi warga miskin ke daerah yang lebih baik, dan memastikan lapangan pekerjaan menjadi kunci keberhasilan China mengentaskan kemiskinan.
Setelah hampir satu jam melewati jalanan menanjak penuh kelokan tajam dan hanya selebar satu kendaraan minibus, akhirnya kami sampai juga di Desa Huanggualu, Kecamatan Tianbao, Kabupaten Malipo, Prefektur Otonom Wenshan Zhuang dan Miao, Provinsi Yunnan, China. Sepanjang jalan menuju ke pusat desa, tersuguh pemandangan tebing terjal dan kebun-kebun terasering.
Segalanya tampak agak samar karena tertutupi kabut tipis. Ketika melewati perkampungan, terlihat kebun-kebun warga yang ditanami sayur dan buah di sela-sela batu-batu yang tampak seperti batu karang dan karst.
Baca juga : Menemukan "Nusantara" di Yunnan
Sesampainya di pusat desa, Rabu (16/11/2022) sore, 14 perempuan berpakaian tradisional etnis Yao menyambut dengan nyanyian dan tarian. "Minuman selamat datang" berupa teh panas tanpa gula tersaji bersama potongan buah naga, pepaya, pisang, terong belanda, dan jagung rebus. Serasa sedang di Tanah Air.
Selama ini Yunnan yang bertetangga dengan Vietnam ini dikenal sebagai salah satu daerah penghasil aneka buah di China. "Ini sebagian hasil kebun kami di sini. Kalau tidak ada kabut tebal, kebun-kebunnya bisa dilihat dari atas sini," kata Deng Fuhua, salah satu warga Huanggualu, sambil menunjuk ke lahan di bawah.
Kabut sore itu semakin pekat sehingga kebun warga di ketinggian 1.400 meter dari permukaan laut ini semakin hilang dari pandangan. Kepala Desa Huanggualu Zhao You Rong menceritakan pengalamannya mengolah kebun tomat seluas 4,5 hektar bersama istrinya. Berkat hasil kebun, kehidupannya membaik. Pendapatannya bisa sampai sekitar 150.000 RMB (sekitar Rp 328 juta) per tahun.
Selain tomat, ia dan 30 kepala keluarga di desa itu juga menanam rempah-rempah langka cao guo atau amomum tsao-ko, lazim dikenal sebagai kapulaga hitam. Tanaman mirip jahe yang tumbuh di dataran tinggi Yunnan dan Vietnam serta hanya dipanen pada Agustus ini dimanfaatkan sebagai obat dan bumbu masak. Dua hasil pertanian tersebut menjadi andalan daerah ini.
Sekretaris Komite Partai Komunis China (PKC) Kecamatan Tianbao, Zhang Jun menjelaskan, pendapatan warga bisa meningkat pesat berkat penjualan hasil panen tomat dan cao guo secara daring. Dulu hasil panen hanya dijual di pasar terdekat dengan dibawa sendiri oleh para petani. Namun, harganya kurang bagus.
Setelah dijual secara daring, harga cao guo bisa lebih tinggi, sekitar 60-80 RMB (Rp 132.000-Rp 175.000) per kilogram dalam bentuk kering. Pendapatan warga dulu hanya sekitar 30.000-40.000 RMB per tahun. Kini pendapatan mereka naik menjadi setidaknya 120.000 RMB per tahun.
"Menjual secara daring tidak repot dan lebih cepat. Kurir layanan antar yang ambil hasil panen dari petani dan langsung dikirim ke konsumen. Petani hanya perlu mempromosikan produknya," kata Zhang.
Baca juga : China Dorong Investasi Asing
Hasil panen pun menjadi lebih mudah dibawa keluar desa karena akses jalan menuju ke kota sudah dibuat sejak 2014. Sebelum 2014, akses jalan menuju desa sangat sulit karena berlumpur. Membawa hasil panen dulu repot sekali sehingga hanya bisa dijual di pasar terdekat.
Terbukanya akses desa setelah dibuat jalan ini juga menjadi kunci keberhasilan 68 keluarga di Desa Jianglong, Kecamatan Xingjie, yang mayoritas menanam jeruk. Hasil panen pun dijual secara daring sehingga akses jalan menjadi penting bagi truk kurir e-dagang yang lalu lalang di desa saat panen.
Urusan membuka jalan di Yunnan tidak mudah karena kawasan ini berupa gunung dan bukit karst. Hamparan karst menjadi pemandangan sepanjang perjalanan dari Kunming, ibukota Yunnan, ke Wenshan selama 3,5 jam. Sepanjang jalan tol itu banyak terowongan menembus gunung dan bukit yang panjangnya berkisar 1-9 kilometer.
Jalan tol yang mengular ini menjadi pintu penghubung China dan Vietnam. Jarak China-Vietnam sangat dekat. Jarak Desa Huanggualu dengan Hanoi, ibu kota Vietnam, hanya sekitar 4 jam perjalanan.
Baca juga : China Songsong 100 Tahun Kedua
Membuka akses jalan ke kampungnya bukan urusan gampang bagi Xie Chengfen (52), ibu dua anak dari Desa Haiziba di Kecamatan Xichou. Xie yang pernah menjadi kepala desa pada 1996-2016 itu dulu membangun jalan sepanjang 8 kilometer dari desanya yang terpencil menuju jalan utama bersama warga.
Lahan desa yang berbatu dan berbukit sulit untuk ditanami dan dibangun jalan. Karena persoalan ini, perekonomian kampung sulit berkembang. Sebelum membangun jalan, Xie belajar cara membudidayakan kenari, tanaman yang cocok untuk daerahnya, lalu mengajak warga untuk menanam 8.300 pohon kenari.
"Saat panen, kenari susah sampai pasar karena jalanan jelek. Akhirnya kami bangun jalan pada 2008. Untuk mengatasi kekurangan dana, saya minta sumbangan warga dengan keliling ke setiap rumah," kata Xie, yang pada waktu itu juga didiagnosis menderita kanker payudara.
Tidak mudah membuka lahan untuk pertanian dan jalan karena banyaknya bebatuan. Untuk menghancurkan bebatuan digunakan bahan peledak dan tenaga manusia dengan peralatan seadanya. Meski sedang sakit, Xie tetap turun bersama warga. Jika tidak, tidak akan ada warga yang mau bergerak.
Untuk memenuhi kebutuhan air bersih, warga menggali lubang di tanah untuk menyimpan air bersih yang diambil dari sungai dan dialirkan ke desa dengan membangun pipa-pipa air. Kini hasilnya bisa dinikmati. Dari hasil panen kenari, pendapatan naik menjadi 180.000 RMB per tahun. "Dulu kami khawatir terus tidak bisa makan. Sekarang sudah tak perlu khawatir lagi karena punya uang," ujarnya.
Baca juga : China dalam Genggaman Xi Jinping
Wilayah Xichou pun mayoritas kawasan pegunungan. Dari luas wilayah sekitar 1.506 kilometer persegi, tiga perempatnya dipenuhi bebatuan. Untuk membuka lahan pemukiman, perkebunan, pertanian, dan fasilitas jalan, gunung-gunung harus dihancurkan. Proses ini sudah dimulai sejak tahun 1950 serta bukan proses mudah dan cepat.
Sebagai gambaran, untuk bisa membangun jalan sepanjang 5 kilometer saja, butuh waktu sampai 6 tahun. Bahkan ada jalan sepanjang 1 kilometer yang proses pembangunannya butuh waktu sampai 12 tahun karena lokasi desa di bukit.
Bebas kemiskinan
Kehidupan masyarakat yang membaik membuat wilayah Tianbao terbebas dari kemiskinan pada 2020 berkat infrastruktur, lapangan pekerjaan di pabrik, konstruksi, dan industri pertanian. Pendapatan bersih per kapita orang miskin meningkat dari 2.785 RMB pada 2015 menjadi 12.267 RMB pada 2021. China menetapkan standar kemiskinan ekstrem nasional berdasarkan ambang pendapatan per kapita sebesar 4.000 RMB per tahun atau sekitar 1,52 dollar AS per hari. Sementara Bank Dunia menetapkan 1,90 dollar AS per hari.
Sejak 2012, sekitar 8,8 juta orang di 88 kabupaten yang dibelit kemiskinan dan 8.502 desa di Yunnan terbebas dari kemiskinan. Selama delapan tahun terakhir, 70 persen kabupaten di Yunnan teridentifikasi relatif miskin dan 20 persen sangat miskin. Di 27 kabupaten yang sangat miskin di Yunnan terdapat 2,47 juta orang yang hidup di bawah garis kemiskinan nasional.
Selama lima tahun terakhir, sekitar 1,5 juta orang yang tinggal di daerah dengan sumber daya yang tidak memadai direlokasi ke kompleks perumahan baru dengan bangunan modern. Lebih dari 2.800 komunitas relokasi dibangun, termasuk 19 lokasi yang masing-masing bisa menampung sekitar 10.000 orang.
Baca juga : China dan Dunia Saling Membutuhkan
Pemerintah Yunnan menghabiskan setengah dari anggaran pembangunan perdesaan untuk daerah-daerah yang sangat miskin. Yunnan merupakan salah satu medan pertempuran utama China melawan kemiskinan. Desa-desa di Yunnan kini memiliki akses jalan yang diperkeras, listrik, dan jaringan serat optik. Anggaran pemerintah pusat untuk memberantas kemiskinan di Yunnan juga meningkat tiga kali lipat sejak 2015.
Melalui strategi “Timur Membantu Barat”, Yunnan menerima 14,1 miliar RMB atau sekitar 2,2 miliar dollar AS bantuan keuangan dari Shanghai dan Guangdong. Shanghai dan Guangdong mengirim 837 kader partai dan 3.680 tenaga profesional dan teknis ke Yunnan serta mendorong perusahaan untuk investasi 16,2 miliar RMB atau sekitar 2,5 miliar dollar AS untuk Yunnan. Ini memberi manfaat kepada 410.800 orang miskin. Sebanyak 26 kawasan industri dibangun di Yunnan dan 50.500 lapangan pekerjaan disediakan melalui 698 "bengkel penanggulangan kemiskinan".
Infrastruktur
Dalam studi "Empat Dekade Pengurangan Kemiskinan di China: Pendorong, Wawasan untuk Dunia, dan Jalan ke Depan” oleh Kementerian Keuangan China, Pusat Riset Pembangunan (DRC) Dewan Negara, dan Bank Dunia, bersama Pusat China untuk Pengetahuan Internasional tentang Pembangunan (CIKD) disebutkan, China sukses berkat pertumbuhan ekonomi yang cepat dan transformasi ekonomi yang membuka peluang dan meningkatkan pendapatan masyarakat miskin. Itu juga didasarkan pada tata kelola yang efektif dengan strategi yang jelas.
Elemen terpenting dalam pengentasan kemiskinan China adalah pembangunan dan peningkatan jalan pertanian ke pasar. Akses yang lebih baik bagi masyarakat miskin ke pasar untuk menjual produk mereka dan memenuhi kebutuhan konsumsi mereka menjadi kunci.
Investasi yang dikucurkan untuk membangun jalan bebas hambatan antarkota naik 44 persen setiap tahun, dari 147 kilometer pada 1988 menjadi 25.130 kilometer pada 2002 dan pada 2020 bertambah menjadi 161.000 kilometer. "Dulu tantangannya kondisi jalan dan akses ke kota yang sulit. Sekarang Covid-19. Kondisi agak susah tetapi kami pasti bisa melewatinya karena kami punya impian masa depan untuk makmur bersama," kata Xie.