UE akan memicu kontrak dibuat tanpa melalui pasar. Akibatnya, mekanisme pasar diabaikan dan tidak ada lagi transparansi yang bisa diakses semua pelaku pasar. Persaingan tidak sehat dalam perdagangan gas akan terjadi.
Oleh
KRIS MADA
·3 menit baca
AFP/INA FASSBENDER
Stasiun kendali jaringan pipa gas di Werne, Jerman, pada Maret 2022. Pada November 2022, Komisi Eropa mengusulkan pembatasan harga gas sebagai upaya mengendalikan harga energi di Uni Eropa. Anggota UE menolak usulan itu karena berbagai alasan.
BRUSSSELS, JUMAT — Anggota Uni Eropa berbeda pendapat soal pembatasan harga maksimal gas di kawasan itu. Regulator pasar menyebut intervensi oleh Uni Eropa sebagai manipulasi dan malah akan memperburuk keadaan.
Perbedaan itu mengemuka dalam rapat para menteri negara anggota UE, Kamis (24/11/2022) sore waktu Brussels atau Jumat dini hari WIB. Rapat para menteri yang membidani energi itu membahas usulan Komisi Eropa membatasi harga gas. Pada Selasa, Komisi Eropa mengusulkan harga harus dibatasi dalam kondisi tertentu. Pembatasan berlaku apabila harganya mencapai 275 euro (sekitar Rp 4,4 juta) per megawatt jam (MWh) selama dua pekan berturut-turut. Dalam perdagangan Kamis, gas dijual rata-rata 130 euro (Rp 2,1 juta) per MWh.
Penolakan pembatasan dilontarkan Austria, Belanda, Estonia, Denmark, Finlandia, Irlandia, dan Luksemburg. Sementara Italia, Malta, dan Spanyol menganggap batas atasnya terlalu tinggi.
Amsterdam paling kencang menolak pembatasan harga. Usulan Komisi Eropa dipandang sebagai intervensi pasar yang malah akan mengganggu keamanan pasokan gas EU dan kestabilan pasar keuangan. ”Malah akan lebih banyak masalah,” kata Menteri Energi Belanda Rob Jetten.
Menteri Energi Spanyol Teresa Ribera menyebut usulan itu sebagai lelucon yang tidak lucu. ”Usulan itu sangat tidak bisa dijalankan, di luar jangkauan, dan tidak efisien,” katanya.
Batas atas dipandang tidak akan pernah tercapai. ”Alih-alih mengendalikan, harga ini malah bisa memicu kenaikan harga,” katanya.
Usulan Komisi Eropa dinilai tidak sesuai fakta. ”Kalau benar (harga) gas mencapai 275 euro selama 15 hari berturut-turut, perekonomian Eropa akan lumpuh,” ucapnya.
Menteri Energi Yunani Kostas Skrekas mengingatkan, UE kini membayar gas dengan harga tertinggi. Batasan yang diusulkan Komisi Eropa terlalu tinggi. ”Bukan batasan namanya kalau seperti itu. Kalau mau membuat pagu, bikinlah antara 150 euro sampai 200 euro. Itu baru realistis,” ujarnya.
Sementara Menteri Energi Malta Miriam Dalli mengatakan, usulan Komisi Eropa tidak selaras dengan tujuan. Usulan itu juga tidak menggambarkan kondisi pasar. ”Kami tidak meminta ini,” ujarnya.
Reaksi pasar
Para pedagang energi Eropa menaksir, pebisnis energi harus menanggung tambahan biaya 33 miliar dollar AS jika rencana itu diwujudkan. Intercontinental Exchange (ICE), lembaga yang mengelola pasar komoditas utama tempat gas Eropa diperdagangkan, telah mengirim peringatan itu ke UE. Usulan UE, menurut ICE, akan mengacaukan pasar. Kontrak di masa depan akan terdampak. Para produsen akan meminta pembayaran uang muka lebih besar dari pembeli.
Regulator pasar komoditas berjangka Belanda, AFM, menyebut, usulan UE akan memicu kontrak dibuat tanpa melalui pasar. Akibatnya, mekanisme pasar diabaikan dan tidak ada lagi transparansi yang bisa diakses semua pelaku pasar. Persaingan tidak sehat dalam perdagangan gas berpeluang besar terjadi.
Sejumlah pejabat UE membenarkan ada potensi bahaya dari usulan tersebut. Mereka menyadari, intervensi pasar seperti yang diusulkan Komisi Eropa akan berdampak luas. Sebab, pasar tidak hanya terdiri atas perdagangan komoditas primer. Ada perdagangan produk turunan (derivatif) yang menempel erat pada perdagangan produk utama.Di pasar, bukan hanya komoditas yang diperdagangkan. Hak tagih, kontrak penjualan, hingga hak pengiriman bisa diperdagangkan lagi di pasar derivatif.
AP/MICHAEL SOHN
Stasiun kendali jaringan pipa gas di Lubmin, Jerman, pada Ferbruari 2022. Pada November 2022, Komisi Eropa mengusulkan pembatasan harga gas sebagai upaya mengendalikan harga energi di Uni Eropa. Anggota UE menolak usulan itu karena berbagai alasan.
Sejumlah analis juga menyebut usulan Komisi Eropa tidak sesuai kondisi nyata. ”Bahkan, saat mencapai harga tertinggi gara-gara ulah Rusia, harga tidak pernah melebihi 275 euro per MWh selama sepekan berturut-turut,” kata peneliti pasar energi pada Jacques Delors Institute, Phuc-Vinh Nguyen.
Manajer senior pada Columbus Consultancy, Nicolas Goldberg, menyebut usulan itu tidak akan melindungi pasar Eropa. Usulan itu tidak akan bisa dijalankan dalam dunia nyata. (AFP/REUTERS)