Duo Rusia yang Lihai ”Nge-prank” Para Pemimpin Eropa
Entah bagaimana caranya, dua warga Rusia berkali-kali berhasil "nge-prank" sejumlah pemimpin Eropa. Modusnya sama, menelepon para pemimpin negara itu dengan mengaku sebagai pemimpin negara sahabat atau mitra lainnya.
Oleh
FX LAKSANA AGUNG SAPUTRA
·3 menit baca
WOJTEK RADWANSKI
Presiden Polandia Andrzej Duda memberikan keterangan pers pada 17 November 2022 terkait rudal yang menghantam desa di Przewodow di Polandia yang berbatasan dengan Ukraina. Sebanyak dua warga Polandia dilaporkan tewas dalam kejadian itu. (Photo by Wojtek RADWANSKI / AFP)
Baru-baru ini, Presiden Polandia Andrzej Duda menjadi korban lelucon alias prank dua warga Rusia, Vladimir Kuznetsov and Alexei Stolyarov. Dua komedian yang dikenal dengan Vovan dan Lexus itu memang sudah beberapa kali membuat lelucon dengan target tokoh-tokoh terkemuka.
Pada 15 November 2022, Vovan dan Lexus melalui sambungan telepon mengaku sebagai Presiden Perancis Emmanuel Macron. Mereka berhasil tersambung dengan Duda. Pembicaraan pun berlangsung layaknya percakapan di antara dua pemimpin negara. Hanya saja yang satu asli, yang satu lagi sebenarnya palsu.
Dua komedian yang dikenal dengan Vovan dan Lexus itu memang sudah beberapa kali membuat lelucon dengan target tokoh-tokoh terkemuka.
Kantor Kepresidenan Polandia, Selasa (22/11/2022), mengonfirmasi insiden itu. Mereka menyebutkan, telepon dua pelaku itu terjadi saat genting, yakni setelah sebuah rudal menghantam suatu daerah di Polandia yang berbatasan dengan Ukraina, 15 November 2022.
Saat itu, Duda menerima banyak telepon internasional terkait insiden rudal yang menewaskan dua warga Polandia tersebut. Awalnya, muncul tudingan bahwa rudal S-300 tinggalan zaman Uni Soviet itu ditembakkan dari Rusia. Belakangan diketahui, rudal itu ditembakkan dari Ukraina, tapi melenceng arahnya sehingga jatuh di Polandia.
ME
Presiden Perancis Emmanuel Macron berpidato kepada para walikota di Perancis di Istana Elysee, Paris, 23 November 2022. (Photo by Michel Euler / POOL / AFP)
Rekaman komunikasi antara Duda dan Macron palsu itu kemudian diunggah di Youtube. Dalam rekaman tersebut, Duda yang berbicara dalam bahasa Inggris menyampaikan rincian insiden rudal dan menurut rencana untuk meminta konsultasi dengan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO). Ia juga menyatakan sangat berhati-hati untuk tidak memperburuk situasi dengan Rusia.
Selama lebih dari tujuh menit, Duda terdengar menekankan bahwa Presiden Amerika Serikat Joe Biden tidak menyalahkan Rusia atas insiden rudal tersebut. Sementara Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy menegaskan bahwa insiden itu adalah proyektil yang diluncurkan Rusia.
Kepada Macron palsu, Duda menyatakan sangat berhati-hati untuk tidak menyalahkan Rusia. Ia mengatakan akan berkonsultasi dengan anggota-anggota NATO.
Salah satu prinsip NATO adalah bahwa serangan terhadap satu anggota NATO dianggap sebagai serangan terhadap blok militer tersebut secara keseluruhan. Oleh sebab itu, NATO bisa mengambil serangan balasan secara kolektif. Artinya, jika rudal benar-benar ditembakkan oleh Rusia, perang di Ukraina bisa meluas menjadi perang antara NATO dan Rusia alias Perang Dunia III.
AP PHOTO/B.K. BANGASH, FILE
Dalam foto yang diambil per 16 Februari 2020 ini, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mendengarkan pertanyaan seorang wartawan pada konferensi pers di Islamabad, Pakistan. (AP Photo/B.K. Bangash, File)
Kantor Kepresidenan Polandia menyatakan akan menginvestigasi jebolnya keamanan sambungan telepon Kantor Kepresidenan. Ini menjadi pekerjaan yang serius. Sebab, informasi rahasia atau sensitif bisa tersebar jika insiden Macron palsu itu terjadi lagi. Dan faktanya, insiden itu adalah kali kedua.
Insiden pertama terjadi pada 2020. Saat itu, pelaku yang mengaku sebagai Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa António Guterres berhasil berdialog dengan Duda. Dan konyolnya lagi, pelakunya juga sama, Kuznetsov dan Stolyarov.
Insiden itu adalah aib bagi unit pengamanan kantor kepresidenan. Ini merupakan pukulan bagi pengamanan kita dan citra kita di mata negara-negara sekutu,
Anggota parlemen Polandia dari oposisi, Tomasz Trela, menyatakan, insiden itu adalah aib bagi unit pengamanan kantor kepresidenan. ”Ini merupakan pukulan bagi pengamanan kita dan citra kita di mata negara-negara sekutu,” kata Trela.
Kuznetsov dan Stolyarov telah menyasar sejumlah pemimpin Eropa lainnya. Sebut saja misalnya Macron dan Borris Johson yang saat itu masih menjadi Perdana Menteri Inggris. Korban lainnya adalah para pesohor, seperti penyanyi pop Inggris, Elton John, dan Pangeran Harry. Modusnya sama semua, telepon palsu. (AP/LAS)