Wapres Harris dan Menhan Austin Beri Pesan Berbeda ke China
Amerika Serikat melakukan pendekatan dengan tekanan yang berbeda terhadap China dalam kunjungan dua pejabat tingginya ke Asia.
Oleh
PASCAL S BIN SAJU
·5 menit baca
PALAWAN, SELASA — Amerika Serikat melakukan pendekatan dengan tekanan yang berbeda terhadap China dalam kunjungan dua pejabat tingginya ke Asia. Setidaknya itu pesan yang ditangkap dari lawatan Wakil Presiden AS Kamala Harris ke Filipina serta pertemuan Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin dengan Menhan China Wei Fenghe di Siem Reap, Kamboja, Selasa (22/11/2022).
Harris, dalam kunjungan ke Pulau Palawan, wilayah Filipina di Laut China Selatan (LCS), Selasa, mengulangi pernyataan saat bertemu Presiden Ferdinand Marcos Jr di Manila, Senin. Harris lebih tegas terhadap China, menunjukkan dukungan bagi sekutu lamanya, Filipina, dan akan melawan pengaruh Beijing yang berkembang di LCS.
Beijing mengklaim kedaulatan atas hampir seluruh wilayah LCS dan mengabaikan putusan Pengadilan Arbitrase Internasional (PCA) pada Juli 2016 yang menyatakan China melanggar hak-hak kedaulatan Filipina. China telah menyatakan tidak akan menerima, mengakui, atau melaksanakan putusan PCA dan tetap mengacu pada batasan imajiner ”sembilan garis putus-putus”.
Di Palawan, Harris bertemu dengan para nelayan di desa pesisir dan personel penjaga pantai Filipina. Dalam pidatonya, Harris mengatakan, aturan dan norma internasional harus ditegakkan. Putusan PCA yang didukung PBB juga harus dipatuhi. ”Amerika dan komunitas internasional yang lebih luas memiliki kepentingan besar di masa depan kawasan ini,” katanya.
Berpidato di atas kapal penjaga pantai Filipina, Harris menegaskan, ”Sebagai sekutu, Amerika Serikat mendukung Filipina dalam menghadapi intimidasi dan paksaan di Laut China Selatan.” Meski tidak dengan jelas menyebut Beijing, intimidasi dan paksaan yang dirasakan Filipina selama ini di kawasan LCS umumnya datang dari China.
Harris mengunjungi Palawan sehari setelah dia berbicara dengan Marcos di Manila. Dia menegaskan kembali komitmen tidak tergoyahkan AS untuk membela Filipina jika kapal atau pesawatnya diserang di LCS. Menurut kantor berita AFP, dari semua pihak yang mengklaim di LCS, China dalam beberapa tahun terakhir menunjukkan sikap paling agresif.
Media China, Global Times, Selasa, menuding kunjungan Harris ke Palawan berpotensi memicu masalah baru di LCS. ”Filipina berhak menerima pengunjung asing. Yang ingin kami tekankan, setiap pertukaran bilateral tidak boleh mengorbankan kepentingan negara ketiga mana pun serta perdamaian dan stabilitas regional,” kata tajuk rencana Global Times.
Ketegangan antara Manila dan Beijing berkobar tahun lalu setelah ratusan kapal China terdeteksi di Whitsun Reef di Kepulauan Spratly. Pada November 2021, kapal penjaga pantai China menembakkan meriam air ke kapal Filipina yang mengirimkan pasokan ke marinir di Second Thomas Shoal di Spratly. Wilayah itu memang sering menjadi titik panas China dan Filipina.
Sementara Austin saat bertemu Wei di Siem Reap, kota wisata Kamboja, Selasa, berusaha mengendalikan ketegangan AS-China di Selat Taiwan dan LCS. Pertemuan selama 90 menit di sela-sela konferensi para menteri pertahanan itu adalah yang pertama antara Austin dan Wei sejak Juni, sebelum kunjungan Ketua DPR AS Nancy Pelosi ke Taiwan memicu kemarahan Beijing.
China dan AS sejak itu terus berusaha menurunkan suhu ketegangan dengan pertemuan di antara pejabat tinggi mereka. Seorang pejabat senior Pentagon menyebut pertemuan Austin dan Wei berlangsung produktif dan profesional. AS-China sepakat untuk bekerja sama memastikan persaingan tidak mengarah ke konflik, meski persaingan tetap menjadi ciri yang mewarnai hubungan.
Kata pejabat itu, Austin mengupayakan dimulainya kembali sejumlah dialog dan mekanisme antarmiliter (AS-China) untuk membantu mengelola persaingan itu secara bertanggung jawab. Penjelasan tersebut merujuk pada langkah-langkah Beijing yang menutup semua kanal komunikasi dengan Washington sebagai respons tegas setelah kunjungan Pelosi ke Taiwan.
Pembicaraan Austin-Wei terjadi setelah Presiden Joe Biden dan Presiden Xi Jinping bertemu selama tiga jam pada KTT G20 di Bali, 14 November. Itu pembicaraan tatap muka pertama di antara dua pemimpin ekonomi terbesar dunia sejak mereka masing-masing menjadi presiden. Itu diikuti pertemuan antara Xi dan Harris pada KTT Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik (APEC) di Bangkok, 18 November.
Selama ini AS-China bersitegang pada isu Taiwan, LCS, dan soal hak asasi manusia etnis minoritas Uighur di Xinjiang. Hubungan AS-China memburuk sejak 2018, saat AS melancarkan perang dagang dan menjatuhkan aneka sanksi kepada China. Sejak Agustus 2022, China memutus hampir semua saluran komunikasi dengan AS. Dalam pertemuan di Bali, Biden dan Xi berjanji untuk mencegah konflik.
Taiwan, Agustus lalu, mengumumkan rencana peningkatan rekor anggaran pertahanannya setelah China menggelar latihan militer besar-besaran sebagai tanggapan atas kunjungan Pelosi ke Taipei. Taiwan hidup di bawah ancaman invasi terus-menerus dari China, yang mengklaim pulau itu sebagai bagian dari wilayahnya.
Beijing mengecam setiap tindakan diplomatik yang mungkin memberikan legitimasi kepada Taiwan dan marah besar atas meningkatnya kunjungan pejabat dan politisi Barat ke Taiwan. Selama seminggu setelah kunjungan Pelosi, China mengirim kapal perang, rudal, dan jet tempur ke perairan dan langit di sekitar Taiwan, latihan terbesar dan paling agresif sejak 1990-an.
Austin dan Wei dilaporkan banyak bertukar pandangan tentang Taiwan. ”Menhan (Austin) menegaskan kembali bahwa kebijakan AS terhadap Taiwan tidak berubah. Amerika Serikat terus menentang perubahan sepihak terhadap status quo. Amerika Serikat akan terus memenuhi komitmennya berdasarkan Undang-Undang Hubungan Taiwan,” kata pejabat senior Pentagon.
UU yang dimaksud disahkan oleh Kongres AS pada 1979 ketika Washington mengalihkan pengakuan kedaulatan dari Taipei ke Beijing. UU itu mewajibkan Washington untuk memberikan dukungan senjata kepada Taiwan untuk pertahanan diri. Namun, Beijing telah meningkatkan tekanan militer ke Taiwan dalam beberapa tahun terakhir.
Tahun lalu, Taiwan mencatat serangan oleh sekitar 970 pesawat tempur China ke zona identifikasi pertahanan udaranya. Jumlah itu meningkat lebih dari dua kali lipat dibandingkan dengan 2020, yang tercatat 380 pesawat. ”Aktivitas pesawat militer China di sekitar Taiwan diangkat oleh Austin dalam pembicaraan dengan Wei,” kata pejabat AS itu. (AFP/REUTERS/AP)