Rusia Kampanyekan Nuklir Lewat Forum Energi di Kota Sochi
Rusia menggelar ATOMEXPO XII di Park of Science and Art Federal Territory Sirius di Kota Sochi, wilayah Krasnodar, Rusia, 21-22 November 2022. Panitia menyatakan 2.500 peserta dari 65 negara di dunia hadir.
Oleh
Budiawan Sidik dari Sochi
·5 menit baca
KOMPAS/BUDIAWAN SIDIK
Direktur Umum Rosatom Alexey Laikhachev membuka forum Atomexpo XII di Park of Science and Art Federal Territory Sirius di Kota Sochi, wilayah Krasnodar, Rusia, pada 21 November 2022. Dalam pembukaan forum bertajuk Nuclear Spring: creating a sustainable future” itu, hadir pula Mikhail Chudakov, selaku perwakilan International Atomic Energy Agency (IAEA) dan Princy Mthombeni, pemengaruh di bidang energi, untuk turut serta memberikan sambutan.
SOCHI, KOMPAS — Setelah sempat tertunda akibat pandemi Covid-19 selama 2020-2021, kini Rosatom kembali menggelar forum Atomexpo XII di Park of Science and Art Federal Territory Sirius di Kota Sochi, wilayah Krasnodar, Rusia. Acara tahunan yang digelar pada 21-22 November 2022 ini merupakan salah satu platform global yang mengampanyekan pengembangan berbagai inovasi berdasarkan teknologi nuklir.
Forum bertema ”Nuclear Spring: creating a sustainable future” tersebut berupaya mewadahi para pakar energi internasional, para ahli dari negara bagian Rusia, pertemuan bisnis, serta diskusi-diskusi terkait pengembangan teknologi atom. Acara yang diinisiasi oleh Rosatom, BUMN industri nuklir milik Pemerintah Rusia, ini juga mengundang sejumlah industri terkait pengembangan nuklir dan energi terbarukan dari sejumlah negara. Setidaknya ada 2.500 peserta dari 65 negara di dunia.
Acara tersebut dibuka oleh Direktur Umum Rosatom Alexey Laikhachev; Wakil Direktur Umum dan Ketua Departemen Energi Nuklir International Atomic Energy Agency (IAEA) Mikhail Chudakov; dan perwakilan generasi muda Afrika pendukung transisi energi, Princy Mthombeni.
Dalam sambutannya, Laikhachev mengatakan, Atomexpo XII berjarak sekitar 3,5 tahun dari Atomexpo XI yang digelar pada 2019. ”Banyak hal harus kita hadapi dalam 3,5 tahun ini akibat pandemi. Kita semua di seluruh dunia dari berbagai latar belakang perlu saling bekerja sama untuk mengatasi pandemi dan mengatasi disrupsi di berbagai sektor, seperti terganggunya suplai barang dan rantai pasok.
Meski demikian, lanjut Laikhachev, dalam 3,5 tahun ini teknologi atom tetap terus aktif dikembangkan dan diperluas infrastruktur penggunaanya di berbagai sektor. Tidak hanya di sektor energi saja, tetapi juga di sektor-sektor lainnya. ”Forum ini merupakan kesempatan baik untuk mengembangkan visi tentang atom di masa depan terkait penggunaan di bidang energi dan juga kemanusiaan,” tuturnya.
KOMPAS/BUDIAWAN SIDIK
Direktur Umum Rosatom Alexey Laikhachev membuka forum Atomexpo XII di Park of Science and Art Federal Territory Sirius di Kota Sochi, wilayah Krasnodar, Rusia, pada 21 November 2022.
Pentingnya pengembangan infrastruktur teknologi atom itu juga diperkuat dalam pidato sambutan Chudakov. Sebagai perwakilan IAEA, ia mengatakan, dengan semakin banyaknya populasi manusia di dunia, kebutuhan terhadap energi juga akan mengalami lonjakan, Hal itu dapat berefek buruk berupa meningkatnya emisi karbon.
Padahal, di saat yang sama, tuntutan untuk menuju net zero emission pada 2050 terus digencarkan di seluruh dunia. ”Nuklir menjadi salah satu pembangkit energi bersih yang perlu diprioritaskan untuk terus dikembangkan setiap saat. Rusia dan China dapat menjadi pemain besar dalam industri nuklir dunia dengan terus mengembangkan nuklir berteknologi mutakhir yang aman. Jadi, jangan pernah takut untuk mengembangkan reaktor nuklir di negara mana pun di dunia ini,” tuturnya.
Dalam acara pembukaan tersebut, pihak Rosatom juga menggandeng influencer media sosial Afrika, Princy Mthombeni, untuk turut mengampanyekan energi hijau. Mthombeni yang merupakan pendiri Africa4Nuclear mengatakan bahwa perlu kesadaran bagi para generasi muda untuk menggunakan energi bersih.
”Generasi muda harus sadar tentang bauran energi untuk menopang transisi energi menuju net zero emission 2050. Seberapa banyak energi baru terbarukan (EBT) yang dibutuhkan untuk mencapai target itu. Penggunaan EBT harus dioptimalkan, seperti tenaga surya, tenaga angin, panas bumi, dan nuklir. Termasuk nuklir dalam bentuk small modular reactor yang dapat dikembangkan dalam skala produksi energi lebih kecil,” papar Mthombeni.
Untuk saat ini, lanjut Mthombeni, pihak Rosatom telah menjalin sejumlah upaya kerja sama di bidang pengembangan teknologi atom di Uganda, Zambia, dan Rwanda. Pengembangan teknologi nuklir itu tidak hanya terbatas untuk energi saja, tetapi juga untuk kesehatan, air bersih, dan pertanian.
KOMPAS/ BUDIAWAN SIDIK
Suasana pembukaan Atomexpo XII di Park of Science and Art Federal Territory Sirius di Kota Sochi, wilayah Krasnodar, Rusia, pada 21 November 2022.
Nuklir andal
Salah satu penekanan penting dalam forum tersebut adalah aspek dalam memerangi perubahan iklim global. Teknologi ”Green Energy” menjadi salah satu solusi yang harus diprioritaskan oleh sejumlah negara dalam upaya menekan dampak buruk emisi karbon. Dari sejumlah pilihan teknologi hijau, nuklir dapat menjadi salah satu prioritas sumber energi, terutama dalam hal pembangkit energi listrik yang ramah lingkungan.
Selain sebagai pembangkit base load terbaik, pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) juga memiliki dampak emisi karbon terkecil di antara sumber pembangkit energi lainnya. Berdasarkan data dari World Nuclear Association, PLTN merupakan salah satu jenis pembangkit energi listrik yang tidak menghasilkan emisi gas rumah kaca (GRK).
Emisi karbon yang dihasilkan PLTN hanya berhubungan pada saat proses pembangunan konstruksinya. Di antaranya, saat pembuatan baja dan material konstruksi lainnya yang diperlukan untuk infrastruktur bangunan PLTN.
Itu pun emisi GRK yang dihasilkan dalam proses tersebut sangatlah kecil, yakni hanya sekitar 12 gram CO2 per kilowatt hour (kWh). Angka ini kurang lebih setara dengan efek emisi karbon terkecil di dunia yang dihasilkan oleh pembangkit listrik tenaga angin atau bayu (PLTB) yang hanya 11 gram CO2 per kWh.
KOMPAS/ BUDIAWAN SIDIK
Direktur Umum Rosatom Alexey Laikhachev membuka forum Atomexpo XII di Park of Science and Art Federal Territory Sirius di Kota Sochi, wilayah Krasnodar, Rusia, 21 November 2022. Dalam pembukaan forum bertajuk Nuclear Spring: creating a sustainable future itu, hadir pula Mikhail Chudakov, selaku perwakilan International Atomic Energy Agency (IAEA) dan Princy Mthombeni, pemengaruh di bidang energi, untuk turut serta memberikan sambutan.
Pembangkit listrik dari fosil masih dominan di sebagian besar negara di dunia, terutama yang berasal dari pembangkit listrik tenaga uap batubara (PLTB). Pangsa pasarnya saat ini masih mencapai 37 persen produksi listrik di dunia.
Suplai energi ini merupakan yang terbesar di antara jenis pembangkitan energi lainnya. Akibatnya, PLTU batubara menjadi kontributor emisi karbon terbesar di dunia dari sektor energi. Emisi GRK yang dihasilkan oleh PLTU ini mencapai 820 gram CO2 per kWh.
Angka emisi karbon tersebut berpuluh-puluh kali lipatnya dari emisi GRK yang dihasilkan sejumlah pembangkit dari sumber EBT, seperti solar PV (PLTS), geothermal, dan PLTA yang berkisar 24-48 gram CO2 per kWh. Lebih jauh lagi rentang perbedaannya apabila disandingkan dengan PLTN dan PLTB yang menghasilkan emisi karbon terkecil di dunia.
Oleh karena itu, PLTN dapat menjadi salah satu pembangkit energi yang layak untuk dipertimbangkan dalam menuju net zero emission global pada 2050. Selain rendah emisi karbon, PLTN memiliki keandalan stabilitas yang sangat baik dibandingkan dengan EBT lainnya yang memiliki tingkat intermitten sangat tinggi. Jadi, dengan berbasis pada pengembangan teknologi atom ini, rencana global dalam bertransisi menuju energi bersih diharapkan dapat tercapai secara bertahap.