Perdana Menteri Ismail Sabri Yaakob dan pemimpin oposisi, Anwar Ibrahim, bersaing ketat dan yakin koalisi masing-masing akan mampu membentuk pemerintahan baru.
Oleh
PASCAL S BIN SAJU
·3 menit baca
KUALA LUMPUR, SABTU — Pemungutan suara untuk pemilihan anggota parlemen Malaysia, Sabtu (19/11/2022), ditutup pada pukul 18.00 waktu setempat. Perdana Menteri Ismail Sabri Yaakob dan pemimpin oposisi, Anwar Ibrahim, bersaing ketat dan yakin koalisi masing-masing akan mampu membentuk pemerintahan baru. Dalam survei dan prediksi sebelum pemilu, koalisi Anwar unggul, tetapi takkan meraih mayoritas.
Hingga pukul 23.00, penghitungan suara masih berlangsung. Dari 30 kursi parlemen yang telah diverifikasi komisi pemilihan, koalisi Pakatan Harapan pimpinan Anwar meraih sembilan kursi, sementara koalisi Barisan Nasional delapan kursi.
Komisi pemilihan (Suruhanjaya Pilihan Raya/SPR) Malaysia, seperti dilaporkanThe Straits Times, mengumumkan, pemungutan suara di Baram, Negara Bagian Sarawak, ditunda hingga waktu yang belum ditentukan karena cuaca buruk. Dilaporkan, 11 tempat pemungutan suara (TPS) terkena dampak cuaca buruk yang menghambat petugas untuk mencapai ke sana.
Menurut SPR, hingga pukul 16.00 waktu setempat, sekitar 14,7 juta atau 70 persen dari 21 juta pemilih telah menggunakan hak suara. Belum diketahui secara pasti tingkat partisipasi dalam pemilu ke-15 Malaysia ini. Namun, dalam pemilu pada 2018 tingkat partisipasi pemilih mencapai 82 persen dan pada 2013 sekitar 84 persen.
Dilaporkan, jumlah pemilih meningkat dibandingkan dengan pemilu tahun 2018 karena tambahan 6 juta pemilih mula. Menurut The Straits Times, jumlah tambahan biasanya cenderung mendukung oposisi. Dalam pemilu kali ini, jumlah calon anggota parlemen mencapai rekor, yakni 945 kandidat, yang dinominasikan untuk memperebutkan 222 kursi parlemen federal dan majelis negara bagian.
Setidaknya tiga koalisi utama bersaing ketat, yakni Barisan Nasional yang dipimpin Ahmad Zahid Hamidi dari Organisasi Nasional Melayu Bersatu (UMNO), Perikatan Nasional pimpinan mantan Perdana Menteri Muhyiddin Yassin, dan Pakatan Harapan pimpinan Anwar. Mantan PM Mahathir Mohamad (97), pemimpin Gerakan Tanah Air (Gerakan), turut memeriahkan persaingan, tetapi popularitasnya meredup.
Ismail dan Anwar mengatakan yakin koalisi masing-masing akan meraih kursi yang cukup untuk membentuk pemerintahan berikutnya. Menurut Ismail, koalisinya dapat membentuk pemerintahan segera. Jika diperlukan, saat tidak mencapai suara mayoritas, akan dibentuk koalisi dengan partai-partai daerah di Sarawak.
Koalisi Barisan Nasional berupaya membentuk mayoritas tipis menyusul serangkaian kemenangan di sejumlah jajak pendapat lokal. Optimisme Ismail pun semakin besar menyusul oposisi yang terbelah. Namun, itu tidak mudah karena ada tantangan dari Perikatan Nasional serta Pakatan Harapan yang menurut survei terakhir memiliki peluang untuk unggul meski tidak meraih mayoritas.
Seusai memberikan suaranya, Anwar mengatakan sangat optimistis meraih angka yang cukup guna membentuk pemerintahan berikutnya. Koalisinya menjanjikan perubahan kebijakan yang fokus pada kebutuhan dan penghargaan bagi rakyat serta memberantas korupsi. Para analis mengatakan, hasil pemilu sulit diprediksi dan ada kemungkinan koalisi baru terbentuk.
”Saya sangat optimistis,” kata Anwar kepada wartawan setelah memberikan suaranya. ”Kita tidak dapat mengharapkan negara ini maju jika kita tidak melakukan perubahan yang berarti sebagai bangsa Malaysia yang bersatu,” ujarnya lagi.
Jika koalisi Anwar berhasil memimpin perolehan suara meskipun tidak mencapai mayoritas, ada kemungkinan muncul krisis baru. Ini terutama jika kubu lawannya kembali bersatu untuk memblokade Anwar. Dua lembaga penelitian telah memprediksi kemenangan Barisan Nasional, yang telah lama berkuasa dipimpin UMNO. Perikatan Nasional bisa menjadi kuda hitam.
”Saya datang pagi-pagi hanya untuk memberikan hak saya sebagai warga negara demi memilih perdana menteri yang dapat membawa stabilitas,” kata seorang pendidik, Adib Omar, saat mengantre untuk memilih di TPS di Kuala Lumpur. Dia mengatakan, pemimpin baru Malaysia harus bisa menyatukan berbagai ras dan memajukan negara.
Proporsi pemilih yang tidak merata di daerah pemilihan memungkinan UMNO mendulang suara, yang berarti akan menguntungkan Barisan Nasional. Meski UMNO kehilangan suara populer dalam pemilihan sebelumnya, partai ini masih memenangi mayoritas di parlemen karena sistem pemilu yang condong memberikan kekuasaan kepada orang Melayu perdesaan, pendukung tradisional UMNO. (AFP/REUTERS/AP)