Rusia Didesak Serahkan Tiga Terpidana Insiden MH17 yang Divonis di Belanda
Pengadilan Belanda memvonis tiga terdakwa penembakan pesawat Malaysia MH17, yang menewaskan 298 orang, dengan penjara seumur hidup. Rusia, yang diyakini menyembunyikan ketiganya, menyatakan tak terlibat dalam kasus itu.
Oleh
PASCAL S BIN SAJU
·5 menit baca
CANBERRA, JUMAT — Australia, Jumat (18/11/2022), mendesak Rusia menyerahkan tiga terpidana kasus tembak jatuh pesawat komersial Malaysia Airlines MH17, yang menewaskan 298 orang di dalam pesawat itu, delapan tahun lalu. Canberra juga menyerukan kepada Presiden Rusia Vladimir Putin untuk tidak ”menyembunyikan para pembunuh” tersebut.
Desakan Canberra itu disampaikan setelah Pengadilan Belanda, Kamis (18/11/2022), menjatuhkan penjara seumur hidup kepada dua warga Rusia dan satu warga Ukraina. Vonis itu dijatuhkan dalam pengadilan in absentia. Ketiga terpidana itu dinyatakan bersalah karena ikut berperan dalam insiden penembakan Malaysia Airlines MH17.
Pesawat tersebut ditembak jatuh dalam penerbangan dari Amsterdam ke Kuala Lumpur, 17 Juli 2014, di Ukraina timur. Saat itu, di wilayah ini berkecamuk pertempuran antara pasukan Ukraina dan pasukan separatis pro-Rusia. Sebanyak 38 orang dari para korban tewas adalah warga Australia.
”Kami menyambut putusan Pengadilan Distrik Den Haag yang menyatakan ketiga orang itu bersalah dalam pembunuhan terkait penembakan MH17,” kata Perdana Menteri Australia Anthony Albanese dalam konferensi pers di sela menghadiri KTT Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik (APEC) di Bangkok, Thailand.
”Kita sudah melewati proses hukum dan pengadilan, serta kami menyerukan kepada Rusia demi keadilan agar menyerahkan orang-orang yang terlibat dan telah dinyatakan bersalah dalam pengadilan in absentia," tutur Albanese.
Menteri Luar Negeri Australia Penny Wong mengatakan, putusan itu menegaskan Rusia bertanggung jawab. ”Kami meminta Rusia menyerahkan mereka agar bisa menjalani hukuman atas kejahatan keji mereka. Tidak ada penghindaran, pengaburan, atau disinformasi dari Federasi Rusia yang dapat menghindari fakta itu,” kata Wong.
Bantu angkut rudal
Dua warga Rusia, Igor Girkin (51) dan Sergey Dubinskiy (60), serta satu warga Ukraina pemimpin separatis, Leonid Kharchenko (50), dinyatakan bersalah telah membantu pengangkutan sistem rudal BUK milik militer Rusia ke Ukraina. Rudal ini digunakan untuk menembak jatuh MH17. Ketiga orang itu tetap dinyatakan bersalah meski bukan mereka yang menekan tombol peluncuran rudal yang menjatuhkan MH17.
Ketiga narapidana tersebut berstatus buron. Mereka diyakini berada di Rusia. Seorang terdakwa lainnya, Oleg Pulatov, warga Rusia, dibebaskan dari semua dakwaan.
Vonis itu merupakan hasil upaya pencarian keadilan yang panjang, yakni lebih dari delapan tahun, bagi para korban dari 10 negara, termasuk 196 warga Belanda, 43 warga Malaysia, dan 38 warga Australia. Keluarga korban yang memenuhi ruang sidang datang dari berbagai negara untuk menyaksikan sidang yang digelar selama 2,5 tahun ini.
”Pengadilan menyebut dakwaan yang terbukti sangat berat sehingga hanya hukuman penjara setinggi mungkin yang pantas diberikan,” kata Ketua Majelis Hakim, Hendrik Steenhuis. ”Menjatuhkan hukuman ini tidak dapat menghilangkan rasa sakit dan penderitaan. Namun, ada harapan bahwa hari ini menjadi jelas, siapa yang harus disalahkan,” katanya lagi.
Sidang digelar di pengadilan berkeamanan tinggi di Badhoevedorp, pinggiran Bandar Udara Schiphol, Amsterdam, tempat pesawat nahas MH17 lepas landas. Pesawat terbang di ketinggian 10 kilometer di atas wilayah konflik Ukraina timur ketika satu rudal BUK menghantam bagian dekat kokpit pesawat itu. Jaksa penuntut umum sebelumnya mengatakan, rudal BUK itu telah diidentifikasi berasal dari Brigade Rudal Anti-Pesawat ke-53 dari Kursk, Rusia.
”Keadilan telah dinyatakan. Kami ingin keadilan ditegakkan dan itu terjadi dalam putusan yang sangat seimbang,” kata Piet Ploeg, Ketua Yayasan MH17. Ploeg kehilangan saudara laki-laki, ipar perempuan, dan keponakannya. ”Peran Rusia telah dikonfirmasi dengan sangat jelas oleh pengadilan,” ujarnya lagi.
Musibah MH17 memicu kemarahan global dan sanksi terhadap Moskwa. Pesawat MH17 jatuh di area ladang bunga matahari Ukraina di Ukraina timur. Saat ditemukan, beberapa korban, termasuk anak-anak, masih terikat sabuk pengaman di kursi mereka. Pemandangan itu merobek nurani kemanusiaan banyak penduduk dunia.
Dikendalikan Rusia
Hakim menemukan Girkin, Dubinsky, dan Kharchenko dinilai bertanggung jawab atas pengangkutan rudal dari pangkalan militer di Rusia dan mengerahkannya ke lokasi penembakan. Satu-satunya terdakwa yang menghadirkan pembelanya selama persidangan, Oleg Pulatov, dinyatakan tidak terbukti bersalah.
Empat orang yang diajukan sebagai terdakwa itu adalah anggota separatis Republik Rakyat Donetsk (Donetsk People’s Republic/DPR), kelompok bersenjata yang melawan Pemerintah Ukraina. Menurut hakim, mereka semua dikendalikan langsung oleh Rusia. Pesawat yang mereka tembak jatuh di Hrabove (Grabovo), sekitar 80 kilometer di timur Donetsk, Ukraina timur.
Putusan pengadilan menyebutkan, Girkin (51), mantan mata-mata Rusia yang disebut-sebut sebagai menteri pertahanan dan komandan Angkatan Darat DPR, secara teratur menjalin kontak dengan Moskwa, terutama mengenai pengembalian rudal setelah tragedi tersebut. Kharchenko (50), pemimpin unit separatis, menerima perintah langsung dari Dubinsky (60), yang juga terkait dengan intelijen Rusia, untuk mengawal rudal ke lokasi peluncuran terakhir.
Para terdakwa rupanya bermaksud menembak jatuh pesawat militer Ukraina, bukan pesawat komersial. Hakim mengatakan, hal itu tidak berpengaruh untuk meringankan kesalahan mereka. Pengadilan memutuskan ada banyak bukti untuk menunjukkan MH17 dijatuhkan oleh rudal, mengabaikan pembelaan yang menyebut ditembak jatuh oleh jet tempur Ukraina.
Moskwa membantah semua keterlibatan dalam kecelakaan itu. Mereka menuduh pengadilan Belanda memberikan putusan di bawah ”tekanan yang belum pernah terjadi sebelumnya” dari politisi dan media.
Kementerian Luar Regeri Rusia mengatakan, sejarah akan mencatat persidangan itu sebagai ”salah satu yang paling memalukan dalam sejarah proses hukum dengan daftar panjang keanehan, ketidakkonsistenan, dan argumen penuntutan yang meragukan”.
Seruan kepada Putin
Menlu Australia Penny Wong mengatakan, penolakan Rusia untuk menyerahkan orang-orang itu pada akhirnya merupakan dakwaan yang memberatkan karakter Putin. ”Kami akan mengatakan kepada Rusia bahwa dunia tahu Anda menyembunyikan pembunuh dan mengatakan sesuatu tentang Anda, Tuan Putin,” katanya kepada media Australia, ABC News.
Kami akan mengatakan kepada Rusia bahwa dunia tahu Anda menyembunyikan pembunuh dan mengatakan sesuatu tentang Anda, Tuan Putin.
Washington menyambut baik putusan tersebut sebagai ”momen penting dalam upaya berkelanjutan untuk memberikan keadilan bagi 298 orang yang kehilangan nyawa”. Perdana Menteri Belanda Mark Rutte mengatakan, vonis itu ”bukan akhir”, sementara Sekjen NATO Jens Stoltenberg mengatakan, putusan itu adalah ”hari penting untuk keadilan dan akuntabilitas”.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengatakan, putusan tersebut sebuah langkah penting. Ia mencuit di Twitter, ”meminta pertanggungjawaban penghasut juga penting karena rasa impunitas mengarah pada kejahatan baru”, merujuk Rusia.
Sementara itu, keluarga para korban yang hadir di ruang persidangan mengatakan, meski Rusia menolak menyerahkan ketiga terpidana, para terpidana itu tidak dapat mengklaim kekebalan hukum dari penuntutan sebagai kombatan di medan pertempuran. Rusia seharusnya menyerahkan mereka untuk menjalani hukuman sebagai narapidana. (AFP/AP/REUTERS)