"Anda bisa melihat semangat KTT ini. Kami mengecam tindakan Putin, tetapi masih bisa duduk bersama membahas hambatan global," kata Sunak.
Oleh
LARASWATI ARIADNE ANWAR
·3 menit baca
NUSA DUA, KOMPAS – Sempat diwarnai ketegangan saat membahas isu geopolitik, para pemimpin G20 justru memiliki keprihatinan senada terkait isu pangan. Ditemui dalam kesempatan terpisah pada Rabu (16/11/2022) malam, tiga pemimpin G20, yaitu Perdana Menteri Inggris Rishi Sunak, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, dan Presiden Perancis Emmanuel Macron memperlihatkan dukungan mereka untuk isu tersebut.
Dalam jumpa pers terbatas, Sunak mengatakan, proses pembicaraan untuk isu kesehatan, pangan, inflasi, dan transisi energi berjalan mulus. "Anda bisa melihat semangat KTT ini. Kami mengecam tindakan Putin, tetapi masih bisa duduk bersama membahas hambatan global," kata Sunak.
Menurut dia, dalam deklarasi yang disepakati tekanan pada aksi nyata untuk isu-isu di atas sangat kuat. Pembahasan mengenai persoalan ekonomi dan energi terbarukan jelas. Komitmen untuk mengatasi krisis pangan juga ditekankan dengan dorongan membuka keran impor gandum maupun pupuk dari Rusia dan Ukraina.
Pupuk
Dalam jumpa pers yang lain, Presiden Perancis Emmanuel Macron menjelaskan lebih rinci mengenai skema ekspor pupuk. Ia menerangkan, sejak Forum Perdamaian Paris pada bulan September lalu - bekerja sama dengan Program Pangan Dunia - mulai pekan depan pengiriman pupuk dari Rusia dan Ukraina dilakukan.
"Perancis sendiri mengucurkan dana sebesar 75 juta euro untuk program ini," kata Macron. Berdasarkan data WFP, pengiriman pertama berupa 260.000 ton pupuk NPK dari Rusia.
Macron menuturkan, Rusia sempat meminta pajak pengiriman pupuk. Hal tersebut ditolak oleh G20 karena akan semakin memukul negara-negara berkembang maupun miskin. Mereka meminta agar mekanisme Sistem Informasi Pasar Pertanian (AMIS) diterapkan karena menjamin transparansi perdagangan.
Rabu malam, Macron bertemu dengan Presiden Senegal Macky Sal yang menjabat sebagai Presiden Uni Afrika. Mereka didampingi oleh perwakilan dari Bank Dunia. Pembahasan rapat adalah mengenai alokasi hak penarikan khusus dari negara-negara kaya sebesar 100 juta dollar Amerika Serikat per negara. Uang ini menjadi dana untuk membiayai pemulihan ekonomi negara-negara termiskin.
"Melalui komitmen Klub Paris, kami juga meminta adanya restrukturisasi utang negara-negara miskin kepada lembaga multilateral dan China selaku salah satu kreditor terbesar," ujarnya. Selain itu, Perancis mendukung pendaftaran Uni Afrika untuk masuk G20.
Terkait konflik antara Rusia dengan Ukraina, Macron sudah berbicara dengan Presiden China Xi Jinping dan Perdana Menteri India Narendra Modi. Bersama dengan Uni Afrika, Perancis menginginkan adanya konvergensi untuk mendekati Rusia dan mengajak menyegerakan gencatan senjata serta perundingan damai. "Presiden Xi lugas mengatakan dia juga ingin menghindari eskalasi konflik, apalagi risiko pemakaian senjata nuklir," katanya.
Dalam kesempatan terpisah, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan, ia akan melakukan pembicaraan melalui telepon dengan Presiden Rusia Vladimir Putin sekembali dari Indonesia. Sejauh ini, sudah 11 juta ton gandum yang keluar dari Laut Hitam dan masuk ke pasar dunia, demikian pula dengan pupuk serta amonia.
"Presiden Putin memberi lampu hijau dan kami semua berharap inisiatif ini bisa diperpanjang hingga satu tahun," tutur Erdogan.