Google Didenda Rp 6,079 Triliun karena Memata-matai Pengguna
Google sepakat membayar denda senilai 391,5 juta dollar AS kepada 40 negara bagian di Amerika Serikat karena memata-matai warganya. Pelacakan lokasi pengguna, yang melanggar privasi, adalah lumbung iklan Google.
Oleh
MAHDI MUHAMMAD
·4 menit baca
AP PHOTO/FRANK FRANKLIN II
Foto pada 15 Juni 2017 memperlihatkan warga berjalan di Oculus, di Gedung World Trade Center, New York, Amerika Serikat. Google akhirnya bersedia membayar 391,5 juta dollar AS kepada 40 negara bagian di AS karena telah melanggar privasi pengguna platform Android.
HARTFORD, SELASA — Google, perusahaan teknologi Amerika Serikat, sepakat membayar 391,5 juta dollar AS atau sekitar Rp 6,079 triliun kepada 40 negara bagian karena praktik pelacakan ilegal terhadap para penggunanya. Pelacakan lokasi para pengguna oleh Google secara terus-menerus dinilai melanggar privasi individu.
”Data lokasi adalah salah satu informasi pribadi yang paling sensitif dan berharga yang dikumpulkan Google. Ada begitu banyak alasan mengapa konsumen memilih untuk tidak ikut pelacakan. Kesepakatan ini merupakan kemenangan bersejarah bagi konsumen di tengah ketergantungan yang terus meningkat pada teknologi,” kata Jaksa Agung Negara Bagian Connecticut William Tong, Senin (14/11/2022).
Penyelidikan negara bagian tentang dugaan pelacakan yang terus-menerus dilakukan oleh Google berawal dari liputan investigasi kantor berita Associated Press (AP), Agustus 2018. Investigasi itu menemukan, banyak layanan di gawai yang berbasis Android, platform yang dibangun oleh Google, tetap menyimpan data lokasi penggunanya meski si pengguna memutuskan untuk tidak meneruskannya.
Penyelidikan AP juga menemukan, hal yang sama dilakukan oleh Apple.
SATRIO PANGARSO WISANGGENI
Dashboard kontrol Pegasus, khususnya untuk fitur pelacakan lokasi, berdasarkan dokumen yang diduga milik NSO Group.
Pada sebagian besar layanan yang ada di Google, termasuk Google Maps, perusahaan itu meminta izin untuk mengetahui keberadaan pengguna. Permintaan izin itu diberitahukan kepada pengguna apabila yang bersangkutan ingin menggunakan layanan navigasi Google Maps. Perjalanan pengguna juga akan terekam dalam riwayat perjalanan yang biasanya bisa diakses jika pengguna menggunakan layanan surat elektronik Google, Gmail.
Pada halaman dukungan, Google menyebut konsumen bisa mematikan fitur navigasi, menghapusnya, dan berjanji bahwa data itu tidak disimpan. Meski demikian, investigasi AP membuktikan sebaliknya. Secara otomatis, Google akan menyimpan data lokasi serta waktunya tanpa persetujuan pengguna.
Pelacakan terhadap pengguna, tidak hanya digunakan oleh aplikasi navigasi semata. Aplikasi lain, seperti Weather (aplikasi kondisi cuaca), juga bisa memberi tahu lokasi pengguna meski tidak secara tepat. Begitu juga ketika pengguna mengetikkan kata-kata kue cokelat atau peranti sains anak di mesin pencari Google, platform akan menunjukkan dengan tepat lokasi pengguna dari garis lintang dan bujur serta menyimpannya ke akun Google pengguna. Tingkat akurasi dalam hitungan meter, apalagi jika gawai pengguna terhubung pada layanan Wi-Fi.
Masalah privasi ini berpengaruh kepada sekitar 2 miliar pengguna platform Android yang dikembangkan Google dan ratusan pengguna gawai Apple. Para pengguna kedua platform ini mengandalkan Google Maps atau Maps (Apple) untuk menavigasi mereka saat menjelajahi berbagai lokasi, di tempat asal atau di kota lain yang tengah dikunjungi.
AFP/TOBIAS SCHWARZ
Foto yang diambil pada 22 Januari 2019 ini memperlihatkan seorang tengah berjalan di belakang logo Google di kantor perwakilan perusahaan teknologi ini di Berlin, Jerman.
Tong meminta para pengguna teknologi bersikap lebih awas dan mendalami berbagai fitur yang ditawarkan oleh perusahaan teknologi soal pelacakan (tracking) keberadaan mereka dan mematikannya jika tidak ingin privasi terganggu. ”Pahami bahwa Anda sedang dilacak setiap menit setiap hari di mana pun Anda berada. Tidak berlebihan untuk mengatakan bahwa kita hidup dalam ekonomi pengawasan,” katanya.
Kejaksaan Agung yang menyelidiki Google menyatakan, bagian penting dari bisnis periklanan digital perusahaan adalah data lokasi. Data ini mereka sebut sebagai data pribadi paling sensitif dan berharga yang dikumpulkan perusahaan. Sejumlah kecil data lokasi dapat mengungkap identitas dan rutinitas seseorang. Data pribadi yang dikumpulkan digunakan Google menyodorkan iklan tertentu kepada penggunanya secara masif.
Pelacakan lokasi dapat membantu perusahaan teknologi itu menjual iklan digital kepada pemasar yang ingin terhubung dengan konsumen di sekitar mereka. Google diperkirakan bisa meraup 200 miliar dollar AS dari iklan semata.
Jaksa Agung mengatakan, Google menyesatkan pengguna tentang praktik pelacakan lokasinya setidaknya sejak 2014 dan melanggar undang-undang perlindungan konsumen negara bagian.
Sebagai bagian dari penyelesaian, Google sepakat untuk membuat praktik tersebut lebih transparan kepada pengguna platformnya, termasuk memperlihatkan lebih banyak informasi sebelum pengguna mengaktifkan atau menonaktifkan layanan pelacakan lokasi. Google juga menyebut akan lebih transparan soal penggunaan data yang mereka kumpulkan.
Tong menyatakan, liputan investigasi AP telah membantu penyelidikan mereka atas dugaan pelanggaran hak privasi warga, terutama para pengguna teknologi yang menginginkan agar privasi mereka tetap terjaga.
Jaksa Agung Arizona Mark Brnovich mengajukan gugatan pertama atas Google pada Mei 2020. Pemerintah Negara Bagian Arizona menuding Google menipu penggunanya, menyesatkan mereka agar percaya perusahaan merahasiakan keberadaan mereka dengan mematikan pelacakan lokasi di pengaturan perangkat lunak. Para pihak bersepakat setelah Google bersedia membayar denda senilai 85 juta dollar AS pada Oktober lalu.
Google, perusahaan teknologi yang bermarkas di Mountain View, California, menyatakan telah memperbaiki masalah tersebut beberapa tahun lalu. ”Konsisten dengan peningkatan yang kami buat dalam beberapa tahun terakhir, kami telah sepakat soal penyelidikan ini yang didasari pada kebijakan produk lama. Hal itu telah diubah beberapa tahun lalu,” kata juru bicara perusahaan, Jose Castaneda. (AP)