Para Pemimpin Dunia Mulai Mendarat, Bilateral Biden-Xi Kian Ditunggu
Konferensi Tingkat Tinggi G20 dimulai pada tanggal 14 November 2022. Biden dan Xi akan melakukan pembicaraan bilateral.
Oleh
LARASWATI ARIADNE ANWAR
·4 menit baca
AFP/FREDERIC J. BROWN
Wakil Presiden China Xi Jinping dan Wakil Presiden Amerika Serikat Joe Biden memamerkan baju kaos bertulis pesan-pesan positif dari para siswa Sekolah Kajian Hubungan Internasional Southgate di Los Angeles, California pada tanggal 17 Februari 2012. Xi menjadi presiden China sejak tahun 2013 dan Biden menjadi presiden AS sejak 2021.
BADUNG KOMPAS - Para pemimpin dunia yang menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi G20 di Nusa Dua mulai mendarat di Bali pada Minggu (13/11/2022) malam. Mereka akan berbicara di forum dan juga melakukan berbagai dialog bilateral. Salah satu yang ditunggu ialah pertemuan antara Presiden Amerika Serikat Joe Biden dengan Presiden China Xi Jinping.
Satu per satu, para pemimpin negara ataupun perwakilannya mendarat di Bandara Gusti Ngurah Rai. Rusia diwakili oleh Menteri Luar Negeri Sergei Lavrov. Presiden Rusia Vladimir Putin memilih tidak menghadiri pertemuan tertinggi untuk 19 negara berperekonomian terbesar dunia ditambah Uni Eropa ini dengan alasan tidak mau KTT G20 kehilangan fokus dan menjadi lahan perdebatan politik.
Kedutaan Besar Amerika Serikat di Jakarta mengatakan belum bisa memastikan agenda bilateral Biden. Sampai pesawat kepresidenan AS, yaitu Air Force One mendarat, setiap agenda masih bisa berubah. Demikian pula dengan Kedutaan Besar China di Jakarta yang belum mau mengabarkan jadwal kedatangan Xi maupun jadwal bilateralnya.
Namun, dari informasi yang beredar selama satu pekan terakhir, Biden dan Xi dipastikan bertemu. AS ingin membahas empat hal dengan China, yaitu persoalan uji coba rudal nuklir Korea Utara, sikap China terhadap invasi Rusia ke Ukraina, peningkatan intrusi China di Selat Taiwan, dan perang dagang serta rantai pasok.
Hubungan kedua negara semakin tegang setelah kunjungan Ketua DPR AS Nancy Pelosi ke Taiwan pada awal Agustus. China menggenjot skala latihan militer mereka, bahkan menembakkan rudal yang kemudian jatuh di perairan Jepang. Akibatnya, AS, Jepang, dan Korea Selatan juga ikut meningkatkan intensitas latihan perang mereka.
Biden sudah tiga kali mengatakan bahwa AS akan mengirim militer untuk membela Taiwan apabila wilayah itu diserang China. Pernyataan paling eksplisit adalah dalam wawancara dengan acara televisi 60 Minutes di bulan Oktober. Pembawa acara bahkan memverifikasi bahwa Biden tidak menurunkan pasukan ke Ukraina yang sedang berperang, tetapi mau menurunkan pasukan ke Taiwan. Biden mengiyakan.
Terkait Korea Utara, Penasihat Keamanan Gedung Putih Jake Sullivan mengatakan Biden ingin mengutarakan persepsi AS kepada Xi. "Intinya, jika Korut melakukan uji coba senjata nuklir ataupun meningkatkan pengayaan nuklir untuk persenjataan, AS akan meningkatkan kehadiran militernya di kawasan," tuturnya.
KOMPAS/HENDRA A SETYAWAN
Logo Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 terpasang di Media Center KTT G20, Nusa Dua, Bali, Sabtu (12/11/2022).
Meskipun begitu, Sullivan menekankan bahwa Biden tidak bermaksud meminta Xi membujuk Pemimpin Korut Kim Jong Un. Biden sebatas memberi pandangan AS. Keputusan Xi untuk berbicara dengan Kim berada di tangan Beijing.
Sejumlah politikus Washington menyambut baik niat Biden ini. Menurut mereka, sudah waktunya AS bersikap tegas dan menunjukkan bahwa mereka tidak ragu dalam penyelesaian isu Taiwan maupun Laut China Selatan.
Pertemuan Biden-Xi ini adalah pertama kali secara langsung sejak Biden dilantik menjadi presiden AS pada tahun 2021. Mereka pertama kali bertemu ketika menjabat sebagai wakil presiden negara masing-masing di tahun 2011. Selama menjabat sebagai wapres, Biden mengatakan bahwa ia telah menghabiskan waktu total 67 jam bersama Xi. Mereka berdua melakukan tur keliking AS, termasuk ke wilayah perdesaan di Negara Bagian Iowa tempat Xi pernah mengikuti program pertukaran pelajar.
Tampak di kejauhan sebuah kapal perang China (kiri) berpatroli tak jauh dari Pulau Pingtan, salah satu pulau terluar China yang paling dekat dengan wilayah teritorial Taiwan, Jumat (5/8/2022). Latihan militer China di sekeliling wilayah perairan Taiwan dikhawatirkan berdampak pada perekonomian global.
Pertemuan langsung ini penting karena hubungan AS-China maupun situasi dunia saat ini kompleks. "Pembahasan secara daring tidak mencukupi. Pertemuan langsung memungkinkan terjadinya berbagai gestur maupun lisan yang lebih kaya dan bermakna dibandingkan sekadar obrolan politik," kata dosen di Universitas Hubungan Internasional China, Xiong Zhiyong.
Meskipun begitu, sejumlah pengamat politim luar negeri dan hubungan internasional dari AS pesimistis Xi mau mendengarkan Biden. Alasannya, bagi Xi semua harus bersifat transaksional. Jika AS menginginkan sesuatu dari China, mereka juga harus memiliki kebijakan ataupun program yang menguntungkan bagi China.
"Bahkan, Xi tidak mau mendengar suara-suara moderat dari dalam Partai Komunis China. Ia sudah bersikukuh menjalankan agendanya, terlepas komentar, protes, maupun kecaman pihak-pihak luar," ujar pakar politik internasional Universitas George Washington, Bruce Dickson.
Sementara itu, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Zhao Lijian kepada harian Global Times mengatakan, fokus kehadiran Xi di KTT G20 adalah menunjukkan solidaritas dan kerja sama untuk ekonomi makro dunia. Beijing menekankan pentingnya kerja sama yang inklusif untuk memastikan terwujudnya perdagangan bebas dan globalisasi. Semua dilandasi semangat tidak saling mengganggu, hidup berdampingan dengan damai, dan solusi yang saling menguntungkan.
"Sekarang bukan zaman kubu-kubu geopolitik," kata Zhao. (AFP/AP)