Ketika Menteri-Menteri Beradu Rayu Membujuk Investor Global di B20 Summit
Menarik lebih banyak proyek investasi ke dalam negeri menjadi target sampingan pemerintah Indonesia dalam presidensi G20. Hingga akhir tahun ini, pemerintah mengejar target realisasi investasi senilai Rp 1.200 triliun.
Oleh
AGNES THEODORA,
·4 menit baca
KOMPAS/HENDRA A SETYAWAN
Para pembicara (kanan ke kiri) Menteri Pariwisata Dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno, Ketua Otoritas Jasa Keuangan Mahendra Siregar, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin dan Menteri ESDM Arifin Tasrif menjadi pembicara dalam pembukaan B20 di Nusa Dua, Bali, Minggu (13/11/2022).
Rangkaian panjang perhelatan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Nusa Dua, Badung, Bali, menjadi momen bagi pemerintah Indonesia sebagai presidensi tahun ini untuk menjaring investasi dari pebisnis global yang tergabung di forum G20 atau kumpulan negara dengan perekonomian terbesar di dunia.
Tak tanggung-tanggung, “bujuk rayu” itu disampaikan secara eksplisit di hampir setiap kesempatan sepanjang rangkaian acara KTT G20, beberapa hari terakhir ini.
Saat sesi diskusi panel di hari pertama acara B20 Summit, Minggu (13/11/2022), misalnya, sembari bergurau, tiga menteri saling beradu rayu untuk menarik minat para pebisnis global yang memadati aula di Bali Nusa Dua Convention Center (BNDCC), Nusa Dua, Badung, Bali, Minggu (13/11/2022).
Tercatat, ada 2.000 orang peserta dan 1.500 perusahaan dari 65 negara yang menghadiri ajang B20 Summit selama 13-14 November 2022 ini. B20 merupakan bagian dari forum G20, sebagai forum diskusi bagi pelaku usaha dari negara-negara yang tergabung di G20.
KOMPAS/HENDRA A SETYAWAN
Ribuan tamu undangan menghadiri pembukaan B20 Summit di Nusa Dua Bali, Minggu (13/11/2022)
Ketiga menteri yang saling beradu rayu itu adalah Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif, dan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno. Mereka menjadi pembicara dalam sesi diskusi dengan tema “Aligning the Role of Business with G20 Priorities to Recover Stronger Recover Together”.
Ajakan untuk berinvestasi di Indonesia itu pertama kali disampaikan Budi Gunadi. Dalam paparannya, ia mengatakan, ancaman global yang paling mematikan ke depan bukan lagi manusia, tetapi patogen. Oleh karena itu, pengusaha harus bijak mengalokasikan modalnya ke sektor yang penting bagi masa depan umat manusia serta sudah pasti menguntungkan.
Budi menuturkan, sepanjang sejarah peradaban, kematian manusia terbesar datang dari pandemi yaitu Black Death atau Wabah Hitam, yang memakan korban jiwa hingga 200 juta orang, lebih banyak dari Perang Dunia II yang menjatuhkan 50 juta orang korban dan kejadian banjir di Sungai Yangtze di China yang memakan 4 juta korban jiwa.
FRENKY T. WIJAYA
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin berbincang dengan Menteri Keuangan Amerika Serikat Janet Yellen, menjelang peluncuran Pandemic Fund atau Dana Pandemi di Mulia Resort Nusa Dua, Bali (13/11/2022).
“Kalau anda bisa menghabiskan ratusan triliun dollar AS untuk berinvestasi di industri pertahanan karena mengira musuh terbesar manusia adalah manusia atau perang, anda salah. Sejarah mencatat, kematian manusia terbesar justru datang dari patogen,” ujarnya.
Budi, yang duduk di antara Arifin Tasrif dan Sandiaga Uno, melanjutkan, ia meyakini setiap pebisnis rasional akan memilih untuk berinvestasi di sektor kesehatan di atas sektor lainnya. “Tentu, anda juga harus berinvestasi di pariwisata dan energi, tapi pertama-tama, yang paling penting itu, sektor kesehatan dulu,” ujarnya, disambut gelak tawa para pebisnis yang hadir.
Saling berbalas
Menanggapi itu, saat diberi kesempatan untuk bicara selanjutnya, Arifin Tasrif langsung membalas pernyataan Budi. Menurutnya, sektor energi, khususnya energi terbarukan, akan menjadi sektor yang terpenting di masa depan. Apalagi, Indonesia diberkahi dengan sumber energi alternatif yang melimpah.
Dalam waktu 10 tahun, Indonesia berencana membangun pembangkit listrik alternatif 22 GW yang membutuhkan investasi sebesar 50 milar dollar AS. Menurutnya, ini adalah peluang investasi yang bagus untuk para pengusaha.
“Kalau Pak Budi mengatakan bahwa kesehatan itu penting, itu betul. Tapi jangan lupa, tidak ada kesehatan tanpa energi, dan tidak ada pariwisata tanpa listrik. Jadi, berinvestasilah di energi,” ujarnya, lagi-lagi disambut tawa para pengusaha.
Sandiaga Uno, yang mendapat kesempatan terakhir, ikut menambahkan bahwa sektornya tidak kalah penting. Sektor pariwisata dan ekonomi kreatif, yang banyak didominasi oleh usaha skala kecil dan menengah, menjadi tulang punggung dari perekonomian yang memenuhi seluruh 17 poin dalam target pembangunan berkelanjutan (sustainable development goals/SDGs).
Meski saat ini belum banyak investasi baru yang masuk, ia yakin dalam waktu 3-5 tahun lagi, Indonesia bisa menarik 6-8 miliar dollar AS investasi di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif.
“Kalau kalian tidak mau berinvestasi di sektor ini, saya akan investasi sendiri. Peluangnya terlalu besar dan dampaknya pada masyarakat terlalu besar,” ujar Sandiaga, yang berlatar belakang seorang pengusaha.
Target “sampingan”
Menarik lebih banyak proyek investasi ke dalam negeri sejak awal memang menjadi target sampingan pemerintah Indonesia dalam presidensi G20 tahun ini. Pemerintah sendiri harus mengejar target realisasi investasi senilai Rp 1.200 triliun pada akhir tahun ini.
Sampai triwulan III-2022, capaian investasi sudah mencapai 74,4 persen atau Rp 892,4 triliun. Pemerintah masih harus mengejar Rp 307,6 triliun investasi pada tiga bulan terakhir tahun ini.
KOMPAS/HENDRA A SETYAWAN
Menteri Keuangan Sri Mulyani saat wawancara khusus dengan Kompas di kantor Kementerian Keuangan, Jakarta, Selasa (8/11/2022). Wawancara terkait pelaksanaan puncak acara G20 yang akan berlangsung minggu depan. Kompas/Hendra A Setyawan (HAS)
Menteri Keuangan Sri Mulyani dalam wawancara dengan Kompas pekan lalu mengatakan, kondisi ekonomi Indonesia yang relatif stabil di tengah gejolak ekonomi global saat ini bisa menjadi daya tarik bagi para investor global untuk menanamkan modalnya di Indonesia.
“Ekonomi kita bisa tumbuh 5,72 persen, di saat negara lain lagi nyungsep. Saya tidak bilang kita sempurna, tapi orang bisa melihat kalau kita masih well-managed. Kalau saya seorang investor, saya akan melihat kalau Indonesia adalah tujuan yang pas untuk saya berinvestasi,” ujarnya.
Sejauh ini, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Indonesia mencatat, presidensi G20 mampu menghasilkan 140 proyek kerja sama bilateral dengan total nilai 71,49 miliar dollar AS untuk Indonesia.
Itu terdiri dari 99 proyek investasi atau hibah senilai 60,7 miliar dollar AS, 11 proyek pembiayaan atau pinjaman senilai 10,79 miliar dollar AS, dan 31 proyek yang tidak bernilai kuantitatif, namun memiliki nilai strategis bagi Indonesia. Jumlah tersebut diyakini masih akan terus meningkat.