”The Wall Street Journal” menyebut Korsel setuju menjual senjata ke AS yang akan digunakan oleh Ukraina. Korsel membantah hal tersebut.
Oleh
PASCAL S BIN SAJU
·4 menit baca
SEOUL, JUMAT — Kementerian Pertahanan Korea Selatan, Jumat (11/11/2022), mengungkapkan sedang bernegosiasi untuk mengirim peluru artileri ke Amerika Serikat, pemasok utama senjata ke Ukraina. Namun, posisi Korea Selatan untuk tidak memberikan bantuan senjata mematikan ke Ukraina tetap tidak berubah.
Hal tersebut diungkapkan kepada kantor berita Reuters untuk mengonfirmasi laporan The Wall Street Journal, Kamis (10/11/2022), yang menyebutkan Seoul telah setuju menjual senjata yang ditujukan ke Ukraina. ”Untuk mengisi kekurangan persediaan amunisi 155 mm di AS, negosiasi sedang berlangsung untuk mengekspor amunisi,” sebut pernyataan Kemenhan Korsel. ”Ini dengan premis bahwa AS sebagai pengguna akhir.”
Sementara AFP melaporkan, Korsel, Jumat, membantah laporan mereka akan menjual peluru artileri untuk digunakan oleh pasukan Ukraina. Namun, dikatakan, jika negosiasi yang sedang berlangsung mencapai kata sepakat, amunisi itu hanya akan digunakan oleh pasukan AS. Washington menempatkan sekitar 27.000 tentara di Korsel untuk membantu melindunginya dari Korea Utara.
Korsel mengatakan, meski negosiasi soal pasokan senjata ke AS sedang berlangsung, amunisi itu nantinya tidak dimaksudkan untuk dikirim ke Ukraina. Seoul adalah pengekspor senjata yang semakin penting. Baru-baru ini Seoul menandatangani kesepakatan untuk mengirim tank dan artileri medan howitzer produksi dalam negeri ke Polandia.
Mengutip pejabat AS yang mengetahui kesepakatan itu, The Wall Street Journal melaporkan, dokumen perjanjian tersebut meminta AS untuk membeli 100.000 amunisi atau peluru artileri kaliber 155 mm yang nantinya dikirim ke Ukraina. Dengan kata lain, Korsel berkewajiban memasok amunisi tersebut untuk mengatasi kekurangan stok di AS guna dikirimkan ke Ukraina yang berperang melawan Rusia.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy telah meminta Korsel untuk menyediakan senjata, yang diakuinya akan sangat diperlukan. Presiden Korsel Yoon Suk Yeol pada akhir Oktober mengatakan, Seoul tidak memberikan senjata mematikan ke Ukraina. Pernyataan Yoon muncul setelah Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan, langkah Seoul akan merusak hubungan bilateral.
Yoon mengatakan, Korsel hanya memberikan bantuan kemanusiaan dan perdamaian ke Ukraina. Meski menjadi sekutu AS, Korea Selatan berusaha menghindari permusuhan dengan Rusia, baik karena alasan ekonomi maupun karena pengaruh Moskwa yang bisa berdampak kepada Seoul.
”Kami telah memberikan bantuan kemanusiaan dan perdamaian ke Ukraina dalam solidaritas dengan masyarakat internasional, tetapi tidak pernah mengirim senjata mematikan atau hal-hal serupa,” kata Yoon kepada wartawan di Seoul, dikutip Yonhap, Jumat (28/10/2022).
Juru Bicara Keamanan Nasional AS John Kirby, pekan lalu, mengatakan, Washington memiliki informasi bahwa Korea Utara diam-diam memasok Rusia dengan sejumlah peluru artileri sendiri untuk digunakan di Ukraina. Moskwa dan Pyongyang telah membantah soal pengiriman senjata. Pyongyang menolak klaim itu dan menyebutnya tidak berdasar.
Pentagon, Kamis, mengumumkan, AS akan menyediakan sistem pertahanan udara dan rudal permukaan-ke-udara ke Ukraina sebagai bagian dari paket bantuan keamanan baru senilai 400 juta dollar AS. Paket itu termasuk rudal sistem pertahanan udara HAWK, peluru artileri dan mortir, amunisi untuk peluncur roket presisi Himars, serta lebih dari 20 juta peluru senjata ringan.
Situasi di Kherson
Sementara itu, laporan dari medan tempur Kherson, Ukraina, menyebutkan, Moskwa mengumumkan mulai mundur dari kota Kherson, Ukraina selatan. Pengumuman itu terjadi setelah Kyiv mengklaim telah merebut kembali belasan permukiman atau desa-desa di wilayah strategis di tepi Laut Hitam itu.
”Unit pasukan Rusia sedang bermanuver untuk mempersiapkan posisi di tepi kiri Sungai Dnipro, sesuai dengan rencana yang disetujui,” kata Kementerian Pertahanan Rusia, seperti dikutip AFP. Sebelumnya pejabat senior pertahanan Rusia mengatakan, Moskwa mengambil keputusan sulit untuk mundur dari Kherson dan membentuk garis pertahanan lebih jauh ke belakang.
Pejabat Ukraina tetap waspada sejak Rusia memberi isyarat pada Rabu malam bahwa mereka akan menarik pasukan dari tepi barat Sungai Dnipro di Kherson. Jenderal Ukraina, Valeriy Zaluzhny, mengatakan di media sosial, pasukan Ukraina telah merebut kembali enam permukiman setelah pertempuran di dekat front Petropavlivka-Novoraisk.
Tentara Ukraina dilaporkan telah merebut kembali enam permukiman lain di poros Pervomaiske-Kherson sehingga berhasil merebut total lebih dari 200 kilometer persegi dari pendudukan Rusia. Perebutan kembali Kherson jelas merupakan pukulan telak bagi Rusia yang telah mencaplok wilayah itu ke dalam wilayah Rusia melalui sebuah referendum yang dikecam Barat, September lalu.
Penarikan pasukan Moskwa itu terjadi setelah AS memperkirakan lebih dari 100.000 personel militer Rusia tewas atau terluka di Ukraina. Jenderal AS, Mark Milley, juga mengatakan, pasukan Ukraina kemungkinan menderita dengan jumlah korban yang sama. (AFP/REUTERS)