Di KTT G20, PM Albanese Berharap Bisa Berdialog dengan Xi
Hubungan Australia-China tegang setelah mantan PM Scott Morrison meminta penyelidikan asal-usul Covid-19 kepada China. Tekanan ini berbuah penghentian impor daging sapi dan minuman asal Australia.
Oleh
MAHDI MUHAMMAD
·3 menit baca
AP PHOTO/MANU FERNANDEZ
Dari kiri ke kanan, Perdana Menteri Australia Anthony Albanese, Presiden Amerika Serikat Joe Biden, PM India Narendra Modi, dan PM Jepang Fumio Kishida berjalan beriringan jelang pertemuan QUAD di Istana Kantei, Tokyo, Jepang, 24 Mei 2022.
CANBERRA, RABU — Perdana Menteri Australia Anthony Albanese berharap bisa bertemu empat mata dengan Presiden China Xi Jinping di sela-sela Konferensi Tingkat Tinggi Kelompok 20 atau G20 di Nusa Dua, Bali, pekan depan. Dia berharap pertemuan itu nantinya menjadi perkembangan positif setelah ketegangan antarkedua negara terus meningkat selama beberapa tahun terakhir.
Albanese dijadwalkan hadir dalam KTT G20 pada 15-16 November, kemudian KTT Kerja Sama Ekonomi Asia Pasific (APEC) di Thailand, serta KTT Asia Timur di Kamboja. Sementara sejauh ini Xi baru dijadwalkan hadir di KTT G20.
”Saya telah menjelaskan dengan sangat jelas bahwa dialog adalah hal yang baik. Dan, jika pertemuan diatur dengan Xi, itu akan menjadi hal positif,” kata Albanese kepada media di Canberra, Rabu (9/11/2022).
Hubungan Australia dan China tegang setelah mantan PM Scott Morrison meminta penyelidikan asal-usul Covid-19 kepada Pemerintah China, April 2020. Permintaan ini bersamaan dengan munculnya desakan dari sejumlah negara Barat, termasuk Amerika Serikat, pada Beijing untuk menjelaskan asal-usul virus SARS-CoV-2 yang ditemukan pertama kali di China dan menyebabkan pandemi.
Seorang tukang daging di Australia, George Vourvahakis, mengangkat nampan berisi daging sapi segar di tokonya di Yarraville, pinggiran Melbourne, Selasa (12/5/2020). China menghentikan sementara impor dari empat pemasok daging sapi utama Australia.
Tekanan ini berbuah penghentian impor daging sapi dan sejumlah produk minuman asal Australia, yang menyebabkan perekonomian negara itu terganggu. Bagi Australia, China adalah mitra dagang besar karena menyumbang sepertiga jumlah ekspornya. Selain itu, dari sektor wisata dan pendidikan, jutaan turis dan mahasiswa asal Negeri Tirai Bambu mendatangkan pendapatan yang tidak kecil bagi Australia.
Di samping itu, agresivitas China di Pasifik juga ditanggapi Australia dan sekutu-sekutunya, terutama AS dan Inggris, dengan membentuk kerja sama AUKUS. Kerja sama ini memungkinkan Australia memiliki kapal selam bertenaga nuklir, yang ditentang banyak negara di Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Upaya China mendekati negara-negara di Pasifik Selatan untuk melebarkan ruang pengaruhnya telah mengejutkan Australia, Selandia Baru, serta negara-negara mitra strategis mereka.
Dikutip dari laman media Australia ABC, Albanese mengatakan, dalam forum yang dihadirinya, dia akan menekankan komitmen Negeri Kanguru itu dalam beberapa isu global, mulai dari transisi energi baru terbarukan hingga visi mereka terhadap kawasan yang stabil, damai, dan sejahtera.
Foto yang dirilis Departemen Pertahanan Australia pada 11 Februari 2019 memperlihatkan PM Australia Scott Morrison (tengah) berjabat tangan dengan mantan Menteri Pertahanan Australia Christopher Pyne (kiri) dan Menhan Perancis Florence Parly (kanan) setelah menandatangani kesepakatan Kemitraan Strategis Kapal Selam antara Perancis-Australia senilai 66 miliar dollar AS di Canberra, Australia.
”Peran saya di KTT ini akan menjadi salah satu advokasi tidak hanya bagi warga Australia, tetapi juga bagi tetangga Pasifik kami yang menghadapi banyak tekanan yang sama seperti kami,” kata Albanese.
Upaya untuk menormalisasi hubungan kedua negara telah dilakukan beberapa pejabat Australia. Menteri Luar Negeri Australia Penny Wong bertemu dengan Menlu China Wang Yi di sela-sela Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), 23 September 2022, di New York, Amerika Serikat. Dikutip dari laman Kementerian Luar Negeri Australia, dalam pertemuan tersebut Wong berharap kedua pemerintahan melanjutkan stabilisasi hubungan.
Wong, pada saat yang sama juga menyatakan, Australia akan berupaya untuk bekerja sama dalam berbagai bidang sepanjang hal itu memberi keuntungan bagi kedua pihak. ”Australia terus berupaya membangun hubungan yang produktif dan stabil dengan China, berdasarkan saling menguntungkan dan saling menghormati. Kami tetap terbuka untuk dialog dan keterlibatan dengan China, termasuk untuk mengatasi tantangan bersama,” tutur Wong.
Upaya untuk mencairkan hubungan yang dilakukan Wong disambut baik oleh Wang. Dikutip dari laman ABC, Wang dikabarkan melakukan percakapan telepon dengan Wong, Selasa (8/11/2022) malam, jelang pelaksanaan KTT G20. Wang menyatakan kedua negara harus bekerja sama untuk membangun kembali kepercayaan dan mengembalikan hubungan keduanya pada jalurnya.
”Pelonggaran dan peningkatan hubungan China-Australia melayani kepentingan mendasar kedua belah pihak. Kedua negara harus mempromosikan pembangunan kembali rasa saling percaya, secara bertahap mengatasi kekhawatiran mereka dan bersama-sama memberikan kontribusi positif untuk mengatasi tantangan global saat ini,” tutur Wang.
Pertemuan pejabat tinggi kedua pemerintahan dilakukan pula di tengah berlangsungnya Dialog Shangri-La di Singapura, Juni lalu. Menteri Pertahanan Australia Richard Marles bertemu dengan koleganya, Jenderal Wei Fenghe. Meski sudah ada pendekatan terhadap Pemerintah China, Beijing belum memperlihatkan persetujuannya agar kedua pemimpin negara bertemu. (REUTERS)