Hati-hati, Meniru Akun Lain Bisa Dibekukan Permanen dari Twitter
Elon Musk mengancam akan menangguhkan akun-akun Twitter yang mencoba meniru akun orang lain tanpa mencantumkan keterangan bahwa hal itu adalah parodi.
Oleh
MAHDI MUHAMMAD
·5 menit baca
NEW YORK, SENIN — Bos baru Twitter, Elon Musk, terus menggulirkan perubahan-perubahan kebijakan di perusahaan platform media sosial yang dipimpinnya. Kini, dia memperingatkan bahwa manajemen Twitter di bawah kendalinya akan secara permanen menangguhkan akun apa pun yang meniru identitas orang lain (impersonator).
Musk mengeluarkan peringatan setelah beberapa selebritas mengubah nama tampilan Twitter, bukan nama akun, mereka dan mencuit pendapat seolah-olah pendapat itu dilontarkan oleh Elon Musk. Sebagian besar cuitan para selebritas itu adalah reaksi atas keputusan manajemen Twitter yang baru untuk menetapkan biaya berlangganan 8 dollar AS atau sekitar Rp 125.000 per bulan bagi layanan Twitter Blue, termasuk di dalamnya adalah centang biru.
”Ke depan, setiap akun Twitter yang terlibat dalam peniruan identitas tanpa secara jelas menyebutkan bahwa itu adalah parodi akan ditangguhkan secara permanen,” cuit Musk. Dia menambahkan, perubahan nama apa pun akan berakibat pada hilangnya tanda terverifikasi atau centang biru untuk sementara.
Sebelum Twitter diambil alih Musk, manajemen lama memberikan peringatan kepada pemilik akun yang dinilai melanggar aturan platform tersebut. Akan tetapi, kini, Twitter tidak akan memberikan peringatan seperti itu lagi.
Kebijakan tersebut bermula ketika dua selebritas mencoba meniru Musk yang mengeluarkan kebijakan kontroversial dalam beberapa hari terakhir, terutama setelah mengambil alih Twitter. Akun Griffin, yang memiliki dua juta pengikut langsung ditangguhkan, Minggu (6/11/2022), karena mengganti namanya menjadi Musk. Tanda centang birunya juga dihapus.
”Saya kira tidak semua konten yang dimoderasi dibebaskan begitu saja? Lol,” canda Griffin sesudahnya di Mastodon, platform media sosial alternatif tempat dia membuat akun minggu lalu.
Valerie Bertinelli, aktris AS, sempat melakukan hal yang sama. Dia mengunggah serangkaian cuitan untuk mendukung kandidat dari Partai Demokrat yang didukungnya menjelang pemilu sela AS, Sabtu (5/11/2022). Akan tetapi, Bertinelli langsung mengubah lagi ke nama aslinya. ”Okey dokey. Saya bersenang-senang dan saya pikir saya telah mengutarakan pandangan saya,” cuit Bertinelli.
Sebelum menulis serangkaian dukungan kepada salah satu kandidat Partai Demokrat jelang pemilu sela, Bertinelli mencuitkan beberapa hal tentang tujuan awal pemberian centang biru pada platform media sosial itu.
Tanda centang biru diberikan kepada orang-orang yang identitasnya telah dikonfirmasi oleh Twitter. Selebritis, para pembuat kebijakan atau politisi, pebisnis hingga jurnalis dan media adalah para pihak yang biasanya mendapatkan tanda terverifikasi itu. Jurnalis menempati posisi teratas penerima tanda centang biru.
”Tetapi, itu tidak berlaku lagi. Semoga beruntung di luar sana,” kata Bertinelli.
Cuitan Bertinelli terkait dengan rencana Musk untuk menerapkan layanan berlangganan sebesar 8 dollar AS per bulan atau sekitar Rp 125.000 untuk mendapatkan layanan centang biru sekaligus Twitter Blue. Berlangganan, dalam pandangan Musk, adalah upaya untuk menjadikan Twitter lebih demokratis.
Pembaruan (update) layanan Twitter untuk pengguna gawai yang berbasis Apple (iOS) menyebut bahwa pengguna yang mendaftar sekarang untuk mendapatkan layanan Twitter Blue akan mendapatkan tanda centang biru mengikuti nama akun mereka. Menurut rencana, layanan seperti itu baru tersedia di Amerika Serikat, Kanada, Australia, Selandia Baru, dan Inggris.
Seorang karyawan Twitter, Esther Crawford, mengatakan kepada The Associated Press bahwa layanan itu akan segera hadir, tetapi belum pasti kapan akan diluncurkan ke publik. Twitter belum menanggapi surat elektronik yang dikirimkan untuk meminta konfirmasi mengenai hal ini.
Masalah centang biru
Permasalahan Twitter saat ini tidak hanya pada ”demokratisasi” yang tengah diupayakan oleh Musk, dengan cara membayar sejumlah biaya berlangganan. Banyak pihak menilai demokratisasi ala Musk itu sendiri hanya akan membuat centang biru didominasi oleh para pemilik uang, penguasa, yang dengan mudah merogoh koceknya hanya untuk biaya berlangganan sebesar 8 dollar AS.
Akun-akun bot atau para pendengung (buzzer) yang memiliki kaitan dengan politisi tertentu dan tugas tertentu untuk menyebarluaskan disinformasi hingga berita bohong kepada publik juga akan dengan mudahnya mendapatkan centang biru dengan membayar uang sejumlah itu. Apalagi, perubahan itu terjadi di tengah pelaksanaan pemilu sela atau pemilihan paruh waktu di Amerika Serikat.
Beberapa pengguna Twitter telah mulai bermigrasi ke platform lain, seperti Mastodon dan Counter Social, menyusul pemutusan hubungan kerja (PHK) massal separuh dari 7.500 tenaga kerja Twitter. Mereka khawatir PHK besar-besaran itu dapat mengganggu proses moderasi dan verifikasi akibat terpangkasnya staf yang menangani proses tersebut.
Jika hal ini terjadi, dikhawatirkan muncul disinformasi secara bebas pada platform media sosial tersebut. Apalagi, Twitter selama ini telah menjadi platform untuk komunikasi, baik oleh lembaga-lembaga publik maupun perusahaan.
Musk mencoba meredam kekhawatiran tersebut. Ia mengatakan bahwa Twitter akan membentuk dewan moderasi konten. Ia mencoba meyakinkan bahwa orang-orang yang akan duduk di dalam dewan moderasi konten itu memiliki pandangan yang sangat beragam serta akan mewakili para pengguna Twitter. ”Tidak ada keputusan konten besar atau pemulihan akun yang akan terjadi sebelum dewan itu bersidang,” ujarnya.
Mengenai akun-akun yang saat ini dibekukan, Musk pekan lalu mengatakan bahwa pemilik akun-akun tersebut tidak akan diizinkan kembali aktif di Twitter sampai platform media sosial memiliki ”proses yang jelas untuk melakukannya”. Sebelumnya pada hari Minggu, media AS, New York Times, melaporkan bahwa Twitter menunda peluncuran tanda centang verifikasi untuk pelanggan layanan barunya hingga setelah pemilu sela AS, 8 November ini.
Musk juga berkejaran dengan waktu untuk memulihkan citra perusahaan itu di mata para pengiklan. Banyak perusahaan telah menghentikan sementara iklan di platform tersebut. Mereka khawatir segalanya menjadi lebih sulit diatur setelah Twitter berada di bawah pengelolaan Musk.
Yoel Roth, Kepala Keamanan dan Integritas Twitter, berusaha meredakan kekhawatiran dengan mencuit bahwa keberadaan staf yang bertugas memoderasi konten tidak termasuk dalam daftar PHK massal. (AP/REUTERS)