Jepang Siapkan Rudal Hipersonik Hadapi Ancaman di Kawasan
Negara-negara di Asia Timur berlomba mengembangkan kapasitas persenjataannya. Jepang misalnya berambisi memiliki rudal hipersonik canggih pada 2030.
Oleh
PASCAL S BIN SAJU
·4 menit baca
TOKYO, KAMIS – Jepang berambisi memiliki rudal hipersonik canggih pada 2030 dan merevisi strategi keamanan nasionalnya dan dokumen pertahanan utama lainnya pada akhir 2022. Langkah itu diambil setelah invasi Rusia ke Ukraina mengubah lingkungan keamanan global, peningkatan ancaman rudal Korea Utara, dan gerakan militer China yang dinilai mengancam Jepang.
Menurut media Jepang, Nikkei, Kamis (3/11/2022), pengerahan rudal hipersonik itu untuk meningkatkan kemampuan serangan balik terhadap ancaman regional menyusul perang Rusia-Ukraina yang mengubah lanskap keamanan global. Rudal hipersonik terbang minimal lima kali kecepatan suara dan pada lintasan yang lebih kompleks, membuatnya sulit ditembak jatuh.
Jepang merasa ancaman regional di Asia Timur telah meningkat. Terutama setelah dua negara bersekutu, yakni Korea Utara dan China, semakin meningkatkan kemampuan rudal mereka. Jepang berusaha memperkuat diri tidak hanya untuk bisa atau mampu mencegat proyektil yang masuk ke wilayahnya, tetapi juga menyerang balik jika diperlukan.
Tahun ini, ketegangan di Asia Timur semakin meningkat. Ini melibatkan Jepang, Korea Selatan, Korea Utara, China, dan Amerika Serikat.
Tahun ini, ketegangan di Asia Timur semakin meningkat. Ini melibatkan Jepang, Korea Selatan, Korea Utara (Korut), China, dan Amerika Serikat (AS). Jepang, Korea Selatan (Korsel), dan AS merupakan satu aliansi. Sementara China bersama Korea Utara berada di posisi yang berseberangan. Setiap pihak menuduh tindakan kubu lawan provokatif sehingga merasa perlu meningkatkan kapasitas persenjataannya.
China tumbuh sebagai salah satu kekuatan militer kuat dunia. Korut semakin intensif melakukan uji coba rudal dalam setahun terakhir. Sementara AS bersama dengan Korsel dan Jepang acap kali menggelar latihan militer bersama.
Kejadian yang masih segar adalah saat Korut pada Kamis pekan ini meluncurkan kembali beberapa rudal balistik termasuk satu rudal yang diperkirakan gagal. Menurut Perdana Menteri Jepang, Fumio Kishida, dikutip The Asahi Shimbun, salah satu dari tiga rudal yang ditembakkan ke arah Jepang diduga rudal balistik antarbenua (ICBM).
Sehari sebelumnya, Korut meluncurkan 23 rudal, rekor peluncuran terbanyak dalam sehari. Kementerian Pertahanan Jepang mengatakan, dalam uji terbaru oleh Korut hari Kamis, tiga rudal mendarat di Laut Jepang, tetapi di luar zona ekonomi eksklusif Jepang. Dua rudal terakhir hanya mencapai ketinggian maksimum 50 kilometer (km) dan terbang sekitar 350 km. Salah satu, diduga ICBM, tidak terdeteksi yang menyiratkan kegagalan uji coba.
Kantor berita Korea Selatan, Yonhap, menyebutkan, ada kemungkinan Korut menguji coba nuklirnya antara 16 Oktober hingga 17 November.
Tembakan rudal Korut tersebut menimbulkan kekhawatiran di Niigata, lokasi tujuh reaktor pembangkit tenaga nuklir Kashiwazaki-Kariwa. Di Pulau Sado, lepas pantai utara Niigata, para nelayan terburu-buru kembali dari laut setelah mendengar suara nyaring sirene dari pengeras suara. Kepanikan pada sebagian warga Jepang dibaca sebagai para pengamat sebagai tanda sedang terancam.
Jepang dan Korsel mencurigai, ujung dari pengujian puluhan rudal balistik sepanjang tahun hingga awal November ini adalah uji coba senjata nuklir. Korut melakukan uji coba nuklir pertamanya pada 2017. Bulan lalu, kantor berita Korea Selatan, Yonhap, menyebutkan, ada kemungkinan Korut menguji coba nuklirnya antara 16 Oktober hingga 17 November.
Kementerian Pertahanan Jepang sedang berusaha meningkatkan pertahanan dengan menambah kemampuan menyerang balik. Jepang menyadari, perang Ukraina-Rusia yang berdampak pada rantai pasok global telah mengubah lingkungan keamanan global. Jepang juga merasa adanya ancaman yang datang dari Korut dan China.
Rudal hipersonik dipilih karena dapat terbang setidaknya lima kali lebih cepat atau bahkan lebih daripada kecepatan suara. Lagi pula, rudal hipersonik meluncur pada lintasan yang kompleks dan sulit dicegat. Rudal ini melampaui kemampuan rudal balistik.
Jepang juga berencana merevisi strategi keamanan nasionalnya dan dokumen pertahanan utama lainnya. Ini akan dilaksanakan pada akhir 2022.
Jepang juga berencana merevisi strategi keamanan nasionalnya dan dokumen pertahanan utama lainnya. Ini akan dilaksanakan pada akhir 2022. Laporan resmi yang dikutip Nikkei menyebutkan, ada gagasan bahwa Jepang akan mengerahkan rudal-rudal jarak jauh Tomahawk buatan AS di tiga wilayah (prefektur). Menurut laporan itu, penempatan di tiga wilayah itu sebagai langkah pertama Jepang untuk meningkatkan kemampuan serangan balik.
Tahap kedua, Jepang dapat membarui rudal antikapal yang ditembakkan dari darat Tipe 12. Ini dilakukan dengan memperluas jangkauan rudal tersebut menjadi lebih dari 1.000 km dari kemampuan saat ini kurang dari 200 km. Nikkei, mengutip laporan itu, menyebutkan, penggunaan rudal hipersonik tampaknya sebagai tahap ketiga.
Surat kabar Asahi Shimbun melaporkan, Jepang sedang mempertimbangkan pengembangan rudal antikapal Tipe 12 versi kapal selam, yang akan lebih sulit dideteksi musuh. Jepang bermaksud memperluas jangkauan rudal berbasis darat sebagai bagian strategi baru untuk menyerang target yang jauh, baik di laut maupun di darat. Jepang juga telah mempererat kerja sama pertahanan dengan AS demi mengantisipasi sikap agresif China dan ambisi nuklir Korut. Keduanya akan mengembangkan teknologi berbasis hipersonik dan yang terkait dengan ruang angkasa. Pada Juli 2022, AS dilaporkan telah berhasil menguji dua hipersonik buatan Lockheed Martin dengan kemampuan lima kali lebih cepat dari kecepatan suara, yaitu sekitar 6.200 km per jam. (AFP/REUTERS/CAL)