Pererat Dialog Dengan Islam, Paus Segera Kunjungi Bahrain
Paus mengunjungi Bahrain atas undangan pribadi Raja Bahrain, Raja Hamad, dan pemimpin gereja lokal. Lawatan Paus diharapkan mempererat hubungan dengan Islam dan memperkuat dialog Timur-Barat.
Oleh
PASCAL S BIN SAJU
·4 menit baca
VATICAN CITY – Pemimpin Tertinggi Gereja Katolik Roma, Paus Fransiskus (85), akan mengunjungi Bahrain, untuk mempererat hubungan dengan Islam dan memperkuat dialog Timur-Barat. Pada lawatan bersejarahnya itu, Sri Paus antara lain bertemu Raja Hamad bin Isa bin Salman Al-Khalifa dan Imam Besar Al-Azhar Kairo Sheikh Ahmed al-Tayeb. Paus juga dijadwalkan memimpin misa di kota Riffa.
Paus Fransiskus akan mengunjungi Bahrain mulai Kamis (3/11) hingga Minggu (6/11). Administrator Apostolik Wilayah Arab Utara, Uksup Paul Hinder OFM Cap, dikutip Vatican News, Selasa (1/11), mengatakan, kunjungan itu atas undangan pribadi Raja Hamad dan pemimpin gereja lokal.
Kunjungan tersebut sekaligus mencatatkan Fransiskus sebagai Paus pertama yang mengunjungi Bahrain. Perjalanan internasional ke-39 Sri Paus itu terjadi tiga tahun setelah kunjungannya ke Uni Emirat Arab, 2019. Saat itu dia dan al-Tayeb meneken manifesto Persaudaraan Muslim-Kristen bertajuk ”Dokumen Persaudaraan Manusia untuk Perdamaian Dunia dan Hidup Bersama”.
Mantan Uskup Agung Buenos Aires, Argentina, itu telah menjadikan komunitas Muslim sebagai prioritas jangkauan selama kepausannya. Dia telah mengunjungi negara-negara Timur Tengah termasuk Mesir pada 2017 dan Irak tahun lalu sambil mempromosikan dialog antaragama dengan al-Tayeb.
Pada Jumat (4/11), Fransiskus dijadwalkan bertemu dengan al-Tayeb di Istana Sakhir, sebuah istana di daerah padang gurun di Bahrain barat. Sebelumnya, kedua pemimpin agama ini telah bertemu empat kali, yakni April 2017 di Kairo, Oktober 2018 di Vatikan, Februari 2019 di Abu Dhabi, dan September 2022 di Astana.
Kedekatan hubungan Fransiskus dan al-Tayeb menjadi simbol koeksistensi yang diharapkan antara Muslim dan Kristen. Persahabatan mereka yang kian erat untuk mempromosikan dialog antaragama dan kerja sama menuju solidaritas dan persaudaraan. Hubungan pribadi yang kuat antara keduanya diharapkan memupuk persaudaraan antara dua agama samawi itu.
Pada hari yang sama, Paus Fransiskus juga dijadwalkan akan bertemu dengan Dewan Tetua Muslim (The Muslim Council of Elders) yang berbasis di Abu Dhabi untuk forum “Timur dan Barat”. Beberapa isu seperti komunitas Muslim di Barat, krisis kemanusiaan, masalah iklim, dan hubungan Muslim-Kristen akan dibicarakan dalam pertemuan. Al-Tayeb adalah Ketua Dewan Tetua Muslim.
Di hari itu, pemimpin 1,3 miliar umat Katolik Roma di dunia itu akan memimpin misa ekumene di Katedral Our Lady of Arabia yang luas di kota Awali, Bahrain, yang resmi dibuka pada Desember 2021. Katedral yang bisa menampung lebih dari 2.000 orang ini dibangun sebagai pusat pelayanan bagi sekitar 80.000 umat Katolik Bahrain, termasuk pekerja migran dari Asia seperti India, Sri Lanka, dan Filipina.
Pada Sabtu (5/11), Paus Fransiskus akan merayakan misa di sebuah stadion di kota Riffa, terbesar kedua di Bahrain, di hadapan sekitar 28.000 umat. “Kami senang melihat banyak orang Kristen di wilayah itu," kata Paus, seraya mengatakan dia mengharapkan pertumbuhan umat terjadi di negara-negara Teluk lainnya.
Bahrain, seperti Uni Emirat Arab, dianggap sebagai negara Arab yang relatif lebih toleran. Namun, para aktivis menyebutkan, sering terjadi penindasan dan pelecehan oleh elite penguasa di Bahrain terhadap kelompok Syiah, aktivis, oposisi, dan wartawan.
Perjalanan Paus ke Bahrain, negara mayoritas Syiah yang dikuasi minoritas Sunni, oleh kelompok hak asasi manusia (HAM) diharapkan mendorong Raja Hamad untuk mengakhiri penindasan terhadap Muslim Syiah. Human Rights Watch (HRW) dan delapan kelompok pegiat HAM lainnya meminta Paus juga menuntut penguasa Bahrain untuk mengakhiri semua bentuk kekerasan.
“Paus Fransiskus harus mengindahkan seruannya sendiri dan secara terbuka menuntut agar Bahrain menghentikan semua eksekusi, menghapuskan hukuman mati, dan secara serius menyelidiki tuduhan penyiksaan dan pelanggaran hak atas pengadilan yang adil," kata HRW dan delapan kelompok HAM lainnya dalam pernyataan bersama yang dirilis pada Selasa.
Paus juga diharapkan mendesak para pejabat Bahrain untuk mengeluarkan dekrit yang mengulangi larangan konstitusi dan hukum Bahrain dari segala bentuk penyiksaan dan perlakuan buruk. Paus didesak untuk menekan otoritas Bahrain mengakhiri pelanggaran terhadap pekerja migran. Kebanyakan pekerja migran datang dari Asia Selatan, Asia Tenggara, dan Timur Tengah seperti Lebanon dan Suriah.
“Para pemimpin oposisi terkemuka Bahrain telah mendekam di penjara selama lebih dari satu dekade karena peran mereka dalam protes pro-demokrasi 2011,” kata pernyataan itu.
Paus yang melakukan perjalanan dengan duduk di kursi roda itu akan mengakhiri perjalanannya pada Minggu (6/11). Ia telah mengunjungi berbagai negara dengan mayoritas penduduknya Muslim selama masa kepausannya. Misalnya, Jordania, Turki, Bosnia-Herzegovina, Mesir, Bangladesh, Maroko, Irak dan yang terbaru pada September 2022 yakni di Kazakhstan.(AFP/AP/CAL)