Redam Inflasi, Bank Sentral Eropa Kembali Naikkan Suku Bunga
”Keputusan kami sangat tepat dengan tujuan menstabilkan harga-harga. Penting untuk stabilisasi harga-harga agar perekonomian kembali pulih dan tumbuh,” kata Lagarde.
Oleh
SIMON P SARAGIH S
·3 menit baca
FRANKFURT, KAMIS — Bank Sentral Eropa kembali menaikkan suku bunga menjadi 1,5 persen. Langkah lain yang juga akan dilakukan adalah pelepasan aset-aset swasta dan pemerintah. Tindakan tersebut bertujuan mengetatkan peredaran uang untuk meredam inflasi di zona euro yang mencapai 9,9 persen pada September 2022.
Langkah tersebut diputuskan oleh Bank Sentral Eropa (ECB) yang bermarkas di Frankfurt, Jerman, Kamis (27/10/2020). ECB, bank sentral untuk 19 negara pengguna mata uang euro itu, sejauh ini telah menaikkan suku bunga sebesar 2 persen. Hingga Juli, ECB mengenakan suku bunga negatif yang telah berlangsung selama delapan tahun.
ECB akan menghentikan subsidi kepada perbankan berupa dana sebesar 2,1 triliun euro dengan bunga sangat rendah. ECB juga akan mengurangi kepemilikan aset-aset swasta dan pemerintah sebesar 8,8 triliun euro yang dipegang sejak 2015. Semua langkah ini bertujuan mengurangi jumlah uang beredar untuk menekan inflasi.
Langkah kenaikan suku bunga belum berhenti. ”Pematokan suku bunga belum berhenti. Masih akan ada lagi kenaikan lanjutan suku bunga hingga inflasi bisa kembali ke level 2 persen,” demikian pernyataan ECB.
Presiden ECB Christine Lagarde mengingatkan, kenaikan suku bunga itu akan mendorong resesi. ”Namun, kami jelas memperhatikan, khususnya, mereka yang berpendapatan rendah,” kata Lagarde. Peringatan disampaikan karena kenaikan suku bunga akan meredam investasi dan konsumsi serta menyebabkan penurunan pertumbuhan ekonomi.
Produksi domestik bruto (PDB) zona euro terbilang belum memasuki resesi. Pada kuartal pertama 2022, PDB zona euro tumbuh 0,7 persen dan pada kuartal kedua 2022 tumbuh 0,8 persen. IMF memperkirakan pertumbuhan PDB zona euro akan mencapai 0,5 persen pada 2023, turun dari 3,1 persen pada 2021.
Pemerintahan diingatkan
Para pemimpin Eropa anggota zona euro mengkritik Lagarde. Perdana Menteri Italia Giorgia Meloni pekan ini mengkritik ECB yang dianggap agresif menaikkan suku bunga. Tindakan itu, menurut Meloni, menyebabkan hambatan untuk menaikkan utang pemerintah. Presiden Perancis Emmanuel Macron juga menyatakan keprihatiannya karena tindakan ECB akan menekan permintaan.
Lagarde menjawab balik dengan mengatakan, ”Keputusan kami sangat tepat dengan tujuan menstabilkan harga-harga. Penting untuk stabilisasi harga-harga agar perekonomian kembali pulih dan tumbuh,” katanya. Ia juga mengingatkan agar pemerintahan di zona euro tidak menaikkan utang karena ECB sedang mencoba menurunkan inflasi.
Pemerintahan harus menjalankan kebijakan fiskal dan sekaligus memperlihatkan komitmen untuk menurunkan rasio-rasio utang.
”Pemerintahan harus menjalankan kebijakan fiskal dan sekaligus memperlihatkan komitmen untuk menurunkan rasio-rasio utang,” kata Lagarde. Langkah yang perlu diperhatikan pemerintah adalah mengambil langkah untuk menolong warga yang paling terpukul.
Peringatan ini disampaikan sehubungan dengan naiknya persentase popularitas pemerintahan populis di zona euro. Kaum populis ini sering kali tidak hirau terhadap rambu-rambu perekonomian. PM Italia tergolong populis dan menunjukkan sikap yang bertentangan dengan kebijakan ECB.
Rasio utang di zona euro pada akhir kuartal pertama 2022 sebesar 95,6 persen terhadap PDB, turun sedikit dari 95,7 persen pada akhir kuartal empat 2021. Siprus, Belgia, Italia, Perancis, Yunani, Portugal, dan Spanyol memiliki rasio utang pemerintah di atas 100 persen. Zona euro menyiratkan rasio utang tertinggi sebaiknya maksimum 60 persen.
Menyalahkan Rusia
Zona euro sangat sibuk menyalahkan Rusia atas invasi ke Ukraina. Hal itu dianggap turut menyebabkan kenaikan inflasi akibat kenaikan harga energi dan komoditas. Namun, menurut Mojmír Hampl, ekonom Ceko, hanya 50 persen anggota zona euro yang taat aturan tentang fiskal (keuangan pemerintahan).
Hampl menuliskan bahwa kenaikan rasio utang itu menjadi faktor utama yang turut menaikkan inflasi di zona euro dan merupakan penyebab utama inflasi. Ia menyatakan, inflasi akan sulit diturunkan jika rasio-rasio utang tidak diturunkan. Dalam terminologi ekonomi, kenaikan utang untuk menutupi defisit anggaran pemerintah lebih kurang mirip dengan mencetak uang dengan efek inflatoar.
Penyebab lain inflasi di zona euro adalah stimulus fisal akibat Covid-19. Akan tetapi, kebijakan uang murah yang berlangsung selama delapan tahun juga telah menaikkan uang beredar dan membuat inflasi meroket. (REUTERS/AP/AFP)