Utang Pemerintah Amerika Serikat makin menggelembung bersamaan dengan keterlibatan negara itu dalam sejumlah perang dalam 20 tahun terakhir. Defisit anggaran tahun ini mencapai 1,4 triliun dollar AS.
Oleh
KRIS MADA
·4 menit baca
WASHINGTON, SABTU — Amerika Serikat mencatatkan defisit 1,4 triliun dollar AS untuk tahun anggaran 2022. Guna menutupi defisit itu, Washington butuh utang melebihi batas yang disepakati tahun lalu.
Presiden AS Joe Biden mengumumkan defisit itu di Delaware pada Jumat (21/10/2022) siang waktu setempat atau Sabtu (22/10/2022) pagi WIB. ”Hari ini, pemerintahan saya mengumumkan bahwa defisit tahun ini turun 1,4 triliun dollar AS, penurunan tahunan terbesar dalam sejarah AS,” katanya.
Menteri Keuangan AS Janet Yellen menyebut, APBN 2022 defisit 1,375 triliun dollar AS. Adapun APBN 2021 defisit 2,8 triliun dollar AS. Badan Anggaran Kongres AS (CBO) menaksir defisit 2023 akan turun menjadi 980 miliar dollar AS.
Sebagai pembanding, belanja APBN Indonesia adalah RP 1.846,14 triliun atau lebih kurang setara 120 miliar dollar AS. Dengan demikian, defisit anggaran AS 2022 setara dengan 11,6 kali belanja APBN 2022.
Para politisi Demokrat mengingatkan, salah satu sumber defisit dalam dua tahun terakhir adalah pandemi Covid-19. Pandemi membuat perekonomian melambat sehingga jumlah pembayar pajak berkurang. Di sisi lain, belanja subsidi meningkat.
Dengan defisit 2022, sejauh ini pemerintahan Biden sudah mencatatkan defisit 4,1 triliun dollar AS di APBN negara itu. Defisit yang terjadi akibat pendapatan di bawah belanja tersebut ditutup dari utang.
Batas utang
Padahal, Pemerintah AS sudah hampir menghabiskan batas atas akumulasi utang pemerintah yang telah disepakati. Pada Desember 2021, Kongres AS setuju batas atas utang pemerintah 31,4 triliun dollar AS. Pada Oktober 2022, utang AS sudah mencapai 31,22 triliun dollar AS.
Jika mengacu pada batas atas itu, pemerintahan Biden hanya bisa meminjam paling banyak 180 miliar dollar AS. Artinya, pemerintahan Biden tidak memiliki ruang lagi untuk menutup defisit. Pilihannya adalah meminta Kongres untuk melonggarkan lagi batas atas utang. ”Kita kecanduan utang,” kata Presiden Committee for a Responsible Federal Budget (CRFB) Maya MacGuineas.
Dalam 40 tahun terakhir, Washington telah menambah utang 27,7 triliun dollar AS. Adapun dalam 20 tahun terakhir, Washington menambah utang 21,02 triliun dollar AS.
Utang Pemerintah AS melonjak cepat bersamaan dengan keterlibatan negara itu dalam sejumlah perang dalam 20 tahun terakhir. AS menyerbu Irak, Afghanistan, dan Suriah dalam dua dekade terakhir. AS juga terlibat perang, antara lain di Libya, Yaman, Somalia, dan Uganda. Kini, AS juga terlibat perang di Ukraina.
”Keprihatinan meluas karena bukan hanya jumlahnya, imbal hasil utang kita juga terus meningkat,” kata pemimpin lembaga pendorong pemangkasan defisit APBN AS, Peter G Peterson Foundation (PGPF), Michael A Peterson.
PGPF mengingatkan, kenaikan imbal hasil akan menambah beban utang AS senilai 1 triliun dollar AS dalam sepuluh tahun mendatang. Adapun CBO menaksir, biaya untuk mendapatkan utang akan mencapai 8,1 triliun dollar AS dalam sepuluh tahun mendatang. Jika ada kenaikan imbal hasil surat utang pemerintah AS 1 persen saja, biaya bunga akan melebihi belanja pertahanan AS dalam beberapa tahun mendatang.
Sulit berharap imbal hasil diturunkan. Sebab, bank sentral AS sudah menaikkan suku bunga acuan dari nol persen menjadi 3,25 persen. Bahkan, jika inflasi tetap tidak terkendali, SBA AS bisa mencapai 4,5 persen pada 2023.
Tantangan
Masalah Pemerintah AS bukan hanya biaya bunga yang melonjak. Pemerintahan Biden juga harus mendapatkan persetujuan menaikkan batas atas total utang. Tanpa kenaikan itu, pemerintah tidak bisa menambah utang lagi. Padahal, sebagian cicilan dibayar dengan utang baru.
Jika gagal membayar cicilan, ada sejumlah konsekuensi buruk menanti. Paling pokok, debitor dapat menggugat AS karena dianggap gagal bayar dan tidak tepat janji. Hal lain, AS harus membayar bunga lebih tinggi untuk utang baru.
Persoalan administrasi pemerintahannya adalah bahwa kenaikan batas atas akumulasi utang pemerintah AS butuh persetujuan Kongres. Komposisi Kongres AS bisa berubah selepas pemilu sela pada 8 November 2022.
Seluruh 435 anggota DPR dan 35 dari 100 senator AS akan dipilih dalam pemilu tiga pekan lagi. Jika Demokrat kehilangan dominasi di Kongres, sulit bagi Biden mendapatkan persetujuan kenaikan batas atas jumlah total utang. (AFP/REUTERS)