Stabilkan Harga, Biden Lepas Tambahan 15 Juta Barel Cadangan Minyak AS
Presiden AS Joe Biden dikabarkan akan mengumumkan pelepasan 15 juta cadangan minyak strategis AS, Rabu (19/10/2022). Selain motif ekonomi, menstabilkan harga, kebijakan ini juga memiliki motif politik.
Oleh
MAHDI MUHAMMAD
·4 menit baca
AP PHOTO/ALEX BRANDON
Presiden Amerika Serikat Joe Biden berbicara di depan para simpatisan dan anggota Partai Demokrat saat berkampanye di Maryland, Washington, Kamis (25/8/2022). Menurut rencana, BIden, Rabu (19/10/2022), akan mengumumkan keputusan melepas 15 juta cadangan minyak strategis AS ke pasar untuk menstabilkan harga.
WASHINGTON, RABU – Presiden Amerika Serikat Joe Biden berencana akan mengumumkan pelepasan cadangan minyak strategis negaranya sebesar 15 juta barel, Rabu (19/10/2022) waktu setempat atau Kamis waktu Indonesia. Pemerintah AS juga membuka kemungkinan untuk melepas lebih banyak cadangan minyak strategisnya jika harga energi terus melonjak.
Rencana tersebut diungkapkan seorang pejabat senior pemerintah AS yang tidak mau disebutkan namanya, Selasa (18/10/22). Pejabat tersebut menambahkan, pelepasan ini adalah pelepasan terakhir dari total sekitar 185 juta barel yang telah dilepas AS ke pasar sejak musim semi, ketika kenaikan harga minyak terjadi akibat invasi Rusia ke Ukraina.
“Rencana tersebut dimaksudkan untuk menambah pasokan, sebagai upaya pencegahan lonjakan harga minyak yang dapat merugikan konsumen dan bisnis. Selain itu, langkah tersebut untuk meyakinkan pengebor nasional bahwa pemerintah akan masuk ke pasar sebagai pembeli jika harga jatuh terlalu rendah,” kata pejabat tersebut.
Keputusan untuk mengeluarkan cadangan minyak strategis membuat cadangan minyak AS berkurang dalam jumlah besar. Akan tetapi, dalam pandangan pemerintah AS, tindakan itu tepat terutama untuk menenangkan pasar dan melindungi perekonomian AS dari guncangan perang di Ukraina.
Bagi pemerintahan Biden, hal lain yang mengganggu adalah ketika harga bahan bakar minyak melebihi lima dolar AS per galon atau sekitar Rp 75.000 (1 galon setara 3,78 liter), yang telah menyebabkan persoalan serius di masyarakat. Kenaikan harga barang konsumsi telah memukul jutaan rumah tangga di AS di tengah situasi ekonomi global yang tak menentu.
AP PHOTO/ALEX BRANDON
Presiden Amerika Serikat Joe Biden berbicara dengan Wes Moore, kandidat gubernur, di depan para simpatisan dan anggota Partai Demokrat saat berkampanye di Maryland, Washington, Kamis (25/8/2022). Menurut rencana, BIden, Rabu (19/10/2022), akan mengumumkan keputusan melepas 15 juta cadangan minyak strategis AS ke pasar untuk menstabilkan harga.
Ketika nanti Biden mengumumkan pelepasan cadangan minyak strategis AS, pada saat yang sama, kata pejabat tersebut, dia juga akan mengumumkan rencana pengisian ulang cadangan minyak. Pengisian akan dimulai ketika harga minyak global berada pada kisaran 67-72 dolar AS per barel.
“Ini adalah sinyal penting bagi produsen bahwa cadangan strategis akan menjadi bagian dari kebijakan membantu memoderasi dan menstabilkan arus harga, tidak hanya ketika harga naik tetapi ketika harga turun," katanya.
Kembali menurut pejabat tersebut, cadangan minyak strategis AS masih cukup besar, yaitu lebih dari 400 juta barel. Bila masih dibutuhkan, cadangan itu masih bisa dikeluarkan.
Pejabat itu menggambarkan penggunaan cadangan itu sebagai sebuah kebijakan yang brilian di tengah krisis seperti yang terjadi sekarang ini. Dia juga menggambarkan pemanfaatan cadangan itu sebagai sebuah tindakan yang konstruktif. Harapan Biden adalah mengirimkan sinyal kepada konsumen dan produsen.
“Dia menyerukan sektor swasta di Amerika Serikat untuk melakukan dua hal: pertama, ambil sinyal ini dan tingkatkan produksi, tingkatkan investasi. Kedua adalah memastikan bahwa mereka mengambil keuntungan ini, karena mereka mendapat manfaat dari situasi pasar ini. Mereka terus memberikan harga yang sesuai kepada konsumen," kata pejabat itu.
GUNAWAN
infografik Kenaikan Harga Minyak Dunia di Tengah Konflik Rusia Ukraina
Dalam beberapa pekan terakhir, industri minyak semakin khawatir, pemerintah bakal mengambil langkah drastis dengan melarang atau membatasi ekspor bensin atau solar untuk membantu mengisi kembali cadangan minyak dalam negeri yang terus tergerus. Harga minyak dunia yang tinggi di pasar internasional menjadi ladang ambil untung bagi pengusaha minyak dan gas AS setelah hampir dua tahun terakhir mengalami kerugian besar.
Badan Informasi Energi (IEA) AS terus mengumumkan kenaikan ekspor gas AS ke Eropa. Peneliti tamu pada Johns Hopkins University John McLaughlin menyebut, kenaikan harga minyak akan menghidupkan ulang industri perminyakan berbasis teknologi rekahan di AS. (Kompas.id, 17 Oktober 2022)
Tantangan Politik Biden dan Demokrat
Selain motif ekonomi, rencana ini juga diyakini memiliki motif politik, terutama keinginan Biden dan Partai Demokrat untuk bisa bersaing dengan Partai Republik jelang pemilu paruh waktu, November nanti. Biden dan Demokrat ingin mempertahankan kursi mayoritas di Dewan Perwakilan Rakyat agar dua tahun sisa pemerintahannya dapat dilalui tanpa gangguan berarti dari para Republikan.
Analisis yang dikeluarkan perusahaan riset energi independen di Washington, ClearVIew Energy Partners, menyebutkan, dua negara bagian, Nevada dan Pennsylvania, sebagai dua negara bagian yang bisa menentukan masa depan Demokrat di Senat, sangat sensitif terhadap harga energi. Analisis lembaga ini meyebut kenaikan harga energi di 18 negara bagian, rumah bagi setidaknya 29 kursi DPR, memunculkan risiko, dalam hal ini bagi pemerintah dan Partai Demokrat yang saat in berkuasa.
AFP/VLADIMIR SIMICEK
Jika para pemilik suara dan calon pemilih menginginkan harga bahan bakar minyak serta energi secara keseluruhan lebih murah, kenaikan pasokan tidak serta merta menurunkan harga karena ekonomi global melemah.
Keinginan Biden agar produksi minyak dalam negeri meningkat juga tidak sejalan dengan kebijakan AS untuk mengurangi ketergantungan pada energi fosil. Pemerintahan Biden menolak usulan sejumlah perusahaan migas dalam negeri agar mengizinkan mereka membuka peluang pengeboran di lahan federal dan membangun jaringan pipa baru. Alasannya adalah industri minyak AS telah lama menguasai lahan federal tanpa menghasilkan apapun yang bisa berdampak pada harga energi saat ini.
Selain itu, aktivis lingkungan lingkungan telah meminta Biden untuk menepati janji kampanye untuk memblokir pengeboran baru di tanah federal.
STW
Petugas Pemilu wilayah Cobb memeriksa surat suara saat penghitungan ulang di Marietta, Georgia, AS, Selasa (24/11/2020). Petugas pemilu di seluruh wilayah Georgia telah memulai mesin penghitungan ulang resmi dari sekitar 5 juta suara yang diberikan dalam pemilihan presiden di negara bagian itu.
Wakil Presiden Senior Urusan Kebijakan, Ekonomi dan Legislasi Institut Minyak Amerika Frank Macchiarola mengatakan, pemerintahan Biden saat ini terjepit. Di satu sisi, Biden, kata Macchiarola, menolak kebijakan yang disukai oleh para pebisnis minyak dan disisi lain dia tidak bisa berbuat banyak ketika negara-negara Opec+ memiliki kepentingan geopolitik yang berbeda. (AP/AFP/REUTERS)