Pemerintah Ukraina berusaha memperingatkan warga setiap kali ada serangan udara. Waktu serangan menyulitkan sebagian warga untuk menyelamatkan diri.
Oleh
KRIS MADA
·4 menit baca
KYIV, SENIN — Kengerian kembali melanda warga Kyiv, Ukraina. Dalam sepekan terakhir, ibu kota Ukraina itu terus menjadi sasaran serangan rudal dan pesawat nirawak Rusia. Kota-kota lain di Ukraina juga diincar.
Pada Senin (17/10/2022) dini hari waktu setempat, 28 pesawat nirawak berpeledak diluncurkan ke Kyiv. Wali Kota Kyiv Vitaliy Klitschko mengungkapkan, seluruh pesawat itu dilaporkan meluncur dari selatan. ”Terima kasih kepada angkatan bersenjata, satuan pertahanan udara, mayoritas perangkat teror itu dijatuhkan,” katanya.
Tidak diketahui dari mana pastinya pesawat-pesawat itu diluncurkan. Wilayah Ukraina yang diduduki Rusia ada di tenggara Kyiv.
Pusat kendali operasi artileri pertahanan udara Ukraina menyebut, pesawat-pesawat itu diluncurkan pada pukul 03.30 waktu Kyiv. Dengan kata lain, serangan terjadi kala sebagian besar orang sedang tidur. Pemerintah Ukraina dan Kyiv berusaha memperingatkan warga setiap kali ada serangan udara. Walakin, waktu serangan menyulitkan sebagian warga untuk menyelamatkan diri.
Sejak hari pertama perang pada 24 Februari 2022, Rusia selalu menembakkan rudal pada dini hari. Serangan pada siang hari hanya terjadi di sejumlah provinsi di Ukraina timur dan selatan. Di sana, selain rudal, Rusia menggunakan roket, mortir, dan granat.
Akibat serangan pada Senin, setidaknya tiga warga tewas. Jenazah mereka dievakuasi dari bawah reruntuhan rumah susun. Selain itu, tiga warga dirawat karena cedera. Petugas masih mencari seorang warga yang diduga tertimbun di salah satu bangunan.
Peringatan
Klitschko mengingatkan, rangkaian serangan ini membuktikan peringatan serangan udara tidak boleh diabaikan. Selain melalui pelantang di berbagai penjuru kota, peringatan serangan juga disiarkan melalui aplikasi telepon seluler. Ponsel warga akan mengeluarkan suara keras jika peringatan disiarkan.
Masalahnya, waktu serangan membuat warga kesulitan menanggapi peringatan tersebut. Selain itu, sebagian warga cenderung lebih santai menanggapi peringatan serangan udara. Sebab, serangan lebih banyak terjadi di luar Kyiv.
Sebelum serangan pada 10 Oktober 2022, warga Kyiv hanya dikejutkan oleh serangan pada 26 Juni 2022. Kala itu, rudal Rusia meledakkan sebagian rumah susun yang bersebelahan dengan pabrik perakitan kendaraan perang di Kyiv. Selepas serangan itu, Kyiv tidak pernah disasar lagi.
Ibu kota Ukraina itu kembali merasakan serangan selepas Jembatan Kerch yang menghubungkan Semenanjung Crimea dengan Krasnodar Krai diledakkan pada 8 Oktober 2022. Moskwa menuding serangan itu diarahkan Direktorat Intelijen Kementerian Pertahanan Ukraina. Sejauh ini, delapan tersangka ditangkap.
Berselang dua hari selepas truk meledak dan menghancurkan sebagian jembatan itu, 84 rudal meluncur ke sejumlah kota Ukraina. Selanjutnya pada 11 Oktober 2022, sebanyak 34 rudal kembali meluncur ke sejumlah kota Ukraina. Sebagian rudal itu meluncur ke Kyiv.
Pesawat
Rusia meluncurkan pula puluhan pesawat nirawak berpeledak ke sejumlah kota Ukraina. Pusat kendali operasi artileri pertahanan udara Ukraina menyebut, pesawat itu buatan Iran. Setiap pesawat yang dinamai Shaheed itu bisa mengangkut beban hingga 50 kilogram. Selain peluru kendali, pesawat itu bisa mengangkut bom berpemandu.
Kyiv menuding, Moskwa membeli 2.400 pesawat nirawak satu arah dari Teheran. Sejauh ini, Kyiv menaksir belum sampai 200 pesawat dipakai Rusia untuk menyerang Ukraina.
Kyiv telah lebih dulu menggunakan pesawat nirawak berpeledak. Salah satu bentuk bantuan Amerika Serikat kepada Ukraina adalah 400 pesawat nirawak Switchblade. Seperti Shaheed, Switchblade juga pesawat nirawak satu arah dan bisa mengangkut bom berpemandu. Ukraina sudah menggunakan 300 unit dan menanti pasokan tambahan 600 unit.
The Washington Post melaporkan, Moskwa juga memesan sejumlah rudal Fateh dan Zulfikar. Rudal-rudal darat itu akan dipakai untuk menggantikan rudal Iskander. Kyiv menduga, Moskwa hanya punya 124 Iskander.
Sanksi AS dan sekutunya membuat Rusia kesulitan memproduksi persenjataan baru. Sebab, sebagian suku cadang persenjataan itu harus diimpor.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Nasser Kanaani, kembali menyangkal Teheran memasok senjata ke Moskwa. ”Iran berulang kali menyatakan, kami tidak terlibat perang Rusia-Ukraina, tidak mengirim senjata dalam bentuk apa pun kepada pihak mana pun,” katanya sebagaimana dikutip IRNA.
Kanaani menuding, sejumlah pihak berusaha memfitnah Iran dengan motif politis. ”Ironis sekali, ada negara yang mengirimkan senjata bernilai miliaran dollar AS ke salah satu pihak dalam perang itu malah menuding kami memasok senjata ke salah satu pihak lain,” katanya.
Kanaani mengulangi pernyataan Menlu Iran Hossein Amir-Abdollahian, pekan lalu. Abdollahian menegaskan, Teheran tidak akan memasok senjata dalam bentuk apa pun pada salah satu pihak dalam perang Ukraina.
Infrastruktur
Menteri Energi Ukraina Herman Halushchenko meminta bantuan sekutu Ukraina untuk meningkatkan pertahanan udara di sekitar fasilitas vital. Pembangkit-pembangkit listrik Ukraina perlu dilindungi artileri pertahanan udara yang lebih ampuh. ”Banyak pembangkit tidak beroperasi, rusak karena serangan,” ujarnya.
Serangan pada pembangkit dan jaringan distribusi listrik membuat Ukraina semakin kekurangan listrik. Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy meminta warga mengurangi pemakaian listrik pada pukul 17.00-23.00. ”Sebagian kawasan kesulitan memulihkan pasokan kelistrikan. Pekerja sudah berusaha sebaiknya. Walakin, mustahil menghindari pemadaman jika konsumsi listrik tidak dikurangi,” katanya.
Zelenskyy menyebut, penduduk di sejumlah kota sudah mengurangi konsumsi. Sayangnya, pengurangan itu belum cukup. ”Mohon lebih berhemat,” ujarnya. (AFP/REUTERS)