Sedikitnya 40 Pekerja Tewas akibat Ledakan Tambang Batubara di Turki
Sedikitnya 40 pekerja tewas akibat ledakan di tambang batubara bawah tanah di Turki. Seorang lagi dilaporkan hilang. Dilaporkan ada 110 petambang saat insiden ledakan itu terjadi.
Oleh
PASCAL S BIN SAJU
·3 menit baca
ANKARA, SABTU – Sedikitnya 40 petambang batubara Turki dilaporkan tewas dalam ledakan di sebuah tambang batubara bawah tanah di Amasra, tepi Laut Hitam, Provinsi Bartin, Turki utara. Regu penolong, Sabtu (15/10/2022), masih berusaha keras mengevakuasi beberapa petambang lainnya di tengah kebakaran pascaledakan yang terjadi, Jumat malam.
Situs harian Turki, Hurriyet, melaporkan, ada 110 petambang saat ledakan besar melanda area tambang bawah tanah milik BUMN, Asmara Muessese Mudurlugu, itu. Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dilaporkan langsung terbang ke lokasi ledakan pada Sabtu ini.
“Harapan kami adalah bahwa korban jiwa tidak akan bertambah lagi, kami akan evakuasi penambang hidup-hidup," cuit Erdogan di Twitter ketika laporan awal menyebutkan jumlah korban tewas masih 14 orang. “Semua upaya kami tertuju ke arah ini (evakuasi hidup-hidup),” cuitnya, seperti dikutip kantor berita AFP.
Hurriyet menyebutkan, korban tewas pada Sabtu ini mencapai 40 orang. Media lokal dan Barat sama-sama mengabarkan, regu penyelamat melanjutkan usaha saat kebakaran belum dapat dipadamkan. AFP menambahkan, 58 orang di antaranya berhasil keluar tanpa cedera.
Menteri Dalam Negeri Turki, Suleyman Soylu, mengatakan, "Kami telah menghitung, total 40 orang tewas. Namun, 58 petambang lagi telah berhasil menyelamatkan diri mereka.” Ia menambahkan, masih ada satu orang hilang. Sebelumnya dia mengatakan, sekitar 15 petambang masih terjebak di terowongan.
Menurut Soylu, sebanyak 28 orang terluka. Menteri Kesehatan Fahrettin Koca mencuit di Twitter, sebanyak 11 orang telah dirawat di rumah sakit Bartin dan Istanbul. Sementara keluarga para korban menunggu dengan harap cemas di luar lokasi ledakan sejak Jumat malam, di tengah suhu yang sangat dingin, hingga Sabtu.
Menteri Energi Fatih Donmez, seperti dikutip Hurriyet, mengatakan, regu penolong sedang berusaha keras mencapai para korban yang masih terjebak di terowongan tambang. Sebagian terbesar petambang sedang berada di galeri ketika kebakaran terus berkobar. Kebakaran ini menyulitkan tim penyelamat untuk mencapai mereka.
“Ini bukan kebakaran besar. Namun, untuk sampai ke sana dengan selamat, api dan gas karbon monoksida harus ditanggulangi terlebih dahulu,” kata Donmez kepada wartawan di lokasi tambang di Amasra, seperti dilaporkan Hurriyet. “Kami hampir merampungkan upaya penyelamatan,” katanya lagi, yang dikutip AFP.
Seorang petambang, Celal Kara (40), yang bekerja pada jadwal siang mengatakan, bahwa dia melihat berita itu dan bergegas ke lokasi untuk membantu penyelamatan. “Kami melihat pemandangan yang mengerikan, tidak bisa dilukiskan, sangat menyedihkan. Mereka semua adalah teman saya. Mereka semua punya mimpi,” katanya.
Menurut Donmez, kebakaran pascaledakan itu terjadi di salah satu terowongan. Dia mengatakan, terowongan yang mengalami ledakan dan kebakaran itu diperkirakan berada di kedalaman 300 dan 350 meter di bawah permukaan Bumi. Beberapa petambang berhasil menyelamatkan diri, beberapa petambang lain dievakusi petugas.
Wali Kota Amasra, Recai Cakir, mengatakan, banyak korban yang selamat menderita luka serius. Serikat pekerja pertambangan Turki, Maden Is, mengaitkan ledakan dengan penumpukan gas metana. Para pejabat mengatakan, terlalu dini untuk menarik kesimpulan pasti mengenai penyebab kecelakaan itu.
Tim penyelamat mengirim bantuan dari desa-desa sekitarnya untuk membantu pencarian dan penyelamatan. Tayangan televisi menunjukkan paramedis memberikan oksigen kepada para petambang yang telah turun, kemudian membawa mereka ke rumah sakit terdekat. Gubernur Bartin mengatakan, lebih dari 70 penyelamat telah mencapai kedalaman 250 meter.
Badan Penanggulangan Bencana Turki, AFAD, mengatakan, ledakan tampaknya dipicu oleh transformator yang tidak berfungsi. Disebutkan pula, gas metana yang diduga sebagai penyebab oleh serikat pekerja Maden Is dibuka karena "alasan yang tidak diketahui". Kejaksaan setempat menetapkan insiden itu sebagai kecelakaan dan memulai penyelidikan formal.
Turki mengalami bencana pertambangan batubara paling mematikan pada tahun 2014 ketika 301 pekerja tewas dalam ledakan di kota Soma, Turki barat. Kota ini terletak sekitar 350 kilometer di selatan Istanbul. (AFP/AP/REUTERS)