”Kawasan Panas” Eropa Timur Jadi Episentrum Nobel Perdamaian 2022
Nobel Perdamaian 2022 dianugerahkan untuk satu orang aktivis dan dua lembaga di bidang hak asasi manusia. Mereka adalah Ales Bialiatski, Memorial, dan Pusat Kebebasan Sipil Ukraina.
Oleh
LARASWATI ARIADNE ANWAR
·4 menit baca
OSLO, JUMAT — Hadiah Nobel Perdamaian pada 2022 dianugerahkan kepada satu orang aktivis dan dua lembaga pembela hak asasi manusia. Mereka adalah Ales Bialiatski, pegiat hak asasi manusia dari Belarus; Memorial, lembaga HAM dari Rusia; dan Pusat Kebebasan Sipil Ukraina atau CCL. Ketiganya berasal dari tiga negara bertetangga yang tengah dilanda konflik dan tetap mengumandangkan pesan-pesan demokrasi.
Pengumuman pemenang dilakukan oleh Ketua Komite Nobel Norwegia Berit Reiss-Andersen di Oslo, Jumat (7/10/2022). ”Ini bukan kecaman bagi Presiden Rusia Valdimir Putin ataupun kepala negara mana pun. Akan tetapi, ketiga penerima hadiah membuktikan bahwa di tiga negara bertetangga, masyarakat sipil memercayai nilai-nilai demokrasi universal yang menjunjung tinggi HAM,” ujarnya.
Reiss-Andersen menjelaskan, Bialiatski (60) yang juga direktur lembaga HAM Viasna masih berstatus tahanan. Sebelumnya, ia pernah dipenjara pada 2011 hingga 2014 atas tuduhan melawan pemerintah dan menggerakkan massa berbuat kekacauan. Pada 2020, Belarus menggelar pemilihan umum presiden (pilpres). Lukashenko memenangi pilpres itu dan memimpin kembali Belarus. Pada 2022, genap 26 tahun ia menjadi kepala negara.
Bialiatski bersama Viasna menggerakkan massa untuk melakukan unjuk rasa damai. Gara-gara itu, ia dituduh melakukan kekacauan publik dan pada pertengahan 2021 ditangkap polisi. Hingga sekarang, Bialiatski tidak diadili. Kedutaan Besar Amerika Serikat di Minsk pada 2021 mengeluarkan data bahwa di Belarus terdapat 1.300 tahanan politik. Status mereka mulai dari pegiat HAM, mahasiswa, akademisi, hingga orang awam yang mengikuti unjuk rasa.
”Pelanggaran HAM dan pemberangusan ekspresi sipil di Belarus sekarang seperti zaman Uni Soviet di bawah Joseph Stalin. Semua yang vokal begitu mudah diciduk pemerintah,” kata Bialiatski ketika diwawancara oleh media Deutsche Welle pada Juni 2021.
Dua lembaga yang turut menerima Nobel Perdamaian adalah Memorial dari Rusia dan Pusat Kebebasan Sipil (CCL) dari Ukraina. Memorial didirikan pada 1987 oleh sekelompok pegiat HAM yang ingin mendokumentasikan secara sistematis kasus-kasus pengekangan hak sipil yang dilakukan oleh Uni Soviet. Seiring berjalannya waktu, Memorial berkembang menjadi lembaga HAM yang membela kebebasan sipil, terlepas rezim penguasa Rusia, dan menjadi lembaga HAM terbesar di negara tersebut.
Para pegiatnya sangat vokal menyuarakan perdamaian. Pada 2009, ketika Perang Chechen tengah berkecamuk, Direktur Memorial Chechnya Natalya Estemirova diculik dari kediamannya dan tidak lama kemudian ditemukan tewas terbunuh. Hal tersebut tidak menyurutkan semangat Memorial memperjuangkan keadilan.
Pemerintah Rusia melalui Kementerian Hukum pada 2014 mengeluarkan pernyataan bahwa Memorial adalah lembaga yang dibayar oleh pihak-pihak asing untuk merusak reputasi Rusia. Mahkamah Agung Rusia pada akhir 2021 memvonis Memorial sebagai agen asing dan harus dibubarkan. Dilansir dari BBC, petisi dengan 120.000 tanda tangan berusaha menyelamatkan Memorial, tetapi sia-sia. Akhirnya, pada April 2022, lembaga ini dibubarkan.
Andrei Kolesnikov, peneliti kajian Rusia untuk Universitas Carnegie di Amerika Serikat, menjelaskan kepada Financial Times edisi Desember 2021. Pemerintah Rusia ingin mengubah narasi sejarah kelam menjadi glorifikasi atas semua tindakan yang dilakukan demi melanggengkan setiap rezim.
”Memorial adalah penghalang mereka (Pemerintah Rusia) membangun mitos keperkasaan rezim ini. Memorial memaksa semua orang melihat sejarah dipenuhi oleh pengambilan keputusan yang salah dan kini harus dipertanggungjawabkan,” tutur Kolesnikov.
Sementara itu, CCL didirikan pada 2007 di Kyiv, Ukraina, oleh pengacara Oleksandra Matviichuk. Tujuan lembaga ini ialah mempromosikan nilai-nilai HAM di negara tersebut. ”Sangat disayangkan Pemerintah Ukraina dan aparat penegak hukum kami belum memahami HAM, apalagi melaksanakannya dengan benar,” kata Matviichuk ketika diwawancara oleh Yayasan Friedrich Naumann untuk Kebebasan (Freiheit) yang berbasis di Jerman pada 14 Februari 2022. Beberapa hari setelah itu, Ukraina diinvasi oleh Rusia.
Sejak pecah konflik, CCL melakukan kajian mengenai berbagai pelanggaran HAM oleh semua pihak yang terlibat peperangan. Mereka berusaha agar adil dan tidak bias terhadap kewarganegaraan pelaku pelanggaran. CCL membuat peta orang hilang untuk memantau berbagai penculikan dan penghilangan pegiat HAM ataupun warga sipil selama masa pendudukan Rusia.
”Komite Nobel memahami dilema bahwa dengan pemberian penghargaan ini kian mengekspose kinerja individu ataupun lembaga-lembaga perjuangan HAM yang bisa memberikan efek samping negatif terhadap keselamatan mereka. Akan tetapi, kami meyakini bahwa sejak awal mereka adalah orang-orang pemberani yang telah mengambil risiko untuk menyerukan perdamaian. Tiga negara, tiga pemerintahan, tetapi satu semangat,” kata Reiss-Andersen.
Dilansir dari laman resmi Institut Nobel, tahun ini ada 343 kandidat Nobel Perdamaian. Mereka terdiri dari 251 individu dan 92 lembaga. Selain Bialiatski dari Belarus, ada juga tiga Srikandi oposisi politik Lukashenko. Mereka adalah Svetlana Tikhanovskaya, Maria Kolesnikova, dan Veronica Tsepkalo.
Nama-nama lain yang masuk daftar kandidat, antara lain, adalah Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) karena memimpin dunia melewati masa pandemi Covid-19, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy karena memimpin negaranya di tengah invasi Rusia, dan Paus Fransiskus karena meminta maaf kepada penduduk pribumi Kanada atas kekerasan yang dilakukan oleh sekolah-sekolah Katolik di negara tersebut.