Kucilkan Rusia dan Belarus, Eropa Bentuk Kelompok 44 Negara
Kelompok 27 negara Uni Eropa dan 17 negara lain di sekitarnya membentuk kekuatan baru untuk mengisolasi Belarus dan Rusia.
Oleh
PASCAL S BIN SAJU
·5 menit baca
PRAHA, JUMAT – Sebanyak 27 pemimpin Uni Eropa dan 17 negara lain, dari Inggris hingga Azerbaijan, membentuk kekuatan baru, yakni Komunitas Politik Eropa (European Political Community/EPC). Kelompok yang digagas Presiden Perancis Emmanuel Macron ini menggelar pertemuan puncak perdana di Praha, Ceko, Kamis (6/10/2022). EPC secara simbolis bertujuan mengisolasi Rusia dan sekutunya, Belarus.
Dalam konferensi tingkat tinggi (KTT) perdana EPC, para pemimpin membahas tentang keadaan darurat keamanan dan energi yang mengganggu mereka sejak invasi Rusia ke Ukraina, 24 Februari 2022. Di antara beberapa negara EPC itu, termasuk Ukraina, sedang menunggu akses untuk bergabung dengan Uni Eropa (UE).
Perdana Menteri Denmark Mette Frederiksen, yang semula akan hadir dalam KTT, terpaksa mengirim utusannya karena menghadiri pertemuan penting di parlemen negaranya. Karena itu, KTT EPC pertama ini hanya dihadiri pemimpin dari 43 negara.
KTT EPC digelar di kompleks kastil tua di ibu kota Ceko. Para pemimpin menyuarakan solidaritas bersama setelah mereka semua terperosok ke dalam berbagai krisis, mulai dari masalah keamanan akibat invasi militer Rusia ke Ukraina, hingga krisis energi dan resesi ekonomi yang menghantui. Semuanya menghancurkan harapan pemulihan dari krisis akibat pandemi Covid-19.
”Kami dengan sangat jelas menunjukkan persatuan 44 pemimpin Eropa dalam mengecam keras agresi Rusia dan menyatakan dukungan untuk Ukraina,” kata Macron pada konferensi pers setelah KTT.
Perdana Menteri (PM) Polandia Mateusz Morawiecki mengatakan, KTT ini menegaskan bahwa Rusia benar-benar terisolasi. Perdana Menteri Belgia Alexander De Croo menambahkan, ”Seluruh (pemimpin di) Benua Eropa ada di sini, kecuali dua negara, yakni Belarus dan Rusia. Jadi itu menunjukkan betapa terisolasinya kedua negara itu.”
Para pemimpin Eropa, termasuk anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO), sepakat bahwa Rusia kini menjadi ancaman paling signifikan dan langsung terhadap keamanan kawasan. Rusia juga menjadi ancaman bagi perdamaian dan stabilitas kawasan Euro-Atlantik. Beberapa waktu lalu, NATO menyatakan tengah merombak sistem pertahanan kolektifnya sejak berakhirnya Perang Dingin.
Menurut Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, KTT EPC adalah inisiatif yang sangat tepat waktu untuk membahas masalah-masalah Benua Eropa dan menemukan solusi bersama. Namun, dia mengingatkan, jangan mengharapkan forum ini sebagai upaya menggiring untuk masuk menjadi anggota UE. Ankara membuka negosiasi keanggotaan dengan UE pada tahun 2005.
Sementara Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy, yang berpidato pada KTT melalui tautan video, mendesak para pemimpin EPC untuk mengubah komunitas politik baru menjadi komunitas perdamaian Eropa. ”Biarkan hari ini menjadi titik awal, dari mana Eropa dan seluruh dunia bebas bergerak menuju perdamaian yang terjamin bagi kita semua,” katanya.
Zelenskyy menyerukan agar para pemimpin EPC mengarahkan semua potensi kekuatan Eropa untuk mengakhirinya perang. ”Kita, para pemimpin Eropa, dapat menjadi pemimpin perdamaian. Komunitas Politik Eropa dapat menjadi komunitas perdamaian Eropa.”
Perdana Menteri Inggris Liz Truss, yang berada di bawah tekanan di dalam negeri setelah hanya beberapa minggu menjabat, juga bergabung dalam KTT EPC. Keputusan Truss untuk hadir memunculkan harapan bagi pengaturan ulang hubungan antara Brussels dan London serta komunikasi yang lebih hangat soal pengaturan perdagangan pasca-Brexit untuk Irlandia Utara.
”Sangat penting kami bekerja dengan tetangga dan sekutu kami untuk menghadapi (Presiden Rusia Vladimir) Putin, juga menangani masalah yang kami hadapi,” kata Truss kepada televisi Inggris. ”Ini tidak semata tentang bergerak lebih dekat ke Eropa.”
Persepsi dan risiko ancaman terbaru, yang kini jangkauannya lebih luas, membutuhkan tanggapan segera dan tepat sasaran. Hal ini menjadi tantangan bagi sistem pertahanan kolektif NATO. Persepsi risiko dan ancaman itu semakin mendesak untuk mendapat tanggapan yang lebih kuat setelah Rusia melancarkan invasi ke Ukraina hampir delapan bulan lalu.
Apa yang dirasakan NATO juga dirasakan negara-negara kecil yang bukan anggota NATO dan bukan anggota blok UE. Saat ini, Eropa diibaratkan ”kotak kosong” terkait keamanan energi mereka. Akibat tidak pernah memikirkan strategi ketahanan energi, Eropa kini kelimpungan menghadapi krisis energi setelah Rusia selaku pemasok utama menyetop suplai energi ke Eropa.
Eropa bertekad mengurangi ketergantungan pada gas Rusia hingga dua pertiga tahun ini dan mengakhiri impor bahan bakar fosil Rusia pada tahun 2027. Ekspor gas Rusia ke UE sekitar 155 miliar meter kubik tahun lalu. Tahun ini kekurangan gas menjadi masalah besar Eropa dalam menghadapi musim dingin. Perang Ukraina-Rusia menghapus harapan pemulihan dari pandemi Covid-19.
Kelompok EPC dibentuk untuk membangun solidaritas yang kuat dalam merespons permasalahan yang muncul tersebut. Namun, jumlah anggotanya yang besar akan menjadi hambatan utama untuk menyampaikan kebijakan konkret, seperti juga keragaman politik, budaya, dan persaingan tradisional antara anggotanya, dari Armenia dan Azerbaijan hingga Yunani dan Turki.
Ada skeptisisme atas tujuan KTT EPC yang digelar hanya satu hari itu karena ada perbedaan pendapat yang mendalam, bahkan konflik terbuka, di antara beberapa peserta. Apalagi, karena KTT juga melibatkan pemimpin Armenia dan Azerbaijan setelah bentrokan antarpasukan di perbatasan mereka bulan lalu yang menewaskan 286 orang, dalam kekerasan terburuk sejak perang 2020.
Walau demikian, para pemimpin EPC akan mengadakan KTT musim semi berikutnya di Moldova, negara kecil dan tetangga Ukraina yang juga bermasalah, untuk memperdalam pembahasan terkait masalah yang ada. Invasi militer Rusia, atau menurut versi Moskwa disebut operasi militer khusus, ke Ukraina dan dampaknya tetap menjadi fokus utama EPC ke depannya.
Dalam sebuah blog sebelum KTT EPC digelar, Kepala Kebijakan Luar Negeri UE Josep Borrell mengatakan, perlu kejelasan tentang alasan inti pembentukan EPC. Begitu pula soal hubungannya dengan UE, bagaimana seharusnya EPC mengambil keputusan, dan apakah harus memiliki anggaran sendiri atau tidak. Tentu pernyataan Borrell menjadi pemikiran para pemimpin EPC.
Pada Jumat (7/10/2022) ini, sebanyak 27 pemimpin UE bertemu sendiri di Praha. Ketegangan akan terjadi atas paket dukungan energi Jerman senilai 200 miliar euro atau sekitar Rp. 2.988 triliun. Beberapa pihak melihatnya sebagai kompetisi yang merusak pasar tunggal UE. Mereka juga mencoba mengatasi perbedaan cara membatasi harga gas untuk menahan lonjakan biaya energi yang mendorong inflasi.
UE juga berjanji akan mengirim misi sipil UE ke Armenia untuk ikut membantu dalam menyelesaikan isu perbatasan dengan Azerbaijan. Keputusannya akan disampaikan setelah KTT pada Jumat ini di Praha. Misi akan dimulai pada Oktober 2022 selama maksimal dua bulan, sebut pernyataan bersama PM Armenia Nikol Pashinyan, Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev, Macron, dan Presiden Dewan Eropa Charles Michel. (AFP/REUTERS)