Kekuatan Militer China Berkembang Drastis dalam Satu Dekade
Dalam satu dekade terakhir, kekuatan militer China terus dipacu. China meningkatkan anggaran militer, jumlah tentara, angkatan laut, hingga nuklir mereka.
Oleh
LARASWATI ARIADNE ANWAR
·5 menit baca
BEIJING, RABU – China dalam sepuluh tahun terakhir telah memperbarui pasukannya menjadi yang terbesar di dunia, membangun angkatan laut terbesar di dunia, serta terus mengembangkan persenjataan nuklir dan balistik. Pada saat yang sama, Amerika Serikat semakin intens membendung laju China. Sementara negara-negara Asia lainnya terus meningkatkan alokasi anggaran militernya.
China berada di posisi 3 dalam peringkat kekuatan militer dunia. China kini memiliki 2 juta tentara aktif. Berdasarkan Statista, platform penyedia data asal Jerman, China adalah yang terbesar dalam hal jumlah tentara aktif. Berturut-turut empat negara di bawahnya adalah India (1,45 juta), AS (1,39 juta), Korea Utara (1,2 juta), dan Rusia (850.000).
Angkatan Laut China juga menjadi yang terbesar di dunia dalam hal jumlah kapal perang dan kapal selam. Berdasarkan data 2022 yang dirilis Worldpopulationreview.com, China memiliki kapal perang dan kapal selam sebanyak 777 unit. Sebanyak empat negara di bawahnya berturut-turut adalah Rusia (603 unit), Korea Utara (492 unit), AS (490 unit), dan Kolombia (453 unit). Indonesia berada di urutan ke-10 dengan 282 unit.
Dalam hal senjata nuklir, China kini berada di urutan ketiga terbesar di dunia. Masih seperti yang dikutip Worldpopulationreview.com, China memiliki 350 hulu ledak nuklir dengan rudal balistik jarak menengah dan jauh. Ini di bawah kepemilikan Rusia sebanyak 6.255 unit dan AS sebanyak 5.550 unit.
Perkiraan intelijen AS, jumlah hulu ledak nuklir China bisa mencapai 700 unit pada 2027. Analisis Departemen Pertahanan AS atau Pentagon menyebutkan, hulu ledak nuklir China bisa ditembakkan dari darat, laut, dan udara.
China juga mengakselerasi modernisasi militernya. Ini mencakup sejumlah area, termasuk konsolidasi PLA (Tentara Pembebasan Rakyat China), strategi, teknologi, dan sumber daya manusia.
Fasih bahasa Inggris
Stasiun televisi Pemerintah China, CCTV, baru-baru ini menayangkan kehidupan para personel Angkatan Laut PLA di atas kapal induk Liaoning. Ini adalah kapal induk pertama yang dimiliki China yang dibangun berdasarkan kapal dari Ukraina. Tampak para tentara fasih bertutur dalam bahasa Inggris.
”Dulu, sebelum tahun 2017, tentara China tidak percaya diri berbicara bahasa Inggris jika berpapasan dengan kapal militer asing. Sekarang, kami punya divisi Kode Pertemuan Tidak Direncanakan di Lautan (CUES) yang bisa berbahasa Inggris dan mampu memberi perintah ataupun arahan jika ada kapal yang melewati wilayah perairan China,” kata Kapten Lu Qiangqiang kepada CCTV dan dikutip oleh surat kabar South China Morning Post, Rabu (5/10/2022).
Dulu, hingga pertengahan 2000-an, militer China kerap dicemooh ketinggalan zaman karena senjata-senjata mereka berasal dari beberapa dekade sebelumnya. Jumlah pasukannya banyak, tetapi tidak secakap militer negara-negara maju, terutama AS.
Sejak Xi Jinping menjadi presiden China pada 2012 dan sebagai komando tertinggi PLA pada 2013, kondisi berubah drastis. Angkatan laut mereka menjadi yang terbesar di dunia dengan capaian kepemilikan tiga kapal induk. China juga memiliki ribuan pesawat tempur, termasuk J-15 dan tipe generasi kelima J-20.
”Angkatan Laut China sangat besar, jumlah personel aktifnya 300.000 orang. Akan berat sekali jika harus berhadapan dengan mereka,” kata Komandan Armada Ketujuh AL AS Karl Thomas. Armada Ketujuh berada di pangkalan militer Yokosuka di Jepang.
Institut Kajian Strategis Internasional (IISS) yang berada di Inggris pernah mengeluarkan data bahwa pada 2021, secara kolektif di Asia Pasifik, anggaran belanja untuk militer mencapai 1 triliun dollar AS. China menempati tempat pertama. Jauh di bawah mereka baru ada Filipina, India, dan Vietnam.
”Bisa dibilang, lonjakan anggaran ini gara-gara China. Mereka memperbesar dan memperkuat PLA, negara-negara lain menyusul untuk berjaga-jaga. Bahkan, bisa dibilang munculnya AUKUS (Pakta Pertahanan Australia-Inggris-AS) juga karena semakin kuatnya PLA,” kata Malcolm Davis, peneliti senior di Institut Kebijakan Strategis Australia.
Australia tak ingin ketinggalan. Melalui AUKUS, aliansi militer Australia-Inggris-AS yang diumumkan per 15 September 2021, Australia memiliki kapal laut bertenaga nuklir. Kebijakan ini kemudian diprotes keras oleh tetangga-tetangga terdekat, yaitu Indonesia dan Selandia Baru.
Australia juga berencana membeli rudal balistik jarak jauh dan menengah, termasuk rudal hipersonik atau yang bergerak di atas kecepatan suara. Sementara itu, kawan Australia dalam persekutuannya dengan AS, yakni Korea Selatan, membangun kekuatan AL mereka agar bisa beroperasi di laut lepas.
Taiwan terus memacu kapasitas militernya. Meskipun dianggap sebagai bagian otonomi dari China, Taiwan di bawah pemerintahan Presiden Tsai Ing-wen menyerukan gagasan untuk melepaskan diri sepenuhnya dari Beijing. Xi Jinping dalam berbagai pidato kenegaraannya kerap mengungkapkan gagasan untuk menyatukan Taiwan kembali dengan China secara damai.
Selama ini, kapal dan pesawat militer China kerap melakukan intrusi melewati garis median Selat Taiwan ataupun wilayah pertahanan udara Taiwan. Intrusi semakin sering setelah kunjungan Ketua DPR AS Nancy Pelosi ke Taipei pada 1 Agustus lalu.
Dilansir dari surat kabar Taiwan Times edisi 31 Agustus, Kementerian Pertahanan Taiwan meminta anggaran sebesar 4,5 juta dollar AS kepada parlemen untuk membeli lima kendaraan komando. Tujuannya adalah mencegah terjadinya ”pemenggalan” pejabat teras pemerintah oleh China.
”Pemenggalan” adalah istilah yang dipakai untuk melengserkan pemerintahan. Taiwan membayangkan ada enam skenario invasi China, antara lain, invasi secara militer, penyerangan infrastruktur strategis, dan penyingkiran tokoh-tokoh pemerintah dari kekuasaan.
Seusai rapat dengan parlemen, Menteri Pertahanan Taiwan Chiu Kuo-chang mengatakan, Taiwan pasti akan menanggapi intrusi-intrusi China. ”Kita tak akan memulai. Tetapi, jika mereka yang memulai, tentu kita akan merespons,” ujarnya tanpa mengelaborasi lebih lanjut.
Sementara itu, Wakil Menteri Ekonomi Taiwan Chen Chern- chyi mengatakan, pemerintah menjamin kecukupan pangan, air bersih, obat-obatan, dan teknologi, termasuk kebutuhan untuk industri manufaktur apabila memang terjadi invasi oleh China. (AP)