Lyman, wilayah mungil di Provinsi Donetsk berhasil direbut kembali oleh pasukan Ukraina. Ini simbolis karena Donetsk baru saja dicaplok oleh Rusia.
Oleh
LARASWATI ARIADNE ANWAR
·3 menit baca
LYMAN, MINGGU – Pasukan Ukraina berhasil memukul mundur pasukan Rusia dan merebut kembali wilayah Lyman di Provinsi Donetsk pada hari Sabtu (1/10/2022). Wilayah ini berpenduduk 20.000 jiwa.
Meskipun bila dibandingkan dengan populasi penduduk di kecamatan-kecamatan di sekitar Jakarta, seperti Kecamatan Ciputat Timur, Tangerang - jumlahnya hanya seperenam, peristiwa ini penting bagi Ukraina maupun Rusia. Secara politis, perebutan Lyman terjadi persis satu hari setelah pidato Presiden Rusia Vladimir Putin mengenai aneksasi di empat wilayah Ukraina.
Dari segi wilayah, luas Lyman ini hanya 18,2 kilometer persegi. Jumlah penduduk berdasarkan sensus tahun 2021 adalah 20.469 jiwa. Jika dibandingkan dengan Indonesia, Lyman yang di Ukraina sudah disebut sebagai kota kecil ini setara dengan kelurahan. Akan tetapi, perebutan Lyman ini simbolis bagi Ukraina.
Sebelum direbut Ukraina, Lyman diduduki 5.000 hingga 5.500 orang tentara Rusia. “Kami mengepung Lyman dan akhirnya pasukan Rusia mundur sehingga Lyman berhasil kami bebaskan,” kata Juru Bicara Komando Timur Ukraina Serhiy Cherevaty kepada kantor berita Interfax-Ukraine, Sabtu (1/10/2022) malam waktu setempat atau Minggu (2/10/2022) pagi WIB. Mereka membebaskan lima wilayah permukiman, yaitu Yampil, Novoselivka, Shandryholove, Drobysheve, dan Stavky.
Pada Jumat (30/9/2022), Rusia mengumumkan hasil referendum di empat provinsi Ukraina, yakni Luhansk, Donetsk, Kherson, dan Zaporizhia. Keempat wilayah itu terletak di Ukraina bagian timur dan berbatasan langsung dengan Rusia. Secara demografis, mayoritas warga di sana memang memiliki kedekatan budaya dengan Rusia sehingga oleh Rusia menjadi dalih untuk mengadakan referendum.
Namun, secara geopolitik keempat wilayah itu akan menyambungkan kekuasaan Rusia dengan Semenanjung Crimea yang telah dicaplok pada tahun 2014. Jika digabung, Crimea, Donetsk, Luhanks, Zaporizhia, dan Kherson akan membentuk wilayah pertahanan Rusia dan mengamankan akses mereka ke Laut Hitam.
Hasil referendum menyebut, mayoritas warga menginginkan bergabung dengan Rusia. Akan tetapi, sejumlah pihak, termasuk Ukraina, mengatakan bahwa referendum itu tidak jujur dan tidak berlandaskan asas demokrasi. Warga dipaksa mencoblos oleh pasukan Rusia yang menduduki wilayah-wilayah itu. Bahkan, mereka harus mencoblos di hadapan tentara sehingga tidak bisa memilih pilihan menolak bergabung dengan Rusia.
Presiden Rusia Vladimir Putin dalam pidatonya di Kremlin mengatakan bahwa aneksasi ini adalah bukti kemenangan Rusia atas Barat. “Mereka (Barat) tidak mengnginkan kerja sama yang setara dengan kita. Mereka menganggap kita lebih rendah dan ingin merampok kita. Sekarang, kita tunjukkan kemampuan bangsa Rusia,” tuturnya.
Secara keseluruhan, Ukraina mengaku berhasil merebut kembali 6.000 kilometer persegi wilayah mereka yang dikuasai oleh Rusia. Masih ada 114.000 kilometer persegi wilayah mereka yang masih diduduki oleh Rusia dan Pemerintah Ukraina berjanji untuk membebaskannya.
Mendaftar NATO
Sementara itu, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengajukan percepatan pendaftaran keanggotaan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO). Menurut dia, sudah saatnya Ukraina secara resmi menjadi anggota NATO karena sudah membuktikan diri mampu bertempur dan mempertahankan diri.
“Ukraina secara de facto sudah menjadi mitra NATO, bahkan menunjukkan bukti kekuatan NATO selama tujuh bulan terakhir. Kini, sudah saatnya secara de jure Ukraina resmi menjadi anggota NATO,” ujarnya.
Zelenskyy mengungkit percepatan pendaftaran NATO oleh Finlandia dan Swedia. Keduanya mendaftar tanpa harus melalui proses pembuatan rencana aksi keanggotaan dan persyaratan administrasi lain yang harus dilalui oleh Ukraina. Menurut Zelenskyy, hal ini wajar dan adil. Oleh sebab itu, perlakuan yang sama semestinya juga diberikan kepada Ukraina. (AP)