Tidak habis penderitaan para penyintas banjir di Pakistan. Sudah habis harta bendanya, kini mereka terpapar penyakit menular.
Oleh
LARASWATI ARIADNE ANWAR
·3 menit baca
NAUSHAHRO FEROZE, SENIN - Korban banjir di Pakistan masih menunggu bantuan. Kondisi area pengungsian yang sesak dan dampak banjir yang belum bersih mengakibatkan banyak orang meninggal akibat terkena penyakit.
Provinsi Sindh yang terletak di selatan Pakistan merupakan wilayah yang paling terdampak banjir. Cuaca ekstrem mengakibatkan hujan deras berkepanjangan. Total, banjir menggenangi sepertiga dari negara Pakistan. Jumlah korban jiwanya ada 1.600 orang karena terseret arus ataupun tertimpa longsor. Selain itu, sebanyak 13.000 orang luka-luka dan ada 500.000 rumah hancur ataupun rusak parah.
Bagi mereka yang berhasil mencapai posko pengungsian, kondisi tidak membaik. Padatnya posko membuat sanitasi terkendala. Akibatnya, merebak penyakit tifus, kolera, demam berdarah, dan malaria. Otoritas Penanganan Bencana Nasional Pakistan per Senin (26/9/2022) mengungkapkan, ada 300 warga yang meninggal akibat terkena penyakit.
CNN melaporkan, di Rumah Sakit Ibu dan Anak Provinsi Sindh yang terletak di kota Naushahro Feroze, rata-rata kematian anak per hari adalah 10 orang. Mereka datang ke rumah sakit dengan kondisi lemah akibat kekurangan gizi. Kemudian ditambah demam akibat terkena air banjir yang kotor.
Pemerintah Pakistan telah mengirim 10.000 tenaga kesehatan ke Provinsi Sindh. Akan tetapi, itu tidak cukup untuk mencegah kematian anak akibat penyakit penyerta yang datang seiring banjir.
"Anak-anak ini terlambat ditolong karena mayoritas fasilitas kesehatan rusak terendam banjir. Orangtua mereka harus berjalan berhari-hari menuju kota-kota besar dan kondisi anak sudah terlalu lemah," kata Pejabat Komujikasi Dana Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Anak-anak (UNICEF) Pakistan, Aadarsh Leghari.
Rani, seorang perempuan penyintas banjir mengungkapkan, selama berhari-hari menunggu air surut, ia sekeluarga mengungsi di pinggir jalan dengan hanya beratap terpal. Pada siang hari, mereka dikelilingi air kotor. Di malam hari, nyamuk-nyamuk datang menyerang.
"Kami terpaksa membakar sampah untuk menghalau nyamuk," kata Rani yang anak laki-lakinya, Abbas (3) tengah dirawat di rumah sakit.
Pemerintah Pakistan memperkirakan, kerugian material akibat banjir terbesar itu adalah 30 miliar dollar Amerika Serikat. Sebelumnya, negara ini telah memiliki banyak masalah perekonomian, terutama pelunasan utang luar negeri.
Menteri Keuangan Pakistah Mihtah Ismail mengajukan pengunduran diri karena sudah kewalahan berusaha mengelola perekonomian yang semakin parah. Meskipun demikian, Ismail menjanjikan Pakistan terus berusaha mencari cara untuk penangguhan utang melalui kreditor bilateral. Pakistan tidak akan meminta pertolongan kepada bank swasta.
Pihak yang telah mengucurkan dana ialah Bank Dunia. Wakil Direktur Bank Dunia Asia Selatan Martin Raiser menuturkan, total ada 2 miliar dollar AS yang mereka kucurkan. Aliran tahap pertama adalah sebesar 850 juta dollar AS.
"Kami mengalihkan proyek-proyek yang didanai oleh Bank Dunia untuk menolong Pakistan. Kami juga sudah bertemu dengan perwakilan pemerintah nasional maupun daerah untuk merancang program penggunaan dana tersebut," ujar Raiser. (AP/Reuters)