AS tidak perlu sibuk meyakinkan ASEAN menjauhi China. Sebab, investasi AS di ASEAN jauh melebihi investasi gabungan China, Jepang, India, dan Uni Eropa. AS tidak perlu khawatir kalah bersaing di kawasan.
Oleh
KRIS MADA
·4 menit baca
NEW YORK, MINGGU - Singapura kembali mengingatkan Amerika Serikat soal relasinya dengan Asia Tenggara. Washington diajak memandang Asia Tenggara karena potensinya, bukan karena persaingan AS dengan China.
Menteri Luar Negeri Singapura Vivian Balakrishnan mengingatkan, ASEAN merupakan kekuatan ekonomi besar dengan produk domestik bruto (PDB) 3 triliun dollar AS. “Pandanglah kami, Asia Tenggara, dari pencapaian kami dan bukan dari lensa persaingan AS-China,” ujarnya dalam kuliah umum di Asia Society, New York, pada Jumat (23/9/2022) malam waktu New York atau Sabtu siang WIB.
AS, menurut Balakrishnan, tidak perlu sibuk meyakinkan ASEAN menjauhi China. Sebab, investasi AS di ASEAN jauh melebihi investasi gabungan China, Jepang, India, dan Uni Eropa. Dengan fakta itu, seharusnya AS tidak perlu khawatir kalah bersaing di kawasan. “Anda punya keunggulan, manfaatkan itu. Anda disambut di sini,” kata dia.
Balakrishnan mengingatkan, Perdagangan AS-ASEAN membantu membuka lebih dari setengah juta lapangan kerja di AS . Dengan demikian, ada ratusan ribu warga AS terganggu pekerjaannya jika perdagangan AS-ASEAN terganggu.
Kedekatan antarnegara akan terjadi secara alamiah. Dalam konteks AS-China pun, sebagian negara di Asia Tenggara akan cenderung dekat ke salah satu di antara dua negara besar itu. Meski demikian, tidak mungkin salah satu negara Asia Tenggara hanya mau berhubungan dengan AS atau China saja.
“Tidak ada yang mau menjadi negara bawahan, atau apapun sebutannya. Tidak bagus bagi kami di Asia jika kami dipaksa memihak ke salah satu,” tutur Balakrishnan.
AS seharusnya cukup memberikan pilihan tawaran. Sejauh ini, AS belum kunjung menawarkan opsi akses pasar bagi ASEAN.
Dalam Kerangka Kerja Sama Ekonomi Indo-Pasifik (IPEF) yang diusung AS, tidak disinggung soal akses pasar bagi kawasan. Padahal, kawasan berharap bisa mendapat akses lebih luas pada pasar AS.
Jika anda percaya kita menuju dunia multipolar, maka Asia Tenggara akan menjadi salah satu kutubnya.
ASEAN ingin terus memajukan kerja sama ekonomi untuk meningkatkan kemakmuran kawasan. Pada 2040, PDB ASEAN ditaksir mencapai 9 triliun dollar AS dan ASEAN menjadi kekuatan ekonomi terbesar keempat.
“Jika anda percaya kita menuju dunia multipolar, maka Asia Tenggara akan menjadi salah satu kutubnya,” kata dia.
Kritik BerulangDalam beberapa tahun terakhir, seiring peningkatan ketegangan AS-China, sudah berkali-kali Singapura mengkritik AS secara terbuka. Kritikan terutama terkait kebijakan AS terhadap kawasan kerap didasarkan pada persaingan Washington dengan Beijing. Bahkan, AS cenderung mendorong negara-negara di kawasan menggalang aliansi atau membentuk blok mengadang China.
Padahal, seperti dikritik Balakrishnan pada Maret 2022, AS salah karena pernah meninggalkan kawasan. AS antara lain keluar dari kesepakatan perdagangan transpasifik (TPP) pada 2017. Keputusan AS membuat China menjadi promotor utama perdagangan bebas kawasan. Sementara AS sibuk mengampanyekan soal keamanan dan isu geopolitik di kawasan.
Balakrishnan bukan satu-satunya pejabat Singapura yang mengkritik AS. Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong sampai mengingatkan potensi negara-negara di kawasan merapat ke China. Sebab, kawasan tidak melihat komitmen nyata AS.
Menteri Hukum dan Dalam Negeri Singapura Kasiviswanathan Shanmugam juga membahas soal potensi kawasan terpaksa memilih di antara AS atau China. Meski demikian, ia mengingatkan Singapura akan rugi jika harus memihak pada China atau AS. “Seperti negara lain di Asia Tenggara, kami tidak mau memilih,” kata dia.
Potensi konflik akan menurun pada dunia yang saling tergantung. Sebaliknya, konflik akan semakin berpeluang terjadi pada dunia yang berjalan dalam dua sistem terpisah.
Ada pun politisi senior Singapura Tharman Shanmugaratnam mengatakan, AS-China membutuhkan pola hubungan baru. Dunia akan berbahaya jika China tidak menjadi bagian dari komunitas global.
Ia mengusulkan China diberi peran lebih besar dalam sistem multilateral global. Kesalingtergantungan di antara negara harus didorong. Sebab, potensi konflik akan menurun pada dunia yang saling tergantung. Sebaliknya, konflik akan semakin berpeluang terjadi pada dunia yang berjalan dalam dua sistem terpisah.
Sekretaris Jenderal World Financial Forum Feng Xingke mengatakan, China siap bekerja sama dengan siapa pun. Forum-forum multilateral yang dimotori China diklaim berdasarkan penghormatan setara terhadap para anggotanya. Forum-forum itu tidak ditujukan untuk membendung pihak tertentu.
Beijing antara lain menunjukkan itu di Shanghai Cooperation Organization (SCO) dan BRICS, forum kerja sama yang terdiri atas Brazil, India, China, dan Afrika Selatan. Forum-forum itu fokus pada kerja sama ekonomi di antara para anggotanya.
Sebaliknya, AS terus membentuk forum-forum untuk mengisolasi Rusia dan China. Di Asia, AS punya QUAD, AUKUS, hingga Panca Netra. Di Eropa, AS tentu saja punya Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO).
India yang bermusuhan dengan China sekali pun, jengah dengan upaya AS menggalang koalisi mengadang China. PM India Narenda Modi menolak menjadikan QUAD sebagai aliansi mengurusi geopolitik. Modi mau Quad didorong untuk kerja sama dengan tujuan mencapai kemakmuran. (AFP/REUTERS/RAZ)