UEA Beli Sistem Pertahanan Udara Spyder dari Israel
Uni Emirat Arab dikabarkan membeli sistem pertahanan udara buatan Israel, Spyder, untuk meningkatkan kemampuan pertahanan militernya. Meski baru mencuat sekarang, pesawat angkut militer UEA sudah bolak-balik sejak April.
Oleh
MAHDI MUHAMMAD
·4 menit baca
TEL AVIV, JUMAT - Pemerintah Israel setuju untuk menjual sistem pertahanan udara, Spyder kepada Pemerintah Uni Emirat Arab (UEA). Sistem pertahanan udara itu dibutuhkan Angkatan Bersenjata UEA untuk menghalau serangan roket dan serangan pesawat tak berawak yang sering dilakukan oleh kelompok Houthi yang didukung Iran.
Berita tentang persetujuan penjualan sistem pertahanan udara Spyder oleh Israel ke UEA tersebut pertama kali dilansir oleh kantor berita Reuters, Jumat (23/9/2022). Laporan Reuters didasarkan pada keterangan tiga sumber yang mengetahui perjanjian tersebut. Salah satu sumber menyebut bahwa UEA telah memiliki sistem pertahanan Spyder tersebut.
Tidak segera jelas, berapa jumlah sistem pertahanan Spyder yang akan dipasok atau jumlah yang telah dikirimkan oleh Israel. Ketua Komite Urusan Luar Negeri dan Pertahanan Parlemen Israel Ram Ben-Barak dalam sebuah wawancara radio pada 20 September 2022, mengakui ada kerja sama penguatan sistem pertahanan. Akan tetapi, dia tidak memerinci isi kesepakatan itu.
Spyder (Surface-to-air PYthon and DERby) adalah sistem pertahanan udara yang dikembangkan oleh Rafael Advanced Defense Systems, sebuah perusahaan teknologi militer Israel. Sistem pertahanan yang telah dikembangkan sejak tahun 2005 itu pernah dipamerkan pada IDEX 2021 di Dubai pada akhir tahun 2021.
Menggunakan teknologi yang disebut Python-5 dan I-Derby yang dikembangkan Rafael diklaim bisa memberikan perlindungan jarak pendek, menengah, dan jauh terhadap berbagai ancaman, termasuk jet tempur, rudal jelajah hingga pesawat tanpa awak (unmanned-aerial vehicle/UAV). Dengan komunikasi data link nirkabel yang digunakannya, sistem pertahanan udara ini diklaim mampu menghadang berbagai ancaman hingga jarak 80 kilometer dalam berbagai kondisi cuaca.
Beberapa negara telah menggunakan sistem pertahanan udara ini, di antaranya Filipina, Singapura, Vietnam, Peru, India, Etiopia, dan Ceko.
Dikutip dari laman Times of Israel, informasi pembelian sistem pertahanan udara Spyder muncul ke permukaan setelah Menteri Luar Negeri UEA Sheikh Abdullah bin Zayed berada di Israel dan bertemu dengan Menteri Pertahanan Benny Gantz, Presiden Isaac Herzog, dan Perdana Menteri Yair Lapid, pekan lalu.
Menurut media Israel tersebut, ratusan pertemuan berlangsung selama Abdullah berada di sana dan menghasilkan kesepakatan bernilai lebih dari 3 miliar dollar AS. Nilai kesepakatan ini sudah di atas target kerja sama perdagangan kedua negara tahun ini yang diperkirakan mencapai angka 2 miliar dollar AS saja.
Akan tetapi, masih menurut Times of Israel, jauh sebelum kesepakatan terjadi, beberapa pesawat angkut berbadan lebar milik Angkatan Udara UEA telah mendarat di Pangkalan Udara Militer Nevatim, Israel selatan. Media itu mencatat, setidaknya delapan pesawat angkut C-17 Globemaster yang masing-masing mampu mengangkut hampir 83 ton barang logistik mendarat sekitar dua jam di pangkalan udara itu dan kemudian segera lepas landas.
Meskipun tidak jelas mengapa pesawat angkut berat itu berada di Israel, diyakini bahwa pesawat itu kemungkinan mengangkut peralatan yang terkait dengan kontrak pertahanan yang ditandatangani antara kedua negara.
Serangan
Kebutuhan untuk meningkatkan kemampuan pertahanan udara UEA meningkat setelah serangkaian serangan roket dan pesawat tak berawak antara bulan Januari dan Februari 2022 menarget negara tersebut. Sebagian besar serangan dicegat, tetapi serangan terakhir menewaskan tiga warga sipil di Abu Dhabi, ibu kota UEA.
Sejumlah diplomat asing menyebutkan, serangan tersebut menjadi pukulan tersendiri bagi para pemimpin UEA. Beberapa roket dan pesawat nirawak (drone) terbang pada ketinggian rendah untuk menghindari deteksi oleh sistem pertahanan Terminal High Altitude Area Defense (THAAD) dan rudal pencegat Patriot.
Presiden Isaac Herzog mengunjungi UEA pada Januari 2022 ketika serangan yang dicegat terjadi. Ia mengatakan, Israel mendukung kebutuhan keamanan UEA. Pekan lalu, saat berkunjung ke Abu Dhabi, Perdana Menteri Israel Yair Lapid menyatakan dukungannya terhadap sikap UEA memerangi Houthi yang didukung Iran, musuh Israel.
Sumber-sumber Reuters mengatakan, kesepakatan pembelian dicapai pada pertengahan musim panas, yaitu saat Amerika Serikat dan Israel mendorong negara-negara Arab untuk menghubungkan sistem pertahanan udara mereka agar mampu lebih bertahan melawan serangan pesawat tak berawak dan rudal Iran.
Anwar Gargash, penasihat diplomatik presiden UEA, mengatakan kepada wartawan pada bulan Juli bahwa UEA akan mempertimbangkan apa pun yang dapat melindungi UEA dari serangan drone dan rudal selama itu defensif dan tidak menarget negara ketiga. (REUTERS)