Kekuatan Multipolar Terus Upayakan Solusi Damai di Ukraina
Di tengah peliknya situasi, penting terus menemukan solusi atas konflik Ukraina-Rusia. Dunia dapat melihat secercah berkas cahaya perdamaian di Ukraina jika upaya itu dilakukan lewat kolaborasi multipolar.
Oleh
SIMON P SARAGIH S
·5 menit baca
AP/DARKO VOJINOVIC
Seorang anak laki-laki membawa poster berisi seruan penghentian perang di Ukraina dalam unjuk rasa di Belgrade, Serbia, Rabu (21/9/2022), untuk menentang keputusan mobilisasi pasukan yang diumumkan Presiden Rusia Vladimir Putin.
”Anarkisme” Rusia di Ukraina tidak bisa dihadapi Amerika Serikat yang terbiasa bertindak anarkistis. Akan tetapi, anarkisme Rusia juga tidak semulus seperti anarkisme AS di banyak negara, dalam arti mulai ada seruan agar Rusia menghentikan invasinya ke Ukraina. Seruan ini datang dari India dan China, bukan Amerika Serikat dan sekutunya, Eropa.
Perdana Menteri India Narendra Modi dalam pertemuan di Samarkand, Uzbekistan, 16 September 2022, dengan Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan, ”Sekarang bukan saat berperang.” Modi meminta perhatian Putin tentang pentingnya ”bergerak menuju jalur perdamaian” serta pentingnya demokrasi, diplomasi, dan dialog.
Putin menjawab, ”Saya paham posisi Anda dalam konflik Ukraina dan saya paham pemikiran Anda. Kita ingin semua ini berakhir sesegera mungkin.” Sehari sebelumnya, Putin mengatakan bahwa China juga punya pemikiran soal Ukraina. ”Kami sangat menghargai posisi rekan China jika itu terkait krisis Ukraina,” kata Putin.
Modi, Putin, dan Presiden Xi Jinping sama-sama berada di Samarkand untuk menghadiri pertemuan puncak Organisasi Kerja Sama Shanghai atau Shanghai Cooperation Organisation (SCO). Seruan ini tampaknya bersambut. Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, yang juga bertemu Putin di Samarkand, mengatakan bahwa Kremlin ingin mengakhiri konflik segera.
Banyak pihak berharap, perang di Ukraina segera berakhir. Namun, jalan menuju akhir perang tampaknya berliku. Sejauh ini belum ditemukan—atau lebih tepatnya, disepakati—formula atau cara mengakhiri perang di Ukraina. Situasi di lapangan bahkan berubah dengan cepat dan masih rentan.
Hari Selasa (20/9/2022), pemimpin pro-Moskwa di empat wilayah Ukraina yang diduduki Rusia (Luhansk, Kherson, sebagian Zaporizhia, dan Donetsk) atau wilayah kira-kira seluas Hongaria mengumumkan akan menggelar referendum, 23-27 September ini. Wakil Ketua Dewan Keamanan Rusia, yang juga mantan Presiden Rusia, Dmitry Medvedev, mengatakan, referendum itu digelar untuk menetapkan ulang ulang garis perbatasan Rusia.
Sehari kemudian, Putin mengumumkan mobilisasi sekitar 300.000 tentara pasukan cadangan Rusia ke Ukraina. Menteri Pertahanan Rusia Sergey Shoigu mengatakan, mereka akan dikerahkan ke Ukraina timur dan selatan.
Derita meluas
Lepas dari kalkulasi geopolitik, PM Modi mengatakan, setiap kejadian di satu lokasi berefek ke banyak kawasan. Ucapannya merujuk pada efek konflik Ukraina yang mengimbas ke negara-negara tetangga. Ada jeritan kuat akibat kenaikan harga BBM di Sri Lanka, Pakistan, Nepal, dan Bangladesh.
Efek konflik Ukraina juga dirasakan China, baik di dalam negeri maupun di negara-negara Afika yang turut dibangun China. Banyak negara di Afrika menjerit kekurangan pasokan bahan pangan, pupuk, dan kenaikan harga energi. Inilah dasar bagi pemikiran China.
Kepada Putin, Presiden Xi Jinping, Kamis, 15 September 2022, mengatakan, kedua negara akan bekerja sama untuk menegakkan stabilitas regional dan global. Tidak akan ada kestabilan jika rakyat di banyak negara lapar dan terganggu akibat gangguan pasokan global.
AP/KREMLIN POOL PHOTO/ALEXANDR DEMYANCHUK
Presiden China Xi Jinping (kanan, samping meja) dan Presiden Rusia Vladimir Putin (ketiga dari kiri) menghadiri pertemuan trilateral dengan Presiden Mongolia Ukhnaa Khurelsukh (tidak terlihat) dalam pertemuan di sela-sela KTT Organisasi Kerja Sama Shanghai (SCO) di Samarkand, Uzbekistan, Kamis (15/9/2022).
”China mengalami banyak kerugian dalam konteks investasinya yang ekstensif. China ingin invasi berakhir segera,” kata Gao, profesor di Soochow University dan Wakil Presiden Center for China and Globalization (USA Today, 20 September 2022).
”Jika Anda bicara tentang investasi oleh China maupun perannya sebagai kontraktor, China berinvestasi di bidang proyek kapal, industri besi, baja, jalan tol, dan proyek infrastruktur lainnya,” lanjut Gao. Investasi ini banyak berlangsung di Afrika, yang ketiban konflik Ukraina.
Tentu Rusia juga perlu menjaga citranya di mata dunia dengan tidak membuat konflik Ukraina berlarut-larut. Putin tampaknya menghargai seruan China dan India. Putin menghargai upaya India dan China, yang selamat secara ekonomi karena membeli produk-produk Rusia pada saat Eropa—atas tekanan AS—ikut mengenakan sanksi pada Rusia.
Meminta peran Eropa
Strategi China dan India menghadapi Putin juga bukan dengan mengabaikan peran Eropa. Dua negara ini meminta peran Uni Eropa agar turut menenangkan situasi. Sejak April, China, yang menolak sanksi Barat terhadap Rusia, telah berjanji mengupayakan perdamaian di Ukraina dengan caranya sendiri (Reuters, 1 April 2022).
Perdana Menteri China Li Keqiang kepada para pemimpin Uni Eropa mengatakan, negaranya akan mengupayakan perdamaian versi China. President Xi Jinping berharap, UE akan memperlakukan China secara independen, bukan di bawah pengaruh Amerika Serikat.
Analogi serupa berlaku bagi Uni Eropa tentang Rusia. Eropa jangan mengabaikan kepentingan negara lain demi menuruti kepentingan geopolitik AS. Dengan posisi China yang memiliki independensi, televisi Pemerintah China, CCTV, juga memberitakan komentar Presiden Xi tentang pentingnya kebijakan Uni Eropa yang independen.
Tampaknya seruan ini didengar Perancis. Presiden Emmanuel Macron mengatakan, ia akan tetap membuka pintu komunikasi dengan Kremlin. Ia tidak akan membiarkan peran itu dijalani Erdogan semata. Sembari menegaskan bahwa Eropa tidak ada di bawah dominasi kekuatan mana pun.
AFP/LUDOVIC MARIN
Presiden Perancis Emmanuel Macron menyampaikan pidato pada sidang ke-77 Majelis Umum PBB di Markas Besar PBB, New York City, AS, 20 September 2022.
”Tugas diplomasi adalah berbicara dengan siapa saja, khususnya dengan orang yang kita tidak bersetuju,” kata Macron (Politico, 1 September 2022).
Macron melanjutkan, keamanan Rusia juga menjadi perhatian karena keamanan Eropa tidak akan ada jika keamanan Rusia tidak terjaga. Ini menjawab kekhawatiran Putin sekian tahun lalu bahwa Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) telah merangsek ke perbatasan Rusia (Ukraina). Ini menjadi alasan di balik invasi Rusia ke Ukraina. Di masa lalu, Jerman dan Perancis dikenal menolak perluasan NATO ke wilayah Timur.
Enggan menekan Rusia
Kanselir Jerman Olaf Scholz juga berbicara dengan Putin lewat telepon (Bloomberg, 16 September 2022). Kanselir Scholz menekankan solusi lewat diplomasi sesegera mungkin, berbasiskan gencatan senjata, dan penarikan komplet pasukan Rusia dari Ukraina. Kanselir Scholz juga menentang aneka tekanan terhadap Rusia, termasuk menolak rencana pematokan harga migas Rusia.
Dalam jumpa pers di Gedung Putih, 20 September 2022, Penasihat Keamanan Nasional Jake Sullivan sangat mendukung peran India atas seruan agar Rusia mengakhiri invasi di Ukraina. ”Kami juga ingin melihat setiap negara di dunia untuk melakukan hal serupa. Mereka bisa melakukan itu secara terbuka maupun secara tertutup… Saya kira, kita secara kolektif bisa menciptakan perdamaian di kawasan,” kata Sullivan.
Sebuah hal menarik, di tengah peliknya situasi, penting untuk terus menggulirkan upaya menemukan solusi atas konflik Ukraina-Rusia. Yang jelas, sebagaimana diinginkan Rusia dan China, dunia tidak bisa didikte oleh AS sendirian, tetapi harus diatur lewat tatanan dunia.
Seruan kolaboratif ini belum tentu menciptakan kestabilan segera. Akan tetapi, dunia dapat melihat secercah berkas cahaya perdamaian di Ukraina jika upaya-upaya itu dilakukan lewat kolaborasi multipolar. (AP/AFP/REUTERS)