AS Bergerak Cepat di Indo-Pasifik, Indonesia Bergegas
Upaya Amerika Serikat untuk mengimbangi kekuatan China di Indo-Pasifik terus dilakukan. Sebanyak 14 perusahaan besar AS telah menyatakan komitmen untuk mendukung Indo-Pacific Economic Framework.
Oleh
SUTTA DHARMASAPUTRA DARI LOS ANGELES, AS
·4 menit baca
LOS ANGELES, KOMPAS — Amerika Serikat terus bergerak cepat menggulirkan prakarsanya dalam membangun kerja sama ekonomi di kawasan Indo-Pasifik. Indonesia yang bergabung di dalamnya perlu bergegas dan bersiap agar tidak kehilangan momentum.
Pertemuan Tingkat Menteri Kerangka Kerja Ekonomi Indo-Pasifik (IPEF) yang berlangsung dua hari di Los Angeles, Amerika Serikat, telah ditutup, Jumat (9/9/2022). Indo-Pacific Economic Framework Ministerial Meeting (IPEF-MM) merupakan pertemuan tingkat menteri resmi yang pertama antara 14 negara mitra yang tergabung dalam IPEF.
Negara-negara itu mewakili lebih dari 40 persen ekonomi dunia serta 28 persen perdagangan barang dan jasa secara global. Pertemuan ini merupakan tonggak yang sangat penting dalam upaya mereka mencapai kerangka ekonomi berstandar tinggi dan inklusif di kawasan Indo-Pasifik.
Forum IPEF secara resmi ditutup Perwakilan Dagang AS Duta Besar Katherine Tai dan Menteri Perdagangan AS Gina Raimondo. Dalam konferensi pers seusai penutupan, Raimondo mengatakan, ”Sebanyak 14 perusahaan besar di Amerika Serikat berkomitmen memberikan dukungan pada IPEF agar dalam pengembangannya dapat memberikan manfaat konkret bagi negara-negara berkembang yang tergabung dalam IPEF.”
7 juta pelatihan
Setiap perusahaan telah menyatakan kesanggupan untuk setidaknya memberikan 500.000 kesempatan peningkatan keahlian secara digital di setiap negara anggota IPEF. Dengan demikian, total terdapat peluang bagi 7 juta orang, yang terutama diperuntukkan bagi kaum ibu, gadis remaja, ataupun usaha kecil menengah di negara-negara anggota IPEF.
”Ini tidak dapat dipercaya, 7 juta ibu, remaja perempuan, dan usaha kecil dapat meningkatkan keahlian secara digital,” ujar Raimondo.
Menurut Raimondo, hal ini juga mematahkan skeptisisme saat awal pembentukan IPEF dan menumbuhkan atmosfer optimisme bagi Amerika maupun negara-negara yang tergabung dalam IPEF. Dia menambahkan, ”Pertemuan lanjutan akan segera dilakukan untuk membuat hasil yang konkret dan memberikan manfaat nyata tidak hanya untuk Amerika Serikat, tapi juga untuk 13 negara lain yang menjadi mitra di IPEF.”
Berjalan cepat
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dan Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita yang hadir mewakili Indonesia merasakan bahwa prakarsa ini berjalan sangat cepat. Karena itu, menurut Airlangga, Indonesia pun harus merespons dengan cepat.
Dalam pertemuan bilateral antara Indonesia dan AS, Airlangga mendorong AS agar berinvestasi di Indonesia di sektor industri semikonduktor yang merupakan komoditas strategis masa depan, serta baterai nikel untuk mobil listrik. Kedua hal tersebut ternyata sejalan dengan program Pemerintah AS. Dana federal telah menyediakan alokasi sebesar 50 miliar dollar AS (sekitar Rp 747 triliun) untuk membangun industri semikonduktor dan 8 miliar dollar AS untuk baterai mobli listrik.
Guna meningkatkan kapasitas sumber daya manusia di bidang semikonduktor, program master untuk semikonduktor yang ada di University of Purdue bisa bekerja sama dengan perguruan tinggi di Indonesia. Airlangga menyambut baik respons cepat ini dan langsung menawarkan untuk menyiapkan kawasan ekonomi khusus pendidikan di Batam karena saat ini industri semikonduktor sudah ada di Batam, yaitu Infineon.
Raimondo meminta agar Indonesia dan AS segera membentuk tim di kedua negara guna membahas hal-hal teknis. Ia akan mengundang kembali Airlangga untuk membahas hasil nyata dari pembahasan teknis tersebut pada Oktober 2022.
Fokus IPEF
Duta Besar Katherine Tai menyampaikan, pandemi Covid-19 telah memberikan pengalaman terjadinya disrupsi pada rantai pasok. Disrupsi rantai pasok menjadi tantangan terbesar bagi sejumlah negara.
Disrupsi Covid-19 pada rantai pasok dapat menjadi kesempatan untuk memperbaiki mekanisme yang selama ini ada menjadi lebih transparan dengan pemetaan masalah lebih baik guna menghasilkan solusi yang lebih konkret. Katherine Tai juga menyampaikan, seluruh fokus dalam pembahasan terkait manusia atau pekerja. Sektor perdagangan akan menjadi platform yang memberikan kesempatan konkret agar dapat memberikan solusi nyata bagi pekerja.
Terkait rantai pasok, solusinya menciptakan rantai pasok yang beragam, transparan, aman, berkelanjutan, yang terintegrasi dan tangguh. Terkait pilar energi bersih dan dekarbonisasi, solusinya mendorong pengurangan gas emisi, mengamankan ketersediaan minyak dan gas, serta mendukung penciptaan mata pencarian berkualitas yang terkait ekonomi hijau. Adapun terkait pilar ekonomi berkeadilan dan anti korupsi, solusinya adalah mendorong perlakuan sama, serta sistem perpajakan yang transparan dan anti korupsi.