Jatuh Bangun Kota Terlarang
Selama 602 tahun, Kota Terlarang yang kini bernama Museum Istana mengalami jatuh bangun karena berbagai bencana dan ancaman lainnya. Segala upaya pelestarian dilakukan untuk menjaganya agar tak lekang waktu.
”Kota Terlarang berhasil melewati beragam bencana dan ancaman selama 602 tahun. Gempa bumi 20 kali, kebakaran berkali-kali, perebutan kekuasaan, dan sekarang pandemi Covid-19. Dan masih akan tetap bertahan hingga ratusan tahun lagi.
Begitu kata Susan, pemandu wisata rombongan 32 wartawan asing dari China Asia-Pacific Press Center. Ia menjelaskan secara rinci sisi lain dari sejarah perjalanan kompleks istana Forbidden City atau Kota Terlarang yang pernah menjadi tempat tinggal 24 kaisar dari Dinasti Ming dan Qing itu. Suasana Kota Terlarang, Jumat (9/9/2022) siang, ramai pengunjung. Padahal, matahari sedang sangat terik dan menyengat kulit.
Di tengah terik, suara berisik terdengar dari para pemandu seakan bersahut-sahutan. Ada rombongan yang menggunakan jasa pemandu. Namun, banyak pula yang menyewa pemandu digital dengan earphone. ”Rahasia antigempanya terletak di tiang ini. Tiang ini tidak ditanam sampai ke dalam tanah. Hanya sebatas di lantai. Pasak-pasak kayunya juga fleksibel, jadi tak mudah ambruk. Itulah kenapa Kota Terlarang bisa bertahan sampai 600 tahun,” kata Susan.
Baca juga : Mencari yang Halal di Beijing
Kondisi Kota Terlarang masih sama dengan ketika saya berkunjung ke tempat yang menjadi Museum Istana ini lima tahun lalu. Yang berbeda hanya tingkat kepadatannya. Dulu, tempat ini berjubel manusia hingga sulit bergerak dan mendapatkan foto bagus dengan latar belakang kosong.
Kini, Kota Terlarang relatif tak sepadat dulu. Pengunjung masih bisa berfoto di mana-mana dengan lebih nyaman dan tak terganggu orang yang seliweran di depan dan belakang. Pantas saja tak seramai dulu karena, kata Alan dari kepolisian wilayah Tiananmen, jumlah pengunjung hanya sekitar 20.000 orang per hari sejak pandemi Covid-19. Sebelum pandemi, pengunjungnya bisa sampai 80.000 orang per hari.
Karena China belum membuka diri lagi untuk wisatawan asing setelah pandemi Covid-19, pengunjung yang datang hanya wisatawan dalam negeri. Semua pengunjung pun wajib mengenakan masker. Rasanya geregetan mau melepas masker karena berjalan kaki di tengah terik membuat kita susah bernapas. Sambil berjalan pelan, Susan bercerita Kota Terlarang dibangun antara tahun 1406 dan 1420. Luasnya mencapai 72 hektar.
Butuh lebih dari satu juta pekerja serta sekitar 100.000 arsitek dan perajin untuk menyelesaikannya. Sampai saat ini, belum semua area dibuka untuk publik. Pengunjung hanya bisa melewati Gerbang Meridian atau Wumen yang menjadi gerbang masuk lalu menuruni jalan tengah utama, dan keluar di ujung utara istana, di seberang jalan dari Taman Jingshan.
Perasaan geregetan muncul lagi karena banyak area tak boleh dimasuki, terutama bagian dalam bangunan-bangunan yang ada, seperti singgasana kaisar yang digunakan sampai 1911. Padahal, rasanya penasaran ingin melihat seperti apa ruangan-ruangan yang digunakan sehari-hari oleh kaisar. Disebut Kota Terlarang karena hanya kaisar, keluarga kaisar seperti permaisuri, selir, dan pelayan atau kasim, serta pejabat istana yang boleh masuk.
Di dalam istana ini ada 980 bangunan warna kuning dan merah, dikelilingi tembok setinggi 10 meter, serta parit selebar 52 meter. "Parit ini selain untuk pertahanan, juga untuk antisipasi jika terjadi kebakaran. Ada juga tong-tong perunggu besar yang dulu diisi air untuk memadamkan air,” kata Susan.
Ide awal pembangunan istana ini muncul dari Zhu Di (Kaisar Yongle) yang hidup pada 1360-1424. Ia menjadi kaisar pada 1402 setelah menggulingkan keponakannya. Setelah menjadi kaisar, ia memindahkan ibu kota kekaisaran dari Nanjing ke Beiping dan mengubah nama Beiping menjadi Beijing atau ”ibu kota Utara”.
Sambil mendengarkan Susan bercerita, terbayang para pekerja membangun gerbang depan setinggi 38 meter. Belum lagi bangunan lain dengan arsitektur indah dan ornamen artistik seperti Aula Harmoni Tertinggi (Hall of Supreme Harmony), bangunan terbesar yang menjadi tempat upacara penting, yakni penobatan, kunjungan kehormatan, pernikahan kekaisaran, dan festival.
Baca juga : Bebas Bernapas Tanpa Cemas di China
Politik
Halaman luas di depan Aula Harmoni Tertinggi itu mengingatkan kita pada salah satu adegan dalam film The Last Emperor karya Bernardo Bertolucci (1987). Drama epik pemenang Piala Oscar tentang kaisar China terakhir, Puyi (1906-1967), ini merupakan film Barat pertama yang menceritakan politik China modern dan film pertama yang boleh mengambil gambar di dalam Kota Terlarang. Situs CNN edisi 19 September 2020 menyebutkan, sejarah istana ini menunjukkan pemerintahan feodal yang ditentang Partai Komunis China karena dianggap menghalangi visi sosialis baru China.
Puyi turun takhta pada 1912 dan mengakhiri kekuasaan kekaisaran di Cina. Selama 12 tahun ia masih kaisar tetapi tanpa kekuasaan dan otoritasnya hanya di dalam lingkup kompleks istana. Konflik terus menjadi ancaman bagi istana kekaisaran dan harta karun yang terkandung di dalamnya. Setelah Puyi diusir seorang panglima perang yang menguasai Beijing pada 1924, kompleks istana menjadi museum pada 1925.
Enam tahun setelah museum dibuka, Jepang menginvasi Manchuria, sebelah utara Beijing. Banyak harta benda berharga yang dipindahkan. Ketika pada 1948, pemerintah nasionalis yang berkuasa menghadapi kemungkinan kalah perang saudara melawan pasukan komunis pimpinan Mao Zedong, sekitar 600.000 harta benda Kota Terlarang yang terbaik dibawa ke Taiwan dan masih ada di sana sampai sekarang.
Selama pemerintahan Partai Komunis China, ancaman terhadap Kota Terlarang juga datang dari ekstremisme ideologis Revolusi Kebudayaan. Seperti pada Agustus 1966, ketika terjadi demonstrasi anak muda China yang menentang apa yang disebut Mao sebagai ”empat tua”, yakni kebiasaan lama, budaya lama, adat istiadat lama, dan ide-ide lama.
Itu dulu. Sekarang ancamannya beda dan datang dari jutaan pengunjung istana. Otoritas Museum Istana terus berupaya mencari cara terbaik melestarikan situs ini. Apalagi setelah pada 1987, Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) menyatakan, Museum Istana sebagai Situs Warisan Dunia.
Baca juga : Serba Masa Depan di Negeri Masa Lalu
Ditambah lagi pernyataan Presiden China Xi Jinping yang menekankan pentingnya melestarikan seluruh warisan budaya dan peradaban. Sejak pemerintahan Xi, upaya pelestarian Museum Istana gencar dilakukan. Area museum yang sebelumnya tertutup dibuka kembali dan pengunjung sekarang boleh berjalan di atas sebagian tembok istana.
Total area terbuka di Kota Terlarang saat ini 80 persen. Pada 2014, hanya 52 persen dan diharapkan pada 2025 menjadi 85 persen. Kota Terlarang kini diadopsi para pemimpin China sebagai simbol kebanggaan sejarah dan budaya bangsa. Dengan keberpihakan itu, setidaknya masa depan Kota Terlarang masih aman.
Akan tetapi, dengan adanya pandemi Covid-19 dan kebijakan nihil Covid-19 dinamis yang ketat, tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi. Kota Terlarang bisa ditutup sewaktu-waktu jika kasus Covid-19 di Beijing naik. Ini pernah terjadi pada awal 2020 dan pada Mei 2022.
Semoga kawasan Kota Terlarang tetap aman-aman saja. Apalagi sebelum masuk Kota Terlarang, setiap pengunjung harus menunjukkan status kondisi kesehatannya dari hasil tes swab PCR maksimal 72 jam. Tanpa itu, jangan harap bisa jalan-jalan di Kota Terlarang dan merasakan menjadi warga Kota Terlarang zaman dulu selama sehari.