Rusia Rencanakan Referendum di Wilayah Aneksasi pada 4 November
Partai Rusia Bersatu merencanakan melakukan referendum di wilayah pendudukan Rusia di Ukraina pada 4 November mendatang. Pemimpin partai mengklaim lebih dari separuh warga di wilayah pendudukan setuju bergabung.
Oleh
MAHDI MUHAMMAD
·4 menit baca
MOSKWA, KAMIS – Partai pendukung Presiden Rusia Vladimir Putin, Partai Rusia Bersatu (Yedinaya Rossiya) merencanakan pelaksanaan referendum di wilayah Ukraina yang dianeksasi Rusia, pada 4 November mendatang. Wilayah-wilayan itu antara lain adalah wilayah Krimea, yang sudah diduduki sejak tahun 2014, serta wilayah lain yang saat ini berhasil dikuasai oleh militer Rusia seperti Zaporizhzhia, Kherson dan Donbass.
“Akan besar dan simbolis. Donetsk, Lugansk, dan banyak kota lainnya akhirnya akan kembali berlabuh ke pelabuhan asal. Dan, dunia Rusia, yang sekarang dibagi oleh perbatasan formal, akan mendapatkan kembali integritasnya,” kata Sekretaris Jenderal Partai Rusia Bersatu Andrey Turchak.
Pernyataan Turchak, dikutip dari kantor berita Rusia TASS, keluar setelah hasil sebuah survei memperlihatkan mayoritas warga yang ada di Kherson dan Zaporizhzhia saat ini menyatakan ingin ambil bagian dalam proses referendum tersebut. Studi itu dilakukan oleh Institut Pemasaran Sosial (Insomar). Mereka mensurvei 2.000 responden melalui telepon. Hasilnya memperlihatkan kecenderungan warga untuk ikut serta dalam proses referendum.
Di wilayah Zaporizhzhia, sebanyak 74 responden berniat untuk ambil bagian dalam pemungutan suara untuk bergabung dengan Rusia. Sebanyak 13 persen memilih tinggal di rumah dan selebihnya tidak dijelaskan pandangannya.
Sementara di wilayah Kherson, yang saat ini masih menjadi rebutan antara pasukan Ukraina dan militer Rusia, sebanyak 61 responden memiliki keinginan untuk ambil bagian dalam proses referendum. Sebanyak 22 persen menyatakan akan tinggal di rumah dan sisanya, sekitar 17 persen, tidak dijelaskan sikapnya.
Turchak, mengomentari hasil survei tersebut, mengatakan hasil survei menjadi indikator yang jelas tentang keinginan warga beberapa wilayah tersebut untuk segera bergabung dengan Rusia.
“Rusia Bersatu telah hadir di wilayah-wilayah ini sejak hari-hari pertama operasi militer khusus. Kami tetap berhubungan dengan orang-orang di sana setiap hari, kami mendengar apa yang mereka katakan, kami melihat bagaimana perasaan mereka. Sejak lama, mereka telah siap untuk ini,” kata Turchak.
Tujuh bulan setelah mulai melakukan serangan ke wilayah Ukraina, militer Rusia menguasai sebagian besar wilayah selatan Ukraina. Kharkiv, Zaporizhzhia, Kherson, Mykolaiv, Donetsk dan Lugansk (dua terakhir membentuk kawaan yang disebut Donbass), telah dikuasai oleh Rusia. Akan tetapi, dalam dua hari terakhir, militer Ukraina, yang terus mendapat pasokan senjata dari Barat, mulai mencoba merebut kembali wilayah Kherson.
"Hari Persatuan Nasional adalah tanggal bersejarah yang menyatukan kita semua di ruang Dunia Rusia, yang diimpikan oleh orang-orang Donbass dan wilayah yang dibebaskan. Akan benar dan simbolis untuk mengadakan pemungutan suara pada 4 November," kata Turchak menambahkan.
Bantuan Persenjataan
Pemerintah Amerika Serikat dipastikan akan kembali mengirimkan bantuan persenjataan pada Ukraina setelah Presiden Joe Biden menyetujui paket bantuan tambahan senilai lebih dari 2,6 miliar dollar AS, termasuk tambahan 675 juta dollar AS untuk amunisi, jeep tempur humvee, dan sistem anti-tank. Selain itu, tambahan paket bantuan tersebut termasuk dana sebesar 1 miliar dollar AS berupa pinjaman jangka panjang dan hibah bagi Kyiv. Dana itu diarahkan untuk membeli lebih banyak produk senjata AS.
Penambahan bantuan persenjataan, tidak hanya bagi Ukraina. bantuan itu juga diarahkan untuk negara-negara di sekitar Ukraina. Hal itu disampaikan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken saat berkunjung ke Kyiv, Kamis (8/9/2022). Ini adalah kunjungan Blinken ke dua sejak invasi Rusia.
Kyiv telah berulang kali meminta Barat mengirimkan lebih banyak persenjataan agar tentara Ukraina mampu melakukan perlawanan. Permintaan itu berulang kali disampaikan Presiden Volodymyr Zelenskyy. Hari Minggu (4/9/2022) kemarin, Perdana Menteri Denys Shmygal mengulangi permintaan itu ketika dia mengunjungi Jerman
Setelah kehabisan semua persenjataan buatan Rusia, Ukraina sekarang sepenuhnya bergantung pada dukungan militer Barat. Amerika Serikat telah menjadi pemasok persenjataan terbesar Ukraina. Diperkirakan, total bantuan persenjataan AS bagi Ukraina telah mencapai angka 15,2 miliar dollar, termasuk rudal anti-tank Javelin dan peluru yang kompatibel dengan sistem artileri NATO.
Senjata paling efisien yang dikirim oleh Washington adalah sistem peluncuran roket multi laras, HIMAR. Bila dipersenjatai dengan roket GMLRS jangkauannya mampu menhancurkan target yang berada di jarak 80 kilometer. Walau demikian, Kyiv tengah merayu sekutunya di barat untuk bisa memperoleh ATACMS, rudal taktis jarak menengah berpemandu presisi, yang dapat diluncurkan oleh sistem HIMAR. Rudal taktis itu berdaya jangkau hingga 300 kilometer.
Sejauh ini, AS menolak, karena khawatir rudal itu bisa mendarat di wilayah Rusia. Serangan seperti itu dinilai dapat memicu konflik yang lebih besar. (AFP/Reuters)