Gempa, Topan, Banjir di Beberapa Negara Asia, Alarm Peringatan Perubahan Iklim
Bencana alam yang diduga terjadi akibat perubahan iklim telah menyebabkan lebih dari 1.000 orang tewas di beberapa negara di Asia dan jutaan orang mengungsi.
Oleh
PASCAL S BIN SAJU
·5 menit baca
BEIJING, SELASA — Bencana alam melanda beberapa negara di Asia. Di China, gempa bumi memorakporandakan wilayah barat negeri itu, lebih dari 60 orang tewas. Di Korea Selatan, dua orang tewas akibat angin topan. Di Asia selatan, banjir menghancurkan sebagian India dan Pakistan, menyebabkan 1.300 orang lebih tewas. Bencana-bencana itu juga memaksa jutaan orang mengungsi.
Media China, Selasa (6/9/ 2022), melaporkan, gempa bumi dahsyat hari Senin memicu tanah longsor dan merobohkan bangunan di China barat. Sedikitnya 65 orang tewas, ratusan orang terluka, dan ratusan ribu orang mengungsi. Regu penyelamat hingga Selasa masih berupaya keras mengevakuasi para korban.
Dilaporkan juga sedikitnya 16 orang hilang sehari setelah gempa bermagnitudo 6,8 melanda daerah pegunungan di Distrik Luding, Provinsi Sichuan, tepi Dataran Tinggi Tibet. Ini wilayah titik rawan gempa. Lantaran menjadi lokasi pertemuan lempeng tektonik, wilayah itu kerap dilanda gempa.
Guncangan gempa awal pekan ini juga merusak sejumlah gedung bertingkat di Chengdu, ibu kota Sichuan. Di Chengdu, sekitar 21 juta penduduknya tengah menjalani perpanjangan masa penguncian wilayah (lockdown) terkait pandemi Covid-19. Tak hanya menyebabkan 37 orang tewas, gempa di kota bersejarah Moxi, Prefektur Garze, Tibet, juga menyebabkan penduduknya tanpa listrik dan banyak bangunan rusak.
Kantor berita Xinhua melaporkan, tenda-tenda darurat telah didirikan untuk menampung lebih dari 50.000 orang. Mereka diungsikan dari rumah-rumah masing-masing karena gempa susulan terus terjadi dan berpotensi merobohkan bangunan yang sudah retak atau rusak. Banyak warga kekurangan selimut dan makanan.
Televisi Pemerintah China, CCTV, memperlihatkan tayangan tim penyelamat menarik seorang perempuan dari rumah yang runtuh di Moxi. Sekitar 150 orang dilaporkan mengalami berbagai tingkat cedera.
Di wilayah lain, sebanyak 28 orang tewas di daerah Shimian, pinggiran kota Ya'an. Sebanyak 248 orang lainnya dilaporkan terluka.
Sebelum insiden ini, gempa paling mematikan di China dalam beberapa tahun terakhir adalah gempa bermagnituo 7,9 pada tahun 2008. Saat itu hampir 90.000 orang tewas di Sichuan. Gempa kala itu menghancurkan kota-kota, sekolah-sekolah, dan masyarakat perdesaan di luar Chengdu. Butuh waktu bertahun-tahun untuk rekonstruksi wilayah itu, termasuk menyediakan bangunan berstruktur tahan gempa.
Topan di Korsel
Sementara itu di Korea Selatan, angin topan Hinnamnor— topan paling kuat dalam beberapa tahun terakhir—melanda bagian selatan negara itu, Selasa (6/9/2022). Angin menyebabkan gelombang laut setinggi tiga meter yang menghancurkan jalan dan jembatan serta memutuskan aliran listrik di puluhan ribuan rumah warga.
Badai tersebut menewaskan dua orang. Beberapa orang lainnya dilaporkan hilang akibat terjebak di area parkir bawah tanah yang terendam banjir.
Badai tersebut dilaporkan menewaskan dua orang. Beberapa orang lainnya hilang akibat terjebak di area parkir bawah tanah yang terendam banjir.
Topan Hinnamnor juga melanda resor Pulau Jeju dan menghantam daratan dekat kota pelabuhan Busan sebelum akhirnya melemah menuju ke perairan antara Semenanjung Korea dan Jepang.
Badan Cuaca Korea Selatan mengatakan, badai tersebut berubah menjadi siklon tropis pada Selasa malam saat bergerak ke timur laut antara Rusia dan Pulau Hokkaido di Jepang utara.
Di Pohang, kota di Korea Selatan bagian selatan, banjir akibat badai menenggelamkan jalan dan bangunan. Hujan memicu tanah longsor, sedangkan banjir menenggelamkan pusat perbelanjaan. Puluhan mobil yang rusak berserakan di jalan seperti hamparan sampah yang luas. Sementara seluruh vila berlantai dua yang memiliki kolam renang roboh dan hanyut oleh banjir bandang.
Seorang wanita berusia 70-an tewas di Pohang setelah kota itu tersapu banjir bandang. Seorang wanita lain berusia 80-an tewas di dekat Gyeongju setelah rumahnya terkubur tanah longsor. Sembilan orang hilang di Pohang termasuk delapan orang terjebak di area parkir bawah tanah yang terendam banjir. Di kota terdekat Ulsan, seorang pria berusia 25 tahun hilang.
Tentara dikerahkan untuk membantu upaya penyelamatan dan pemulihan. Mereka bergerak dengan kendaraan lapis baja di jalan-jalan yang telah berubah menjadi sungai berwarna cokelat. Hinnamnor terjadi hanya beberapa minggu setelah hujan lebat di wilayah sekitar ibu kota Seoul yang memicu banjir sehingga menewaskan sedikitnya 14 orang.
Alarm perubahan iklim
Para ahli memprediksi, bencana alam seperti itu mungkin saja akan terjadi lagi di wilayah yang sama atau di beberapa negara lain di dunia. Perubahan iklim yang semakin tidak pasti diduga sebagai pemicu terjadinya bencana yang beruntun di dunia belakangan ini.
Di Asia selatan, puluhan ribu orang di kota Bengaluru, India selatan, Selasa, terdampak banjir bandang setelah dua hari dilanda hujan deras. Aktivitas warga kota terganggu. Banjir juga menyebabkan gangguan listrik di hampir semua wilayah kota. Banyak sekolah ditutup.
Perahu-perahu karet dikerahkan untuk menyelamatkan orang-orang yang terendam banjir. Bengaluru, kota yang dijuluki sebagai ibu kota teknologi India, adalah rumah bagi beberapa perusahaan teknologi. Karyawan kantor terpaksa bekerja dari rumah secara daring.
Meskipun September merupakan bulan terbasah di Bengaluru, tahun ini curah hujannya lebih banyak dari biasanya. Dua zona yang membentuk kota, Bengaluru Urban dan Bengaluru Rural, masing-masing kelebihan curah hujan hingga 141 dan 114 persen. Senin malam, curah hujan mencapai 131,6 mm, menjadikannya hari terbasah pada September dalam delapan tahun terakhir.
Di negeri tetangga, Pakistan, sebagian besar penduduk masih terdampak akibat banjir bandang yang melanda sebagian wilayah negara itu dalam tiga minggu terakhir. Banjir di Pakistan telah menyebabkan lebih dari 1.300 korban tewas akibat banjir. Puluhan ribu orang lainnya mengungsi, sementara puluhan orang lainnya hilang.
Wilayah paling parah ialah Provinsi Sindh, Pakistan selatan. Data dari pemerintah lokal menyebutkan, lebih dari 520 orang tewas, termasuk 219 anak-anak. Ribuan orang kehilangan pekerjaan, seperti yang antara lain dialami oleh warga di Aqilpur, Provinsi Punjab. Area pembakaran batu bara di Aqilpur masih terendam banjir terburuk dalam sejarah Pakistan. (AFP/AP/REUTERS)