”Betapa indah sebuah Gereja dengan kebahagiaan, ketenangan dan wajah tersenyum, tidak pernah menutup pintu, tidak pernah berkeras hati, tidak pernah mengeluh atau menyimpan dendam...," kata Paus Fransiskus.
Oleh
SIMON P SARAGIH S
·3 menit baca
VATIKAN, MINGGU — Almarhum Paus Yohanes Paulus I dinyatakan sebagai beato, artinya orang yang berbahagia di surga. Status beato membawanya selangkah lagi menuju status santo. Penegasan status beato itu berlangsung saat misa yang dipimpin Paus Fransiskus di Basilika Santo Petrus, Vatikan, Minggu (4/9/2022).
Misa beatifikasi diikuti beberapa ribu orang, termasuk Presiden Italia Sergio Mattarella. Yohanes Paulus I yang dijuluki ”paus murah senyum” itu terpilih sebagai paus, pemimpin Gereja Katolik Roma, pada 26 Agustus 1978 saat ia berusia 65 tahun. Ketakhtaannya hanya berlangsung selama 33 hari karena ia meninggal akibat serangan jantung pada 28 September 1978. Ia menjadi paus dengan masa kepemimpinan tersingkat.
Ia menjadi paus dengan masa kepemimpinan tersingkat.
Dua suster mengetuk kamarnya pukul 05.20 untuk mengantar kopi, tetapi almarhum tidak merespons. Para dokter mengatakan ia wafat karena serangan jantung dan orang kepercayaannya mengatakan almarhum telah mengeluh rasa sakit di dada, tetapi tidak terlalu serius memikirkannya.
Paus Yohanes Paulus I wafat dengan posisi duduk di tempat tidur. Ia terlihat mengenakan kacamata dengan dokumen bertuliskan tangan dalam genggamannya. Penulis biografinya Christophe Henning mengatakan, almarhum memiliki kondisi kesehatan yang rapuh.
Proses beatifikasi
Paus Yohanes Paulus I, anak seorang tukang batu dari pengunungan Dolomite di Italia itu, mendapatkan beatifikasi karena mukjizat, sebuah jalan menuju status beato. Vatikan memulai proses beatifikasi pada Oktober 2021 setelah mengakui sebuah mukjizat terkait Paus Yohanes Paulus I.
Seorang gadis berusia 11 tahun di Buenos Aires, Argentina, yang sakit keras mendadak sembuh setelah seorang pastor lokal memohonkan kesembuhan dari Tuhan lewat doa kepada almarhum Paus. Gadis Argentina itu mengalami kerusakan otak, epilepsi, dan kejang-kejang.
Almarhum menjadi beato bukan karena apa yang dia lakukan sebagai paus, tetapi lebih pada caranya menjalani kehidupan.
Seorang jurnalis Italia dan penulis buku bernama Stefania Falasca menghabiskan waktu 10 tahun mendokumentasikan kehidupan dan mendalami catatan medis Paus Yohanes Paulus I. Falasca, yang mendorong proses beatifikasi, mengatakan, almarhum menjadi beato bukan karena apa yang dia lakukan sebagai paus, tetapi lebih pada caranya menjalani kehidupan.
Figur melayani
Saat bertugas sebagai seorang pastor di usia muda, almarhum Paus dengan nama asli Albino Luciani itu seorang figur imam yang hangat dan melayani. Paus yang lahir pada 7 Oktober 1912 di Desa Canale d’Agordo itu ditahbiskan menjadi pastor pada 7 Juli 1935. Ia kemudian menjadi Uskup Venice, lalu kardinal, dan terpilih sebagai paus.
”Dengan sebuah senyuman, Paus Yohanes Paulus I mencoba mengomunikasikan kebaikan Tuhan,” demikian Paus Fransiskus saat misa beatifikasi. ”Betapa indah sebuah Gereja dengan kebahagiaan, ketenangan dan wajah tersenyum, tidak pernah menutup pintu, tidak pernah berkeras hati, tidak pernah mengeluh atau menyimpan dendam, tidak pernah marah atau tidak sabar, tidak terlihat muram atau terjebak nostalgia masa lalu,” lanjut Paus Fransiskus.
Paus Yohanes Paulus I dipandang sebagai figur konsensus, rendah hati, sederhana, dan memiliki empati kuat. ”Terbuka pada dialog dan mendengar, ia memberikan prioritas untuk kunjungan pelayanan dan kontak langsung dengan umat,” demikian pernyataan Vatikan.
Betapa indah sebuah Gereja dengan kebahagiaan, ketenangan dan wajah tersenyum, tidak pernah menutup pintu, tidak pernah berkeras hati, tidak pernah mengeluh atau menyimpan dendam, tidak pernah marah atau tidak sabar, tidak terlihat muram atau terjebak nostalgia masa lalu.
Almarhum juga mempertahankan sikap antiaborsi dan menentang kontrasepsi sembari juga melakukan reformasi dalam kepemimpinan Gereja. Suster Margherita Marin, yang turut membantu tugas-tugas almarhum, menyebut Paus Yohanes Paulus I sebagai orang yang ramah kepada siapa saja. ”Dia tahu bagaimana memperlakukan koleganya dengan hormat,” kata Suster Marin dalam jumpa pers, Jumat (2/9).
Dalam ajaran Gereja Katolik Roma, adalah Tuhan yang memberikan mukjizat. Akan tetapi, para santo/santa yang diyakini telah bersama Tuhan di surga mewakili orang-orang yang berdoa lewat mereka memohonkan agar Tuhan mengabulkan doa-doa. Dalam Gereja Katolik, umumnya dibutuhkan kasus mukjizat kedua agar seorang almarhum bisa dijadikan sebagai santo/santa, yang artinya orang kudus. (REUTERS/AP/AFP)
Editor:
FX LAKSANA AGUNG SAPUTRA
Bagikan
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
Tlp.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.