Inflasi di zona euro terus meroket dan mencatatkan rekor demi rekor baru. Mengerek naik suku bunga sebagai salah satu obat masih jadi perdebatan di sejumlah negara.
Oleh
SIMON P SARAGIH S
·3 menit baca
Inflasi di zona euro mencapai 9,1 persen pada Agustus 2022. Pada Juli, inflasi zona euro mencapai 8,9 persen. Inflasi pada Agustus tersebut sudah empat kali lebih dari target inflasi 2 persen. Bulan depan kemungkinan inflasi di zona euro akan melebihi 10 persen. Demikian informasi dari Eurostat, Rabu (31/8/2022).
Inflasi di Jerman juga naik ke level tertinggi dalam 50 tahun terakhir, yakni 8,8 persen pada Agustus atau naik dari 8,5 persen pada Juli. Juga pada Agustus, inflasi di Italia sudah mencapai 9 persen dan Spanyol 10,3 persen. Inflasi di Estonia, Lituania, dan Latvia masing-masing 25,2 persen, 21,1 persen, dan 20,8 persen.
Ekonom dari Capital Economics, Jack Allen-Reynolds, mengingatkan, inflasi zona euro bisa di atas 10 persen pada akhir 2022.
Ekonom dari Capital Economics, Jack Allen-Reynolds, mengingatkan, inflasi zona euro bisa di atas 10 persen pada akhir 2022. Bundesbank (Bank Sentral Jerman) juga melihat inflasi Jerman bisa mencapai 10 persen pada akhir kuartal 2022.
”Perkembangan itu menjadi dorongan bagi Bank Sentral Eropa (ECB) untuk menaikkan suku bunga,” kata ekonom VP Bank, Thomas Gitzel. Senada dengan itu, Presiden Bank Sentral Jerman Joachim Nagel juga menyatakan perkembangan itu mendorong ECB menaikkan suku bunga.
ECB sudah menaikkan suku bunga 0,5 menjadi nol persen pada Juli lalu dari posisi suku bunga negatif sebelumnya. Diperkirakan ECB akan menaikkan suku bunga sebesar 0,75 persen pada pertemuan September mendatang.
Kenaikan inflasi tersebut akan menyebabkan resesi. Namun, Nagel mengatakan, tekanan resesi itu sebaiknya tidak menunda kenaikan suku bunga. Sebab, hal itu sangat penting untuk meredam inflasi yang mencapai rekor-rekor baru.
”Tidak seharusnya kita menunda kenaikan suku bunga. Data empiris menunjukkan kenaikan suku bunga akan meminimalkan masalah perekonomian. Semakin lama inflasi dibiarkan, semakin tinggi potensi kenaikan inflasi,” kata Nagel.
Tidak seharusnya kita menunda kenaikan suku bunga. Data empiris menunjukkan kenaikan suku bunga akan meminimalkan masalah perekonomian.
Dorongan untuk menaikkan suku bunga itu muncul karena ada debat yang berkembang agar suku bunga jangan dinaikkan. Gubernur Bank Sentral Yunani Yannis Stournaras mengatakan, inflasi muncul lebih karena gangguan pada pasokan.
Penentang kenaikan suku bunga beranggapan faktor utama kenaikan inflasi adalah invasi Rusia ke Ukraina yang mengganggu pasokan dan perdagangan. Sanksi ekonomi Uni Eropa terhadap Rusia termasuk penghambat utama perdagangan.
Sebagai balasan, Rusia mengurangi aliran gas ke negara-negara Eropa. Dampaknya, harga-harga energi dan komoditas semakin menjulang. Faktor Rusia ini jadi kambing hitam para petinggi Amerika Serikat dan Eropa atas kenaikan inflasi.
”Invasi Rusia memiliki dampak besar pada kegiatan ekonomi dan inflasi lewat kenaikan harga-harga energi dan komoditas,” kata Presiden ECB Christine Lagarde (Deutsche Welle, 10 Maret 2022).
Pada Maret, Lagarde memprediksi inflasi zona euro akan mencapai 5 persen pada Desember 2022. Nyatanya, inflasi sudah mencapai 9,1 persen pada Agustus saja.
Akan tetapi, kenaikan inflasi di zona euro, sama seperti di seluruh dunia, sudah terjadi sebelum invasi Rusia yang mulai berlangsung pada 24 Februari 2022. Sama seperti Gubernur Bank Sentral AS Jerome Powell dan Menteri Keuangan AS Janet Yellen yang salah menebak arah inflasi di AS, Lagarde juga demikian.
Pada Maret, Lagarde memprediksi inflasi zona euro akan mencapai 5 persen pada Desember 2022. Nyatanya, inflasi sudah mencapai 9,1 persen pada Agustus saja. Kesalahan ECB sama dengan AS, sangat lamban menaikkan suku bunga untuk meredam inflasi.