Lestarikan Sejarah, Arab Saudi Pugar Masjid Berusia Lebih dari 1.000 Tahun
Berbeda dari era sebelumnya yang kurang memperhatikan, bahkan pernah menghancurkan, peninggalan-peninggalan bersejarah, Arab Saudi saat ini merenovasi peninggalan-peninggalan itu. Salah satunya adalah masjid-masjid tua.
Oleh
KRIS MADA
·3 menit baca
RIYADH, KAMIS — Arab Saudi mengumumkan pemugaran puluhan masjid yang sebagian berusia lebih dari 1.000 tahun. Pemugaran itu merupakan salah satu upaya merawat sejarah dan menjaga jati diri di tengah modernisasi yang berembus di negara tersebut.
Renovasi itu merupakan proyek Putra Mahkota Arab Saudi Pangeran Mohammed bin Salman. Lokasi pemugaran antara lain di Mekkah dan Jeddah. Kantor berita Arab Saudi, SPA, dan harian Arab News, Selasa (30/8/2022) malam waktu Riyadh atau Rabu dini hari WIB, melaporkan, lima masjid di Mekkah akan direnovasi dalam proyek Visi Arab Saudi 2030.
Proyek itu disebut bertujuan menonjolkan kekayaan budaya Arab Saudi dan merawat peninggalan sejarah. Tidak kalah pentingnya, proyek itu memastikan keamanan jemaah pada masjid-masjid yang sebagian dibuat dari tanah liat dan pasir tersebut.
SPA menyebut, proyek itu untuk menyeimbangkan bangunan lama dengan standar masa kini. Dengan demikian, penampakan masjid akan dipertahankan. Sementara strukturnya akan diubah agar lebih kuat dan tahan lama.
Salah satu masjid yang akan direnovasi adalah Al-Fath di kawasan Al-Jamoum, Mekkah. Masjid ini disebut menjadi tempat singgah Nabi Muhammad SAW di Mekkah kala kembali dari Madinah. Persinggahan itu terjadi pada awal tahun 630 M. Dengan demikian, masjid itu berusia paling tidak 1.392 tahun. Selepas renovasi, kapasitas masjid akan berubah dari 218 jemaah menjadi 333 jemaah.
Masjid lain yang akan direnovasi adalah Al-Baiah di Mina. Masjid ini dibangun pada masa pemerintahan Abu Jafar al-Mansour, salah satu khalifah Dinasti Abbasiyah. Ia berkuasa tahun 754-775 M. Proyek di Jeddah akan dilakukan pada Masjid Abu Inbeh dan Al-Khadr. Masjid Abu Inbeh disebut berusia 900 tahun, Al-Khadr 700 tahun.
Adapun masjid berusia 300 tahun di Taif, Al-Jubail, akan dipugar dengan konsep mempertahankan bentuk asli. Proyek itu hanya akan memperbaiki struktur bangunan dan ditutup dengan fasad yang menyerupai bangunan asli.
Jaga komitmen
Imam Besar Masjidil Haram Syaikh Abdul Rahman al-Sudais menyebut, proyek itu menunjukkan kepedulian pada masjid dan peninggalan bersejarah. Proyek itu menunjukkan Kerajaan Arab Saudi mempertahankan komitmen pada kemajuan Islam.
Komitmen tersebut terus diperlihatkan sejak masa Raja Abdulaziz al-Saud hingga Raja Salman bin Abdulaziz al-Saud. Dengan menjadikan pemugaran masjid kuno dalam bagian Visi 2030, Pangeran Mohammed bin Salman dianggap tak melupakan komitmen itu.
Sejarawan Arab Saudi, Saad al-Judi, menyebut proyek tersebut menggembirakan. Sebagian masjid itu tidak direnovasi selama puluhan tahun. Kini renovasi dilakukan dalam program yang bertujuan membuat jalan baru Arab Saudi di masa depan. Dengan pemugaran itu, Riyadh menunjukkan hal-hal berharga dari masa lalu akan dipertahankan kala Arab Saudi berusaha berubah.
Visi 2030 diluncurkan Pangeran Mohammed bin Salman sebagai peta jalan untuk kemajuan negaranya di masa depan. Dalam visi itu tercantum berbagai perombakan mendasar di Arab Saudi secara ekonomi dan sosial.
Visi 2030 itu, antara lain, diterjemahkan dengan memberi kebebasan luas pada perempuan. Kini, perempuan Arab Saudi bisa melepas kerudung dan menampilkan rambutnya, bekerja, mengemudi, dan bepergian sendiri, hingga mendapatkan akta kelahiran untuk anak. Sampai tahun 2015, semua hal itu tidak mungkin terjadi di Arab Saudi.
Visi 2030 juga dibuat dengan harapan Arab Saudi tidak lagi bergantung pada minyak, seperti puluhan tahun terakhir. Arab Saudi ingin menjadi negara dengan sumber pendapatan lebih beragam, termasuk dari pariwisata.