Hadapi Potensi Kebocoran Radioaktif, Ukraina Bagikan Tablet Yodium
Pemerintah Ukraina membagikan tablet yodium kepada warga di sekitar kompleks Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Zaporizhia.
Oleh
PASCAL S BIN SAJU
·3 menit baca
AFP/ED JONES
Dalam foto dokumentasi pada 27 April 2022 ini tampak kompleks PLTN Zaporizhia yang terletak di daerah Enerhodar yang dikuasai Rusia. Foto diambil dari arah Nikopol, wilayah yang dikuasai Ukraina.
KYIV, MINGGU — Pemerintah Ukraina membagikan tablet atau pil yodium kepada warga di sekitar kompleks Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Zaporizhia. Langkah itu dilakukan dipicu kekhawatiran tinggi tentang potensi kebocoran radioaktif di fasilitas nuklir terbesar di Eropa itu. Tablet tersebut dapat mencegah paparan radiasi nuklir.
Otoritas berwenang Ukraina mendistribusikan tablet yodium itu sebagai langkah antisipatif. Warga dapat menggunakan tablet itu jika terpapar radiasi akibat kebocoran. Saat ini, kekhawatiran akan kemungkinan terjadinya radiasi nuklir memang sangat tinggi.
Perhatian besar diarahkan pada sistem pendingin reaktor nuklir PLTN. Sistem itu membutuhkan daya untuk menjalankannya. Sementara ini, PLTN sejak Kamis lalu dimatikan karena terjadi kerusakan akibat kebakaran pada saluran transmisi. Kegagalan sistem pendingin dapat menyebabkan krisis nuklir.
Kantor berita Associated Press (AP), Sabtu lalu, melaporkan, potensi kebocoran radioaktif di PLTN Zaporizhia semakin besar karena wilayah tempat pembangkit itu berada menjadi arena pertempuran artileri. Kedua pihak yang bertarung, Rusia dan Ukraina, saling menyalahkan atas tembakan artileri, roket atau rudal, dan senjata berat lain yang menyasar wilayah tersebut.
Ukraina mengatakan, pasukan Rusia menembaki daerah-daerah tepat di seberang sungai di dekat PLTN Zaporizhia. Sementara Rusia mengklaim bahwa tembakan artileri Ukraina menghantam sebuah bangunan yang menjadi tempat penyimpanan bahan bakar nuklir.
DIMITAR DILKOFF
Seorang petugas penyelamat dari Kementerian Darurat Ukraina menghadiri latihan di kota Zaporizhia pada 17 Agustus 2022.
Serangan bertubi-tubi berpotensi merusak infrastruktur PLTN, seperti disampaikan operator PLTN Ukraina, Energoatom, Sabtu. ”Ada risiko kebocoran hidrogen, zat radioaktif, dan bahaya kebakaran,” kata lembaga itu. ”Akibat penembakan berkala, infrastruktur PLTN telah rusak, ada risiko kebocoran hidrogen dan percikan zat radioaktif, serta bahaya kebakaran tinggi,” kata Energoatom, seperti dikutip Al Jazeera, Sabtu (27/8/2022).
Pada awal perang di Ukraina, tentara Rusia telah menduduki kompleks PLTN itu. Mereka membiarkan para pekerja lokal Ukraina untuk menjalankan tugas hariannya.
Gubernur Dnipropetrovsk-Ukraina, Valentyn Reznichenko, mengatakan pada Sabtu lalu bahwa rudal Grad Rusia menghantam kota Nikopol dan Marhanets. Dua kota itu terletak 10 kilometer di seberang Sungai Dnieper, sungai di dekat PLTN Zaporizhia.
Sebaliknya, juru bicara Kementerian Pertahanan Rusia, Igor Konashenkov, mengatakan, pasukan Ukraina telah menembaki PLTN dari arah Marhanets. Selama sehari terakhir, 17 peluru Ukraina menghantam PLTN, termasuk menghantam atap sebuah bangunan penyimpan bahan bakar nuklir.
Klaim kedua belah pihak sulit diverifikasi. Namun, Badan Energi Atom Internasional (IAEA) telah berusaha untuk mengirim tim pemeriksa dan pemantau untuk mengamankan PLTN. Namun, sampai saat ini belum ada kejelasan kapan tim IAEA masuk, tetapi rencana kunjungan terus dipersiapkan.
DIMITAR DILKOFF
Regu penyelamat dari Kementerian Darurat Ukraina menghadiri latihan di kota Zaporizhia pada 17 Agustus 2022. Latihan itu dilakukan untuk mengantisipasi insiden nuklir di PLTN Zaporizhia.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengatakan, kunjungan sesegera mungkin tim IAEA ke PLTN tersebut sangat penting. Selain melakukan pemeriksaan, kehadiran itu penting untuk membantu agar PLTN tersebut tetap berada di bawah kendali Ukraina. ”Situasinya tetap genting dan berbahaya,” kata Zelenskyy pada Sabtu pagi WIB dalam pidatonya.
Kyiv mengklaim, Rusia menggunakan PLTN sebagai perisai dengan menyimpan senjata di sana dan meluncurkan serangan dari kawasan di sekitarnya. Sebaliknya, Moskwa menuduh pasukan Kyiv secara sengaja menyerang fasilitas nuklir itu. Serangan tersebut berpotensi memicu bencana nuklir skala besar di sana.
Kemelut terkait PLTN Zaporizhia membuat Rusia memblokade kesepakatan pada dokumen akhir perjanjian nonproliferasi nuklir (NPT). Dokumen itu dianggap sebagai dasar bagi perlucutan senjata nuklir. Draf dokumen tinjauan itu, antara lain, berisi kritik atas pendudukan PLTN oleh Rusia.
Wakil Kepala Delegasi Rusia mengatakan, konferensi NPT menjadi ”sandera politik” bagi negara-negara yang mencoba menyelesaikan masalah dengan Rusia dengan mengangkat isu-isu yang tidak terkait langsung dengan perjanjian itu. (AP/AFP/REUTERS)